Empat belas hari itu Karina habiskan waktunya dengan bosan di rumah. Eric melarangnya untuk bermain di pesisir pantai karena ombak sedang besar-besarnya. Dan Esther selalu menemani Karina belajar. Saat keluarga kecil itu berkumpul, mereka makan bersama, bercerita banyak hal.
Syukurlah, Karina tidak tahu soal ayahnya yang sempat bertarung dengan penjajah dari Mataland. Eric dan Esther mendengar kabar bahwa Kesatria Mataland dan lima puluh anak buahnya sama-sama ditahan di penjara Nebbia untuk menunggu keputusan Raja saat setelah kembali dari Siaidone.
"Karina, masukkan buku-bukumu sesuai jadwal. Besok pagi tidak ada waktu!" teriak Esther saat merapikan piring di dapur.
Karina di ruang tamu, memeriksa kembali isi tas selempang merahnya. Tas itu adalah almamater akademi. Semua murid Akademi Ferreira memiliki tas yang sama—hal itu bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial di lingkungan belajar.
Seperti biasa, Eric melepas rasa lelahnya dengan bersantai di teras. Setelah membereskan perlengkapan belajarnya untuk besok, Karina berlari-lari kecil menghampiri sang Ayah.
"Ayah!" Karina merangkul leher Eric dari belakang, kemudian tubuhnya yang mungil itu bergelantungan di pundak ayahnya.
Eric tertawa. "Sudah belajarmu?"
"Ehm." Karina mengangguk.
"Tidur saja sekarang." Eric melongokkan kepalanya ke arah pintu rumah.
Karina cemberut, pindah duduk di pangkuan ayahnya. "Tapi Karina ingin bersama Ayah."
Kemudian Eric mencium pipi putrinya dengan gemas. "Mau menemani Ayah? Apa tidak bosan?"
"Karina, ayahmu kelelahan. Biarkan dia beristirahat." Esther keluar dari dalam rumah, dia pun duduk di sebelah suaminya.
"Sudah, rasa lelahku sudah hilang." Eric tersenyum, bermaksud untuk meyakinkan istrinya. Lagipula dia tidak merasa keberatan Karina menghampirinya. Ini kesempatan yang jarang terjadi karena Eric sering pulang malam dan putri kecilnya itu biasanya lebih dulu tidur.
Dan karena hari sudah malam, Eric menyadari Karina ketiduran di pangkuannya. Anak kecil itu pasti mengantuk saat ia menghampiri ayahnya.
Esther tersenyum. Karina selalu mudah tertidur jika ada di dekapan ayahnya—meski Eric jarang melakukannya. Seolah jiwa mereka dekat satu sama lain. Dan hari ini, Esther melihatnya langsung. Anak kecil itu terlihat nyaman meringkuk di pangkuan ayahnya.
***
Pria itu tidur terlentang di atas kasur empuk. Sejak kembali dari Siaidone, Julian mengeluh sebab kepalanya pusing. Paradisa dengan senang hati memijat kepalanya—dan tidak mengizinkan pelayan istana untuk melakukan pekerjaan ini.
"Kurang ke kiri..."
Paradisa langsung menuruti permintaan suaminya.
"Coba pangku kepalaku. Pasti langsung sembuh." Julian menyeringai di wajah lemasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARATED [Vol. 2]
FantasyDalam kehidupan ini, suka dan duka silih berganti. Manusia bermimpi, berusaha, lantas memperoleh keberhasilan atas usahanya. Kehidupan Karina tak semulus apa yang ia impikan. Karina melewati begitu banyak rintangan ketika mulai memasuki dunia masa l...