18. Karena Siapa?

21 3 4
                                    

"Aku tidak ingin kembali membuka hati, pada hal-hal yang membuatku terluka."

~Nirmala Arista~

***

Sabda meraih sapu dan pengki untuk segera membersihkan pecahan gelas di lantai. Setelah itu dimasukannya ke dalam kardus kecil, kemudian dibalut lakban seluruh permukaannya.

Usai membereskan kekacauan kecil, dia hendak menjemput Nirmala. Namun, mengingat wanitanya belum sempat minum, lantas dia membawakan segelas air menuju kamar.

"Bukankah kamu yang memilih jalan seperti ini?"

Suara Nirmala dari dalam membuat langkahnya terhenti. Bicara dengan siapa? Pikir Sabda.

Ia sedikit mengintip melalui setengah pintu yang terbuka. Banyu--membuat rahangnya lantas mengertak keras. Pula dengan pegangannya terhadap gelas. Kenapa bisa kakaknya itu berada di dalam kamar bersama Nirmala?

"Brengsek!" desisnya hendak masuk. Namun, tangan Calista menghentikannya.

Sabda menoleh cepat dengan tatapan meminta penjelasan. Gadis itu menggeleng pelan dan menyuruhnya untuk tetap tenang.

"Nirmala ... aku sungguh minta maaf sama kamu." Suara Banyu membuat Sabda dan Calista menoleh cepat.

"Aku gak bisa memastikan itu untuk sekarang. Aku perlu berdamai dengan keadaan dulu, Mas!" tegas Nirmala.

Mendengar kata 'Mas' membuat amarah Sabda kembali memuncak, tetapi lagi dan lagi Calista menahan dirinya--membuat pria itu mengernyit kesal.

"Sabar!" ucap Calista lewat gerakan bibirnya. Tak lupa dia juga mengambil alih gelas di tangan Sabda. Gadis itu takut jika akan terjadi sesuatu yang membuat Sabda kelepasan kontrol.

"Aku memang laki-laki paling bodoh! Sekarang aku benar-benar menyesal karena udah ninggalin kamu. Aku masih sangat mencintai kamu Sayang," ucap Banyu penuh harap.

Tak mendengar Nirmala menyahut apapun, pria itu merasa ada sedikit kesempatan. Lantas dia meraih kedua tangan Nirmala ke dalam genggaman.

"Tolong katakan kalau kamu juga masih merasakan hal yang sama terhadapku ..., kalau kamu tidak pernah mencintai Sabda!"

Mendengar itu, Nirmala segera menarik kedua tangannya. Namun, masih tetap bergeming.

"Kenapa? Ucapanku benar, 'kan? Kamu masih mencintaiku?" desak Banyu.

"Ayo bilang Nirmala! Bilang!" Pria itu terus berusaha mencari kebenaran melalui mata kosong Nirmala.

"Nirma--"

"Cukup, Mas!" bentak Nirmala membuat pria itu bungkam.

Beberapa saat kemudian Banyu terdengar tertawa sumbang. "Ayolah Nirma, jangan berbohong! Apa kamu gak capek sama kepura-puraan ini?"

"Iya, aku capek. Capek sama kamu, Mas! Kenapa kamu gak pernah membiarkan aku hidup dengan tenang? Ketika aku berusaha menata hati yang kamu buat rapuh ini, kenapa kamu selalu datang? Kamu cuma membuat lukaku terus menganga. Aku juga mau sembuh!" Suaranya terdengar dalam.

"Sayang--"

"Nirmala, itu namaku!" potongnya cepat.

"Kamu gak tau rasanya ditinggalkan dalam keadaan seperti ini. Aku merasa putus asa dan bahkan enggan memercayai laki-laki sampai saat ini. Aku takut membuka hati, aku takut kembali kecewa, takut kembali terluka," jelas Nirmala membuat Banyu hanya bergeming.

"Maaf, aku gak bermaksud membuat kamu sakit hati. Untuk itu, aku ingin memperbaiki semuanya," pungkas Banyu sembari memeluk Nirmala secara tiba-tiba.

"Lepasin aku!" Wanita itu meronta-ronta dalam dekapan mantan kekasihnya.

Sabda Untuk Nirmala (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang