Suara retakan tulang masih terdengar membuat mereka menahan debaran jantung. Tidak salah lagi dia mulai merubah bentuknya."Hei, dia sepertinya masih pemula. Bagaimana jika kita manfaatkan kesempatan ini?" Ujarnya dengan bisikan.
"Maksudmu kita lari keluar, saat dia sedang sibuk?" Obito mengangguk menjawab.
"Kalian yakin?" Bisik Hinata ragu.
Obito menggondong Hinata ala bridal stayle, dengan kecepatan, mereka segera melesat melewati elang yang sedang berusaha menahan tubuhnya membengkak.
CRAASS CTAAK KRAAK
Elang itu berteriak keras. Dia dengan kaki dengan kuku tajam itu berubah dengan perlahan sayapnya berubah menjadi tengan dengan cakar tajam. Di belakang punggungnya sayap mengepak besar. Dia menatap tajam mangsanya.
Dengan keras dia mengepak sayap dan terbang ke atas. Mengejar mereka bertiga. "Dia mengejar kita?!"
"Kecoh dengan melewati pohon-pohon, kita berpencar?!" Seru Obito. Mereka berpencar, saling membentuk zigzag.
"Hinata gunakan keahlianmu?" Bisiknya. Hinata yang paham, segera dia menarik pedang. Dengan perlahan tubuh Obito berubah bentuk monsternya. Hinata segera merambat di atas punggungnya.
Elang itu terbang mata tajamnya begitu awas. Apalagi di tambah dengan kehadiran Hinata. Dia terbang menuju Hinata hingga saat ingin menangkap sang empu. Hinata menyampingkan tubuhnya.
Craass!
Kraaak ctaasss
Tangannya terpotong. Darah mengenai wajah Hinata. Nafasnya memburu dengan sempurna tubuh elang itu terpental beberapa meter. Mereka berhenti berlari. Menengok kebelakang. "Ah, akhirnya berhasil." Gumam Hinata pelan.
Secara perlahan tubuh itu merubah bentuk menjadi manusia seorang bocah laki-laki dengan tubuh tegap. "Dia masih pemula lihat? dia sangat muda, pantas saja dia sangat gegabah." Celetuk Deidara.
"Kita pergi sekarang. Bahaya jika kawanan mereka datang karena mencium darahnya." Ujar Obito yang masih dalam bentuk monsternya.
"Hei, bocah maafkan kami ya." Mereka segera berlari menjauh. Tidak melihat mata itu yang terbuka satu dengan tubuh lemas.
.
Mereka akhirnya sampai pada hutan yang rindang dengan pohon-pohon teduh. "Hutan apa ini? Sangat sejuk dan indah bahkan udaranya sangat harum." Cetus Hinata dengan senyum. Tentu saja harum segar bunga liar begitu menyengat.
Hinata melompat turun dari atas punggung Obito. Dia berlari menuju tanaman liar senyumnya merekah saat dia menyentuh bunga liar ungu. Secara perlahan debu berkilauan keluar dari dalamnya. Hinata mengayunkan tangan lembut menyentuh debu itu. Secara perlahan bunga bermekaran dengan indah. Debu berkilauan menghampiri sang empu.
Memutari tubuhnya. Tawa Hinata terdengar merdu dia sangat senang. "Kupikir ini hutan kehidupan." Tukas Deidara dengan senyum merekahnya.
"Apa maksudnya dengan hutan kehidupan?" Tanyanya penasaran.
"Semua disini hidup. Mereka akan memperlihatkan pada orang-orang yang berhati murni." Ujarnya. Dengan tenang.
Obito yang cukup lelah dia merebahkan diri di dekat pohon. Namun secara perlahan akar-akar lembut membentuk sebuah jaring ayunan mengangkat tubuh pemuda itu di atasnya. "Ouh pohon kau sangat tahu aku lelah." Cetusnya dengan tawa kecil.
"Wah, sangat menakjubkan!" Hinata menghampiri dan menyentuh akar itu dia mengelusnya pelan.
"Tidurlah di sini Hinata?" Ujar Obito. Hinata menggelang pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is A Monster 2
FantasyPerjalanan Hinata dengan kedua suami monsuta Obito dan Deidara, untuk mencari tahu siapa monster liar yang membantai desa Rabenda. Perjalanan dunia luar, yang berbeda dari desa monsuta membuatnya banyak bertemu mahluk lain yang belum pernah ia temui...