32. Kesempatan kedua

1K 33 1
                                    

Shafa terbangun dari tidurnya ketika sebuah cahaya mengenai wajahnya. Dia mengucek matanya dan mengulet sejenak sebelum bangun dari tidurnya. Dia bangun dari tidurnya dan duduk diatas ranjang dengan tatapan kosongnya. Shafa berharap kejadian yang menimpanya kemarin hanyalah mimpi belaka. Tapi kenyataan itu tak bisa diubah.

Dia keluar dari kamar lalu menemukan suaminya tidur tepat di depan pintu kamar mereka. Shafa terdiam sejenak sebelum perlahan melangkahi suaminya agar bisa keluar dari sana.

Shafa langsung membuat sarapan dan juga susu hamil yang telah diberikan oleh dokter untuknya. Walaupun sedang ada masalah dengan sang suami tetapi Shafa tetap melakukan tugasnya menjadi istri yang baik bagi sang suami. Dia tetap membuatkan suaminya sarapan juga kopi.

Shafa memutuskan untuk mengambil libur. Dia harus menyelesaikan masalah mereka hari itu juga. Dia tak tahan jika harus pusing memikirkan masalah itu terus menerus. Dia juga siap dengan apapun solusi untuk hubungan mereka nantinya.

Danish sudah bangun. Lelaki itu hendak memeluk Shafa namun perempuan itu menghindarinya. Shafa hanya memberikan sarapan dan kopi di hadapan suaminya itu.

"Setelah ini kita harus bicara. Kita selesaikan masalahnya." ujar Shafa dengan nada tegasnya. Danish hanya mengangguk pelan menanggapinya.

Usai makan merekapun duduk berseberangan di ruang tengah. Shafa masih belum bisa duduk berdekatan dengan suaminya itu. Rasa kecewa masih menyelimuti hatinya.

"Sekarang aku beri kamu kesempatan untuk menjelaskan semuanya." Ujar Shafa pada sang suami.

Danish pun mulai menceritakan semuanya. Sejak awal ketika Dara datang ke rumahnya itu. Shafa pun menyimak cerita suaminya itu dengan memasang ekspresi yang datar.

"Aku tidak tahu menahu tentang nama itu Shaf. Aku juga terkejut mendengar nama bayi itu. Aku juga bukan Ayah dari bayi itu. Dia sudah menikah dengan orang lain jadi tentu saja bukan aku yang menanam benihnya. Aku harap kamu bisa percaya padaku Shaf." Ujar Danish di akhir penjelasannya.

"Lantas kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal jika situasinya memang darurat mas? Kita bisa selesaikan masalah ini bersama? Kenapa kamu malah memilih untuk berbohong padaku dan menyembunyikannya?" cecar Shafa lagi kepada sang suami.

"Aku hanya takut kamu marah Shaf. Apalagi perempuan yang aku tolong itu mantanku sendiri." ujarnya jujur.

"Mas, kamu menyimpulkan hal itu sendiri. Kamu belum mencoba memberitahuku yang sebenarnya jadi kenapa kamu bisa bilang kalau aku akan marah? Sekarang permasalahannya bukan kamu menolong mantanmu itu, tapi kebohongan yang kamu buat itu Mas. Itu yang bikin aku kecewa dan marah sama kamu." Shafa berujar dengan wajah kesalnya.

"Ok, I know, I was wrong Shaf. Aku minta maaf karena tidak memberitahumu sejak awal lalu sekarang bagaimana? Aku harus apa biar kamu gak marah lagi sama aku?" tanya lelaki itu dengan raut wajah putus asanya.

"Jika kamu masih mau mempertahankan pernikahan ini tentunya kamu harus stop peduli dengan mantanmu itu. Tapi kalau kamu masih mau mengunjungi mereka, silahkan saja. Tapi aku akan pergi dari rumah ini." Ujar Shafa begitu lugasnya.

"Shaf, tapi dia seorang diri dan tak memiliki siapapun. Kedua orangtuanya sudah tiada, dia hanya tinggal bersama tantenya, tapi sekarang entah mereka kemana. Suaminya juga toxic, bisa-bisa dia dianiaya lagi." Shafa berdecih pelan mendengarnya. Dia merasa kesal dengan suaminya itu yang nampak masih memperdulikan mantannya itu.

"Oke, jadi kamu memilih opsi kedua. Aku mengerti. Aku yang akan pergi." Ujar Shafa lalu hendak beranjak dari sana namun Danish langsung menahan tangan istrinya itu.

"Shaf bukan begitu. Aku masih ingin hidup bersamamu Shaf. Tolong jangan pergi. You're the one who I need to stay by my side." Ujarnya dengan nada penuh keseriusan.

Married by Accident (END ✅️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang