Desiran angin memanjakan telinganya. Kicauan para burung terdengar seperti nyanyian yang damai. Rasa hangat dari sinar matahari membuat tubuhnya merasa nyaman.
Matanya perlahan terbuka. Pupilnya menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam mata. Langit yang begitu biru menyambutnya. Belum pernah ia melihat langit yang sebiru itu, langit yang begitu cerah tak tersentuh oleh polusi udara sedikitpun. Gumpalan-gumpalan awan mengiasi kanvas biru itu.
Rerumputan hijau yang ditumbuhi bunga-bunga yang menjadi tempatnya berbaring saat ini terasa begitu empuk dan nyaman, bahkan lebih nyaman dari kasur manapun yang pernah ia tiduri.
Seekor kupu-kupu mendarat di punggung tangannya. Disusul sebuah kelopak bunga yang jatuh ke pipinya. Ia menggerakkan tangannya untuk mengambil kelopak bunga di pipinya hingga membuat kupu-kupu di tangannya terbang pergi. Ia mengamati kelopak bunga berwarna merah muda itu.
"Kau sudah bangun?"
Suara yang sangat familier itu membuatnya bangkit duduk dan menoleh ke belakang.
Terlihat seorang pria duduk bersila. Kedua tangannya bertumpu di atas rumput. Rambutnya yang pirang tampak berkilauan di bawah sinar matahari seperti emas. Ia tersenyum begitu manis.
"Armin!" [Name] bangkit dan berlari ke arah sang suami lalu memeluknya erat, hingga pria itu jatuh telentang di atas rerumputan.
"Syukurlah... Syukurlah aku bisa melihatmu lagi..." [Name] menangis bahagia, masih memeluk Armin.
"Ya, aku ada di sini, [Name]," Armin membalas pelukan istrinya, mengusap lembut kepala wanita itu.
[Name] melepaskan pelukannya dan menatap Armin yang berada di bawahnya. Ia sangat merindukan suaminya itu seolah mereka sudah tak bertemu untuk waktu yang lama. Air mata pun menetes dari bola matanya yang sama birunya seperti langit di atas mereka. Air mata itu menetes ke wajah Armin.
Armin menyeka air mata [Name] dengan ibu jarinya. "Aku yang menunggumu lama disini." Ucapnya.
"Benarkah?" [Name] menyeka sisa air mata di wajahnya dengan tangannya. Ia menegakkan tubuhnya saat Armin bangkit. Mereka duduk berdampingan di padang rumput itu.
"Ya," jawab Armin. "Rasanya lama sekali. Tapi aku tahu sebenarnya tidak lama."
Pria itu kemudian menatap pemandangan yang indah terbentang di sekitar mereka. "Tempat ini indah kan?" Ucapnya.
[Name] ikut melihat ke sekeliling. Mereka berada di padang rumput yang hijau dan sangat luas. Di depan sana terdapat sebuah pohon yang sangat besar. Rantingnya dipenuhi bunga berwarna merah muda. Bunga yang salah satu kelopaknya jatuh di wajah [Name] tadi.
Pohon itu terus menggugurkan bunga, dan bunga-bunganya terbawa angin ke seluruh penjuru tempat itu. Namun anehnya bunga di pohon raksasa itu tidak kunjung habis.
"Ini dimana?" Tanya [Name].
Armin mengedikkan bahu. "Aku juga tidak tahu." Kemudian ia tersenyum lembut, "Tapi aku yakin ini adalah tempat untuk kita berdua selamanya."
[Name] menyandarkan kepalanya di bahu Armin. "Dimana pun, tidak masalah. Aku akan selalu bahagia. Asalkan aku bersamamu."
Armin tersenyum lalu mengecup puncak kepala [Name]. "Aku juga selalu bahagia selama aku bersamamu."
-Epilog Ending-Chapter 01: "This Should Be A Happily Ever After"
...
Epilog: "This is the true happily ever after"
Terimakasih untuk semua yang sudah membaca book ini sampai akhir dan selalu memberikan dukungan kepada saya.
Terimakasih untuk yang sudah vote dan comment di book ini.
Terimakasih untuk yang sudah follow Ravenella Wings
Sampai ketemu di book selanjutnya! ^^
-With love, Raven Wings❤️
Ps: Aku akan buka Q&A. Silahkan siapapun yang ingin bertanya langsung aja komen di kolom komentar ^^
Jadi selanjutnya masih ada chapter Q&A dan explanation. Aku akan menjelaskan lebih rinci tentang cerita ini, makna tersirat yang mungkin tidak pembaca sadari.
So, jangan kemana-mana dulu, tetap di buku ini!
See you guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐖𝐢𝐟𝐞 𝐈𝐬 𝐀 𝐕𝐚𝐦𝐩𝐢𝐫𝐞 [𝐀𝐫𝐦𝐢𝐧 𝐗 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫]
Fanfiction18+ Aku sudah kehilangan akal karena cinta. Aku mengorbankan banyak orang demi wanita yang kucintai. Tapi, itu semua bukan salahnya. Ini semua salahku. Salahku yang tidak bisa merelakannya. Aku telah melawan takdir. Aku menariknya dari alam lain, da...