Ritual penyegelan.Malam bulan purnama terlihat begitu terang hari ini adalah hari penyegelan tepat pada bulan purnama utuh.
Kaki- kaki yang tanpa alas itu berjalan menapaki tanah, dengan penuh bebatuan. Win yang berada di depan di temani satu wanita dengan rambut oranye tubuhnya sintal, dengan kulit putih, mata emas itu berkilau cantik mereka disana menyebutnya Af.
Menuju gunung yang berada cukup jauh dari desa putih. Gunung yang mana mereka menyebutnya gunung kematian, karena setiap penyegelan hanya untuk para monster kuat.
"Apa kau lelah?" Pemuda dengan rambut hitam itu bertanya dengan perhatian.
"Tidak, Obito, aku masih kuat." Mendapat jawaban itu ia hanya mengangguk paham, tidak ingin memaksakan keinginan.
Wanita sintal itu sedikit melirik pada Hinata yang di sampingnya. Bibirnya yang merah tertarik membentuk senyum, gadis yang beruntung penuh cinta. Pikirnya dalam hati. Mengadahkan wajah ke langit bola mata sewarna emas madunya menatap bulan yang bersinar terang.
"Kita akan menaiki gunung yang jalananya cukup terjal, kalian berhati- hatilah. " Win memberi wejangan pada mereka yang kini berada bersamanya.
Bebatuan tajam seperti panah ada di sepanjang tanah, jika tidak hati- hati kaki akan tertancap merobek kulit, itu cukup menyakitkan.
"Aku akan menggendongmu." Obito segera membawa istrinya kedalam gendongan di depan tubuh. Tanganya berada di antara lipatan kakinya, satunya berada di punggung.
Dia hanya terdiam menerima perlakuan suami pertamanya.
Beberapa kali mereka terkena batu tajam itu membuat kaki mereka berdarah, tapi dia sadar jika mereka adalah para monster tubuh mereka akan cepat pulih, asal tidak terkena organ- organ vital.
"Sedikit lagi kita sampai!"
Mendengar seruan dari tetua mereka cukup merasa lega, karena tidak akan merasakan tancapan duri- duri disana.
"Kau tau, jalanan ini akan seperti ini penuh rintangan dan duri. Tapi saat semua permasalahan kita selesai, semua akan seperti padang rumput yang teduh di atas," Af berujar di tengah perjalan. " Seperti hidup, kita akan selalu berjalan di atas duri, dan duri itu adalah semua masalah. Perjalanan yang menyulitkan, jika kau bisa melewatinya bukankah setelahnya kau akan menemukan padang rumput yang teduh." Lanjutnya.
"Kata- katamu terlalu dalam." Mendengar cetusan dari teman sesama monster putih ia terkikik.
.
Sesampainya di atas, mereka tertegun karena belum pernah datang ketempat itu sebelumnya.
Bagaimana tidak semua hanya ada batu hitam tanahnya berwarna hitam dengan di bawahnya seperti goresan petir berwarna merah.Mendekati batu besar yang berada di tengah, batu itu tengahnya tumpul. "Kalian naiklah!" Win memerintahkan agar semuanya naik.
Rasa dingin terasa saat mereka pijak batu itu, seketika cahaya keluar dari bawah telapak kaki, kaki yang awalnya penuh luka dan bercak darah kini bersih begitu cepat. "Wahh! Sangat hebat." Pemuda dengan surai merah muda itu tersenyum kagum.
Deidara terkikik kecil. Dia juga tidak percaya ada tempat seperti ini.
"Untuk Yuuji dan Hinata berdirilah di tengah." Win berujar tenang.
Sang empu empu yang berada di gendongan Obito di turunkan, lantas ia berjalan bersamaan dengan Yuuji.
"Kita akan melakukan dua segel, ini akan menyakitkan untuk pihak laki- laki. "
Mendengar itu, bola mata sewarna lavender itu menatap Yuuji yang juga sama menatapnya, dia cukup ragu- ragu untuk mengatakan.
"A-Aku ingin melakukan satu ritual saja. Ritual penyegelan untuknya, agar dia dapat mengendalikan dirinya sendiri." Tukasnya pelan.
Kedua suaminya tertegun, merasa sedih tapi ia memilih membiarkan saja.
"Maafkan aku, untuk kalian berdua." Ujarnya lirih. Menoleh pada keduanya yang memandangnya dengan raut tidak percaya namun dengan perlahan raut itu berganti dengan tatapan teduh, senyum getir namun ketulusan terpatri di bibir keduanya.
"Kuharap, ini yang terakhir." Obito berujar dengan pelan. Dia tersenyum dengan mata berkaca - kaca memandang iris mata yang berbeda warna mengangguk tanda setuju. " Lakukan segera ritualnya." Lanjutnya tegas.
Win berdiri di belakang Yuuji, begitupun Af berdiri tidak jauh dari Hinata. Spritual mereka kerahkan cahaya oranye juga putih melingkari keduanya berbeda warna.
Hinata menggores telapak tangan hingga darah keluar dari lukanya menetes mengenai batu itu. Cahaya merembet pada Yuuji yang terlihat kesakitan suara hyung terdengar keras.
Tubuh pemuda tersebut merasa tercabik- cabik saat petir merah mengalir di tubuhnya.
"Aaaargghhh!! " Suara kesakitan terdengar, seakan ikut merasakan. Jantungnya berdetak kuat, rasa sakit mengalir pada pemilik darah yang tercampur.
Win dan Af mengalirkan spiritual lebih kuat, hingga tubuh itu penuh darah.
"Ugh!" Hinata mengeluarkan segumpal darah dari mulutnya. " I-Ini sakit sekali."
Iris mata lavender itu berkaca- kaca memandang Yuuji yang terlihat lebih sakit.
Dia lebih sakit,
Kelopak mata itu meredup hampir menutup bola mata lavender indahnya.
Iris mata madu itu memandang Hinata dalam. Hingga saat mata itu hampir meredup. Tubuhnya seakan menghilang, sesuatu aneh dalam tubuhnya terasa merobek membuka jantung. Di rasakan getaran aneh menutupnya kembali dengan kuat.
"Agh!" Segumpal darah keluar dari mulutnya, dia beberapa kali terbatuk darah. " H-Hinata ... " Lirihnya.
Kelopak mata yang hampir meredup itu kini terbuka memandang pemuda itu yang menatapnya lekat. Namun dia merasa aneh saat sesuatu sekelabat masa lalu datang.
Kisah masa lalu sang pemuda yang begitu menyakitkan terekam kembali dalam ingatannya memasuki pikiran.
.
Semua berhamburan para monster saling membunuh, wanita yang sedang melindungi seorang bocah kecil itu kini terkapar tak berdaya mati dengan tubuh penuh darah. Bocah itu menangis, menangis begitu kuat menangisi ibunya. Dia tidak memiliki siapapun kini hanya ada ibunya.
"Larilah Yuuji ... " Suaranya begitu lirih hingga kesadaranya menghilang.
Yuji kecil berlari entah kemana di kini berada di tengah- tengah orang yang sudah punah, semuanya mati tak tersisa dia menangis di tengah- tengah mayat.
Hingga seseorang mendatanginya. Dia berdiri dengan jubah hijaunya, rambutnya tertutup tudung. "Ikutlah denganku." Suaranya begitu tenang.
Namun dia tau jika dirinya hanya di manfaatkan dirinya selalu merasa bingung karena tubuhnya begitu menakutkan. Dia membunuh tanpa bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Wanita itu tersenyum di tengah para kematian desa Rabenda desa yang ia inginkan. Agar dia dapat mendapatkan semuanya semua mana jantung untuk dirinya. Namun dia sedang mencari mana inti jantung dewi,
Dia menggeram marah, karena tidak menemukan pemiliknya, itu sangat penting untuk hidupnya. Kekuatan, keabadian.
Bibir merah merekah itu tersenyum culas, tudung itu jatuh di pundaknya menampilkan wajah cantiknya, wajah penuh kecantikan. Rambut pirangnya tergerai indah sangat berkilau cantik harum semerbak, memenuhi suasana disana berdarah namun harum.
Namun ada satu yang menatapnya takut, Hikari yang melihat orang itu segera berlari membawa putrinya. Menjauh dari semuanya sejauh mungkin.
Namun dia tidak sadar jika takdir terus mengikutinya, terus mengikuti setiap langkah hingga saatnya tiba dia akan menghadapi siapa pemilik takdir di hidupnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is A Monster 2
FantasiaPerjalanan Hinata dengan kedua suami monsuta Obito dan Deidara, untuk mencari tahu siapa monster liar yang membantai desa Rabenda. Perjalanan dunia luar, yang berbeda dari desa monsuta membuatnya banyak bertemu mahluk lain yang belum pernah ia temui...