Langkah kaki yang terus manapak pada tanah begitu terdengar kuat, injakan dari lubang-lubang tanah kecil bercampur air hujan yang terciprat saat terkena kaki yang bergerak menginjak.Mereke bertiga berhenti di sebuah hutan yang sangat lebat dan gelap. Sudah cukup jauh berlari rasa lelah mereka rasakan di tambah dengan luka yang masih basah. "Kita istirahat sebentar sepertinya kita sudah cukup jauh berlari." Tukas Obito pelan.
"Maafkan aku, membuat kalian seperti ini. Aku terlalu gegabah." Hinata berucap pelan dia merasa bersalah.
Tubuh kedua monster itu berubah menjadi manusia, dengan tubuh itu luka terlihat mengenaskan. "Kalian! Minumlah darahku?" Dengan nada khawatir dia berucap.
"Dimana bubuk elf milikmu?" Obito bertanya dengan pelan. Dia menyandarkan tubuhnya pada batang pohon.
Ah! Hinata merasa gugup dia melirik Deidara yang juga terluka. "Sepertinya aku meninggalkan di desa rabenda." Ucapnya dengan berbohong. Hinata merasa takut jika Obito marah jadi dia berbohong jika dia meninggalkannya untuk monster elang.
Mengehela nafas. Obito mentap Hinata intens. Dia cukup curiga dengan gelagat dari nada Hinata jadi dia membiarkannya saja.
"Kalian cepatlah minum darahku!" Serunya cepat. Hinata duduk di tengah di antara mereka membiarkan mereka yang mulai menggigit kulitnya juga menyesap darahnya dengan rakus.
Hinata menutup mata menahan rasa nyeri dan pusing di tambah erangan lirih. Namun ia tahan, ini tidak seberapa dengan mereka yang melindunginya. "Darahmu sangat kuat Hinata." Cetus Obito yang selesai menghisap, tubuhnya merasa lebih baik sekarang.
"Benar. Sepertinya darahmu, bukan darah dewi biasa." Tukasnya menimpali. Hinata hanya diam dia tidak tahu dia hanya ingin istirahat sekarang.
Dia menyandarkan tubuhnya di pohon matanya mulai tertutup.
"Hm, sepertinya kita harus membuka segel di tubuh kita, bukankah sudah cukup umur untuk kita membukanya agar tidak merasa sakit." Obito berucap pelan dia masih memandang Hinata.
"Tapi bukankah kita tidak bisa sembarang membuka segel, atau kita akan kehilangan kendali." Timpal Deidara ragu.
"Kau tahu tentang segel monsuta?"
"Heh! Kau meremehkanku?! Aku sudah banyak belajar di akademi." Sungutnya kesal. Obito hanya berdecak saja. Dia mulai berpikir siapa yang bisa membuka segel miliknya harusnya dia membukannya dulu dengan bantuan tetua dan Tsunade.
"Kupikir, monster tadi sangat kuat dan hebat! Apakah dia ada darah iblis ?" Mendengar ucapan Deidara, Obito seketika terdiam. Dia memandang langit yang terlihat gelap tidak ada bintang ataupun bulan.
"Entah! Aku juga merasa dia bukan monster biasa bahkan saat kita menusuk jantung dan memenggal kepalanya dia tidak mati." Balasnya bingung.
"Tunggu, kau tau tentang Iblis?" Sambungnya bertanya.
"Yah, iblis yang sudah hidup ribuan tahun lalu, mungkin mereka sudah punah. Karena mereka di bantai habis oleh kaum monster putih, aku juga tidak tahu seperti apa bentuknya tapi mereka juga bisa menyegelnya. Kupikir monster tadi ada darah campuran, auranya sangat pekat dan tidak terkendali. " Jelasnya panjang lebar.
"Haruskah kita mencari monster putih ? Sepertinya segelnya terlepas dan pikirannya tidak terkendali." Ujarnya pelan. "Huh! Aku tidak tahu jika dunia luar membahayakan Hinata mungkin kita lebih baik berada di desa monsuta saja." Obito merasa bersalah.
"Tapi dia sempat terdiam saat melihat darah Hinata. Bagaimana jika kita mencoba menutup segelnya kita tarik dengan darah Hinata? Kita bisa mencari tahu nanti, siapa yang membuka segelnya, dan yang membantai desa Hinata. Sepertinya dia memang sengaja di buat seperti itu bukankah itu sangat mencurigakan?" Usulan Deidara membuatnya mengernyit dia menatap datar Deidara.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is A Monster 2
FantasíaPerjalanan Hinata dengan kedua suami monsuta Obito dan Deidara, untuk mencari tahu siapa monster liar yang membantai desa Rabenda. Perjalanan dunia luar, yang berbeda dari desa monsuta membuatnya banyak bertemu mahluk lain yang belum pernah ia temui...