MSC - 2.A. Wanita Elusif.

6 1 0
                                    

Kamis, 09 November 20YY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamis, 09 November 20YY.

Sore Hari.

SMA Negeri Kota Cokrompek.

Gerbang Sekolah.

**********

Bunyi bel jam pulang bersenandung riang gembira. Memberikan kabar sukacita bagi murid-murid di sekolah. Melihat ke atas untuk memperhatikan corak warna mentari. Memastikan warnanya sesuai teori pelajaran IPA pada umumnya. Sungguh kegiatan kekanak-kanakan sekali.

Apakah tidak memiliki sepeda motor?

Sebenarnya punya satu kendaraan bermotor yang terparkir di garasi rumah. Namun, enggan kugunakan semestinya. Lebih enak berjalan kaki. Selain dapat menyehatkan badan dan pikiran. Juga bisa menghemat uang bensin.

Pilihan yang bijaksana. Sungguhpun demikian, diriku berasal dari keluarga sangat berada.

Rumah dua lantai yang nyaman, lalu beberapa perabotan rumah/fasilitas sudah siap tersedia. Lebih dari cukup untuk menunjang kehidupan remajaku.

Sampai memikirkan kebiasaan ketika pulang sekolah. Sang waktu mulai memperlihatkan sebuah fenomena tak lazim. Aku melihat sepasang murid yang saling berbicara di gerbang sekolah. Untuk sosok perempuannya cukup kukenal.

"Itu kan si Nia! Anak terpintar di kelas 12-A IPA. Mengapa dia berbicara dengan seorang cowok?"

Menyipitkan mata mengamati gerak-gerik mereka berdua. Memaksa kalbu ini berbalut kemelitan. Jujur saja bingung atas topik apa yang mereka bahas?

"Tapi cuman memelototi tidak akan menyelesaikan rasa penasaran ini. Lebih baik pura-pura melintasi mereka."

Bersikap selayaknya murid biasa. Harus dibuat senatural rupa tanpa menimbulkan kecurigaan. Penyelarasan gerakan antar tubuh sudah dilakukan.

Sempurna!

Langkah demi langkah menyelusuri dataran bumi. Sampai raga ini berhasil mendekati mereka berdua. Usahaku membuahkan hasil nyata. Beberapa penggalan kalimat berhasil kudengar.

"Gini Nia, ntar gue agak telat boleh datang yah! Soalnya ada jadwal piket kelas."

"Emangnya kita sudah tentukan tempat belajar barengnya?" (Referensi dari Setia - Seberapa Niat Cintamu? Bagian IC - 4. Nilai Anjlok.)

Janjian untuk menentukan tempat belajar. Hanya perkara tugas sekolah mungkin?

Sebaiknya tidak usah ikut campur permasalahan mereka. Bila dipikirkan akan semakin pusing kedepannya. Kembali ke tujuan awal, yaitu pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Tanpa menggunakan sepeda motor ataupun naik mikrolet.

Si surya seolah-olah berona lebih jingga. Para gegana pun sudah menyebar satu sama lainnya.

Apakah pertanda memberikan nuansa bunyi baru?

Setia - Seberapa Niat Cintamu? (Mini Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang