7. Desakan menikah

628 32 4
                                    

Mereka telah sampai di tempat Shafa tinggal. Disana pak Ahmad dan bu Salma telah siap menyambut putrinya. bu Salma telah menyiapkan makanan kesukaan Shafa. Bu Salma juga telah membereskan kos-kosannya hingga tertata rapi. Biasanya dia jarang membersihkan kamarnya karena pulang kerja langsung tidur dan tak ada tenaga untuk bersih-bersih lagi.

"Ayo sini nak Danish, masuk. Kita makan bareng." Ajak Bu Salma kepada lelaki itu dengan ramahnya.

Mereka pun makan bersama. Danish tampak menikmati makan bersama mereka. momen ini jarang sekali ia lakukan karena dia hanya tinggal bersama Ayahnya sekarang dan dia tak terlalu dekat dengan beliau.

"Shaf, nanti sore bapak dan ibu mau pulang ya. di rumah soalnya tetangga ada yang mau nikah. Kita harus rewang kesana. Kamu gak papa kan ditinggal disini atau kamu mau ikut saja pulang ke kampung?" tanya bu Salma pada putrinya itu.

"Gak papa bu, Shafa bisa kok sendiri. lagipula ada Abelle. Jadi bapak dan ibu gak usah kepikiran lagi. doakan saja semoga Shafa bisa sehat-sehat lagi." ujarnya menenangkan kedua orangtuanya itu.

"Tentu kalau itu. bapak dan ibu selalu mendoakanmu. Pokoknya kamu hati-hati ya disini. jangan sungkan untuk mengabari kami. Baik atau buruk beritanya kami tuh harus tahu. Jangan sembunyi-sembunyi gini. Kamu mengerti kan?" Shafa mengangguk sebagai jawaban.

"Tuh denger ibumu, jangan ngeyel Shaf. Sama jangan lupa cari jodoh juga atau nanti bapak carikan tuh yang di kampung masih banyak yang jomblo juga." Ujar pak Ahmad mulai menjurus kesana. Shafa memutar bola matanya jengah.

"Iya iya.. udah deh jangan bahas lagi." peringatnya membuat pak Ahmad tak melanjutkan pembahasannya itu.

"Nanti biar saya saja yang antarkan pak, bu ke terminal." Ujar Danish menawarkan diri. tentu saja pak Ahmad senang mendengarnya. Namun dengan cepat Shafa menolaknya.

"Tidak usah, aku sudah memesankan taksi online untuk mereka. paling dua jam sampai. Daripada harus nunggu bis banyak ngetemnya." Jelas Shafa. Dia tak mau terlalu banyak merepotkan Danish. Lelaki itu sudah begitu baik menolongnya sejauh ini, dia tak ingin membebaninya lagi.

"Apa gak mahal itu Shaf, lumayan jauh loh ke kampung tuh." ujar bu Salma merasa tidak enak pada putrinya.

"Udah ibu tenang saja, InsyaAllah cukup kok. gak usah mikir tentang biaya. Yang penting bapak sama ibu sampai di rumah dengan selamat." Ujarnya pada mereka.

Begitulah bu Salma. Dia paling tidak mau membebani anaknya. Walaupun Salma sudah bekerja tapi beliau tak pernah sekalipun meminta. Jadi setiap bulan pasti Shafa memberi jatah untuk mereka tanpa diminta. Dia juga membelikan barang-barang kebutuhan rumah ketika dia sekalian pulang ke kampungnya.

Pasti setiap beberapa bulan sekali di pulang karena rindu. Apalagi kalau cuti, dia bisa disana selama seminggu itupun sudah anugerah yang paling indah. Dia bisa rehat sejenak dari hiruk pikuk perkotaan dan menghirup udara segar di kampungnya yang masih sangat asri itu.

Sore harinya, mereka pun berpamitan untuk pulang. Shafa tidak bisa mengantar sampai depan karena pasti merepotkan nantinya. Jadi dia hanya bisa melihat dari balik jendela. Dia meminta Danish untuk memastikan nomor plat mobil dan sopirnya. Dia takut juga terjadi apa-apa nantinya.

"Saya titip Shafa sama kamu ya nak Danish. bapak percaya kamu bisa menjaganya. Dia memang selalu bersikeras untuk melakukan semuanya sendiri. dia pikir bisa melakukan hal itu tapi nyatanya dia juga masih membutuhkan oranglain. Dia memang keras kepala jadi kamu sabar ya menghadapinya." Ujar pak Ahmad memberi wejangan kepada Danish sebelum masuk ke mobil. Shafa dari dalam tak bisa mendengar apapun. Dia hanya melihat mereka berbincang dan terlihat serius.

"Baik pak. Saya akan jaga Shafa sampai dia sembuh." Ujar lelaki itu dengan penuh kesungguhan.

"Ya, kalo bisa sih seumur hidup jangan Cuma sampai dia sembuh." Ujar pak Ahmad yang langsung mendapat cubitan kecil dari sang istri.

"Udah jangan mulai, ayo masuk." Ujar bu Salma sembari mendorong suaminya itu untuk masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu mereka sedari tadi.

"Maaf ya nak Danish, jangan dianggap serius ucapan bapak tadi." ujar bu Salma sembari tertawa kecil. dia merasa tak enak atas kelakuan suaminya tadi. jika Shafa mendengar pasti bapaknya sudah kena omel juga.

"Terimakasih ya nak Danish sudah berkenan menjaga Shafa. Maaf merepotkanmu." Ujar sang ibu merasa tak enak hati.

"Iya bu, tidak papa. sudah menjadi tanggungjawab saya." ujarnya dengan sopan.

"Yaudah kami pamit dulu Assalamualaikum." Pamitnya lalu bu Salma masuk ke dalam mobil.

"Waalaikumsalam. Hati-hati pak, bu." pesannya pada mereka.

Setelah taksi itu hilang dari pandangannya, Danish pun kembali masuk ke dalam. Dia melihat Shafa sudah menatapnya dengan wajah penasarannya. Danish hanya tertawa kecil melihat perempuan itu.

"Kenapa?" tanya Danish sembari duduk di seberang Shafa.

"Tadi bapak ngomong apa?" tanya Shafa tanpa basa-basi lagi.

"Kepo deh kamu." jawabnya membuat Shafa berdecih pelan.

"Mas...ceritalah. Bapak gak ngomong aneh-aneh kan?" tanya Shafa mendesak lelaki itu.

"Gak Shaf. Cuma pesan sama aku buat jagain kamu. Udah gitu aja, terus pamitan deh." jelasnya yang tak memuaskan hati Shafa. Dia melihat bapaknya juga dicubit oleh sang ibu pasti ada sesuatu yang dikatakan bapak padanya.

"Pasti bapak ngomong aneh-aneh lagi deh tentang nikah, sampe dicubit ibu gitu." Tebaknya yang membuat Danish tertawa. Dia mengacungkan kedua jempolnya pada Shafa.

"Yupps. Correct. Tapi gak papa lah. Bapak pasti juga Cuma bercanda doang." Ujar Danish dengan santainya. Shafa pun hanya menghela napasnya pelan. Memang kebiasaan bapaknya tuh.

"Yaudah, Mas Danish pulang saja. Bentar lagi Abelle pulang kok, jadi aku udah ada temannya." Ujar Shafa pada lelaki tersebut. dia melihat wajah lelah milik Danish dan merasa kasihan. Pasti lelaki itu semalaman tak tidur karena mengerjakan pekerjaannya itu.

"Diusir nih ceritanya?" tanya lelaki itu membuat Shafa langsung menggeleng cepat.

"Bukan gitu. Maksud aku tuh Mas Danish bisa pulang dan istirahat. Aku udah baik-baik aja jadi gak perlu ditungguin lagi." jelasnya agar tidak terjadi salah paham.

"Bentar deh. aku ngantuk, mau tidur sebentar. Boleh kan?" tanya lelaki itu yang mau tak mau dijawab anggukan oleh Shafa.

Lelaki itu pun berbaring di sofa panjang yang sebenarnya tak terlalu panjang juga. Ujung kakinya menggantung di udara karena tak muat di sofa tersebut. dia memejamkan matanya kemudian tertidur. Shafa heran melihat dia tertidur begitu cepat. Ya, dia pasti sangat kelelahan.

Shafa pun bersandar di sofa sembari menonton Televisi. Dia menurunkan volumenya agar tidak menganggu tidur lelaki tersebut. sesekali dia melirik kearah Danish dan seulas senyum pun tercipta tanpa ia sadari.

***

Thanks for reading guys...

Jangan lupa vote dan komentarnya :)


Married by Accident (END ✅️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang