"Kok nggak kaget, Bang?" tanyaku dengan nada keheranan.
"Woh! Itukan surat cinta buat waifu-mu, Sakie. Dari bentuk amplop yang kusut. Pasti kau mencarinya dari sela-sela lemari rumahmu. Nggak mungkin toko atau IndoApril jual amplop berkusut gitu, apalagi warnanya sudah kekuningan."
Kembali lagi Bang Fanz meremehkan diriku. Dia selalu menyangkutpautkan semua hal kepada Sakie.
"Ini bukan tentang Sakie, Bang. Tapi lebih mengarah ke penduduk di sekolah ini. Sudahlah! Mendingan kita baca dulu bareng-bareng isinya. Gue aja terkejut kok!"
Berkali-kali Bang Fanz menguap karena mengantuk. Apakah beliau kurang tidur atau kelelahan setelah mengecek dokumen-dokumen?
"Yadah deh! Percaya aja sama penggemar Sakie satu ini."
Mendapatkan lampu hijau dari Bang Fanz. Dengan segera, kuperlihatkan isi amplop kusut tersebut. Parasnya terlihat tidak seperti biasanya, lalu ia menyipitkan mata untuk memandangi serius kertas itu. Hanya saja diriku membacanya terlalu cepat. Tidak secara mendetail seperti Bang Fanz.
Sebuah kejadian de javu terjadi kembali.
Bang Fanz menjitak kembali kepalaku. "Woh! Jadi, surat cinta zaman dahulu tulisannya begini. Bahasanya terlalu puitis dan bermakna banget. Tidak seperti buaya-buaya perayu cewek di internet."
"Kok gue dijitak lagi, Bang!"
"Iyalah! Kau pasti sudah lihat isinya. Tidak usah berpura-pura polos gitu atuh. Ini adalah surat pernyataan cinta Pak Muhaidhrul kepada Sulistyoningsih alias Bu Sulis."
Bang Fanz menunjuk sebuah tanggal di pojok kanan atas kertas. Tertulis tanggal pembuatan surat cinta itu.
"Waduh! Itu tahun di mana gue belum lahir ke dunia. Betewe Bang Fanz pasti nggak asing sama sastra beginian. Masa pustakawan nggak pernah menganalisis karya tulis sih?"
"Yadah lagi deh! Tapi dari segi kacamata pustakawan loh. Bukan dari kritikus karya tulis."
Menganggukkan kepala berulang kali dengan antusias yang terluap. Terlihat Bang Fanz memegang pelipis kanannya terlebih dahulu sebelum membaca lebih mendalam. Kadang-kadang diselingi dengan garukan tangan di rambut. Sewaktu-waktu mulutnya mengecap seperti mengunyah permen karet.
"Jikalau ditelaah secara mendalam. Surat cinta ini berisikan kata-kata nan romantis dengan prosa ungu. Kalau dijabarkan lebih umum. Kesannya seperti seseorang yang mencoba mengungkapkan perasaannya kepada sang terkasih."
"Norak deh! Terlalu hiperbola bahasanya."
Kesimpulan yang bagus dari analisis Bang Fanz. Maklum saja terasa asing perihal percintaan walaupun ada waifu. Setelah itu, terdengar tertawaan terkekeh-kekeh darinya. Aku tidak mengetahui maksud dan tujuannya.
Apakah ada tulisan yang membuatnya lucu kekinian?
Aku bertanya dengan ekspresi wajah keheranan, "Apanya yang lucu, Bang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Setia - Seberapa Niat Cintamu? (Mini Story)
Teen FictionKarya ini bersifat spin-off. Terdapat delapan cerita (mini story) yang dikemas dalam sudut pandang karakter lain, lalu dibalut dengan bumbu kehidupan dan komedi yang hakiki. Tentu saja mengulik kisah-kisah lain yang tidak diceritakan dalam Setia - S...