𝟐𝟐: 𝐌𝐨𝐬𝐭 𝐖𝐚𝐧𝐭𝐞𝐝

127 18 16
                                    

➳༻❀✿❀༺➳

Bersembunyi di balik sebuah bangunan dengan batu bata merah, wajah [Name] terlihat cemberut. "Kan sudah kubilang jangan lakukan itu! Kita itu sedang dalam pengejaran polisi!"

"Ya, tapi untungnya kita masih sempat kabur," jawab Armin yang sibuk mengancing kemejanya.

"Ya, untungnya aku mendengar mereka datang, jadi aku bisa sempat memakai baju." ucap [Name]. "Tapi mereka pasti melihat itu..."

"Melihat apa?"

"Melihat kasurnya!" Balas [Name] kesal. "Aku tidak sempat membersihkannya..."

"Biarkan saja," kata Armin enteng.

"Ck, itu memalukan..." Gumam [Name]. Ia mengalungkan syal di leher Armin agar pria itu tetap hangat.

"Tapi bagaimana mereka bisa tahu keberadaanku? Seharusnya yang mereka tahu aku itu sudah mati kan?" Kata [Name]. "Mungkinkah kita terekam CCTV di suatu tempat?"

"Mungkin di minimarket itu," kata Armin.

"Minimarket?"

"Setelah aku membangkitkanmu dari kematian, kita sempat mampir ke minimarket. Kau ingat? Waktu itu kau kehausan dan meminum semua yang ada di kulkas."

"Tapi itu sudah lama sekali. Apa rekaman CCTVnya tidak hilang?" Ucap [Name].

"Entahlah..." Armin juga bingung.

[Name] menghela nafas. "Sekarang kita kemana ya? Tadinya lebih mudah karena aku bukan buronan, jadi bisa aku yang keluar membeli makanan atau menyewa kamar. Tapi karena aku juga buronan sekarang.... Sepertinya akan sulit,"

"Mau jadi buronan pun, selama aku bersamamu, itu tidak apa-apa," ucap Armin.

[Name] menyikutnya. "Kau ini... Serius sedikit dong!"

"Aku serius! Kau pikir aku bercanda?"

"Maksudku pikirkan solusi untuk masalah kita saat ini dulu!"

Armin mengintip ke jalanan. "Untuk saat ini, kita cari tempat persembunyian dulu."

"Tapi polisi pasti menyisir daerah ini. Apa tidak sebaiknya kita keluar dari kota ini?" Ucap [Name].

"Di jalan keluar masuk kota pasti sedang dijaga ketat." Jawab Armin.

"Hahh? Jadi kita terjebak disini?" Panik [Name].

"Tenang, ini kan kota di pinggiran, pasti ada celah yang bisa kita lewati." Ucap Armin.

"Ya... Memang ada hutan di pinggir kota sih..." [Name] tampak berpikir.

"Ayo kita sembunyi dulu untuk sekarang," Armin menggenggam tangan [Name] dan menariknya pergi.

➳༻❀✿❀༺➳

Gagang telepon itu diletakkan di tempatnya. Erwin membuang nafasnya lelah, "Baru saja aku mendapatkan laporan dari Shiganshina. Katanya tanggal 6 sampai 14 bulan ini ada beberapa korban tewas di desa dan satu pemuda di kota, anak tuan tanah tewas dengan luka di leher dan kehabisan darah."

Levi duduk di kursi depan meja Erwin, "Berarti benar itu perbuatan wanita itu. Tidak mungkin Armin yang melakukannya karena dia sedang disidang dan dipindahkan ke penjara di tanggal 6 sampai 14 itu."

Pria bersurai hitam itu pun melirik Erwin, "Bagaimana dua sejoli kriminil itu?"

"Mereka tidak ditemukan di Kezicht. Mungkin sudah keluar dari kota itu." Jawab Erwin.

𝐌𝐲 𝐖𝐢𝐟𝐞 𝐈𝐬 𝐀 𝐕𝐚𝐦𝐩𝐢𝐫𝐞 [𝐀𝐫𝐦𝐢𝐧 𝐗 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang