Duduk berhadapan dengan kakek tua itu yang begitu tenang. Dengan pelan kakek tua itu menyentuh kedua dahi Yuuji dan Hinata untuk menyalurkan semua ingatan karena hanya sang empu yang akan tahu.
Kilasan-kilasan dari masa lalu hingga semuanya begitu jelas pada seorang bertudung itu. Senyum merekah datang saat melihat kematian desa Rabenda.
Begitu kabur sangat kabur hingga rasanya dia ingin marah karena segel ingatan itu begitu kuat.
"Tenanglah anak muda, teduhkan hatimu jangan ada kemarahan disana. " Suara lembut mengalun dari kakek tua itu.
Hinata mencoba meneduhkan hatinya agar tenang cukup lama sampai dia dapat melihat begitu jelas sangat jelas dan begitu jelas siapa orangnya.
Napasnya seakan terhenti saat itu juga, jantungnya memompa begitu cepat, saat tahu orang itu, sesorang yang begitu di kenalnya selama ini.
Dia.
Dia
Dia.
Sungguh tidak menyangka jika dalang dibalik itu semua seseorang yang begitu ia hormati.
Kelopak mata itu terbuka menampilkan bola mata lavender yang linglung pandanganya kosong dia masih mencerna semuanya.
"Datanglah di gunung HAN disana kalian akan menemukan sesuatu tapi berhati-hatilah. "
"Maaf, Af berkata jika anda dapat membuat senjata yang dapat membantu kami nantinya, " Obito berkata sopan.
"Ah senjata ya, tunggulah disini." Dia berjalan memasuki satu pintu tak lama dia kembali membawa kain kecil berwarna coklat. "Ini ambilah, jika waktunya tiba bisa gunakan ini pada mana inti jantung." Jelasnya.
"Terimakasih tuan. Anda sangat bermurah hati." Ucapnya. Menerima kain itu ia lantas masukan kedalam tas kecil di pinggangnya.
"Hinata ada apa, kenapa diam saja?" Yuji bertanya dengan hati-hati.
Dia masih diam.
"Alam begitu baik penyelamat sudah di bangkitkan, aku sangat bersyukur dengan itu, semoga kebaikan terus menyertai kalian."
"Terimakasih ... "
"Obito , Deidara dalang dibalik ini semua adalah ... " Suaranya pelan dengan pandangan pada keduanya.
Obito dan Deidara terdiam mendengar itu semua.
.
.
.
Jejak kaki yang menapak tanah begitu keras dengan laju yang begitu cepat. Pikirannya sekarang hanya ingin tahu apa maksud dari semua ini.
Mengapa?
Kenapa?
Bagaimana bisa?
Isi kepala mereka di penuhi oleh pertanyan- pertanyaan yang begitu menghantui rasa kecewa dan benci kini ada dalam hati.
Mereka segera menuju gunung Han gunung yang dapat membantu mereka.
Berlari begitu cepat ingin segera sampai disana. Deru napas masih menguasai ketiganya saat berlari Hinata yang berada di gendongan mengeratkan pelukan pada leher Obito.
Matanya memandang ketiganya secara bergantian. Bibir mungilnya mendekati telinga Obito dengan lembut dia berbisik.
"Terimakasih ... "

KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is A Monster 2
FantasíaPerjalanan Hinata dengan kedua suami monsuta Obito dan Deidara, untuk mencari tahu siapa monster liar yang membantai desa Rabenda. Perjalanan dunia luar, yang berbeda dari desa monsuta membuatnya banyak bertemu mahluk lain yang belum pernah ia temui...