Oeek..Oeek..Ooeek..
Suara tangisan bayi itu terdengar lagi. padahal Shafa baru saja menidurkannya. Perempuan itu hanya mampu menghela napasnya pelan. Dia sudah tahu siapa pelakunya. Sudah tentu dia adalah sang suami. Shafa melihat ke kamarnya dan mendapati sang suami sedang tersenyum tanpa dosa kearahnya.
"Mas, itu anaknya baru aja tidur loh, kenapa kamu gangguin sih." Protes Shafa kesal pada sang suami.
Ya, nama putri mereka adalah Shafaluna Laila. Nama itu mencuri perhatian Shafa sejak pertama. Ada banyak nama yang dia cari tapi nama Shafaluna yang selalu terngiang di kepalanya. Dia juga sudah merasa cocok dengan nama tersebut. ketika dia bertanya pada Danish, dia pun suka dengan nama tersebut. apalagi arti namanya yang bagus, yaitu bulan yang tenang di malam yang indah.
Mereka biasa memanggilnya dengan panggilan Luna, karena kalo memanggil Shafa nanti akan keliru dengan nama sang mama yang juga berawalan dengan kata 'Shafa'. Shafanina dan Shafaluna.
"Ga tahan sayang, gemes soalnya." Ujar Danish tanpa rasa bersalah sedikitpun. Shafa hanya mampu menghela napasnya lagi.
"Yaudah ya, tidurin sendiri itu anaknya." Ujar Shafa kemudian meninggalkan Danish dan bayinya ke dapur.
Hal itu sudah seringkali terjadi. entahlah kenapa para bapak-bapak baru berinisiatif untuk bermain dengan si bayi ketika tertidur. Padahal ketika bayinya bangun mereka seringkali tidak memperhatikannya. Bahkan lebih memilih bermain ponsel. Ketika sudah tidur barulah mereka beraksi bahkan membuatnya terbangun. padahal sang ibu sudah susah-susah menidurkannya.
Tapi tak apa, untung saja Danish mau bertanggungjawab. Dia biasanya menenangkannya sendiri sampai putri mereka tertidur. Walau butuh waktu lama tetapi cara itu berhasil. Danish selalu bisa membuat putrinya tertidur kembali.
Setiap malam mereka bergantian. Mereka bekerja shifting untuk menjaga putri mereka. Shafa biasanya tidur terlebih dahulu sampai jam satu malam. baru nanti dia bangun dan bergantian menjaga putrinya. atau sebaliknya. Tergantung siapa yang lebih butuh tidur awal.
Danish sudah jago mengurus putrinya sendiri sekarang. semakin sering ia melakukannya dia semakin mahir. Jadi jika Shafa hendak pergi ke luar untuk membeli sayur atau keluar dengan temannya, dia tak perlu khawatir lagi menitipkan sang putri pada bapaknya. Karena dia sudah percaya Danish bisa merawatnya dengan baik.
Danish juga bukan lelaki yang menganut budaya patriarki. Baginya pekerjaan rumah adalah tugas bersama. jika Shafa sibuk merawat putrinya dia sama sekali tidak keberatan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. bahkan sejak sebelum ada putrinya, Danish juga membantu Shafa melakukan pekerjaan rumah.
Dia tidak pernah berubah. Dia tetap menjadi Danish yang selalu ada untuk membantu meringankan beban Shafa. Karena baginya, memuliakan istri adalah hal yang utama. Malah sebisa mungkin dia tak ingin membiarkan istrinya merasa kelelahan karena banyaknya pekerjaan rumah.
Selelah apapun dia, pasti akan selalu membantu sang istri. dia mengerti keadaan istrinya juga. Istri di rumah bukan berarti dia tidak melakukan apapun, tentu saja perempuan di rumah itu untuk melakukan tugas-tugas rumah yang tak ada habisnya. Dia tentu paham tentang hal ini karena melihat ibunya dulu. Ketika ayahnya pergi bekerja, ibunya bekerja membereskan rumah tanpa henti, memasak untuk mereka, mencuci piring, mencuci pakaian dan lain sebagainya. Dia selalu melihat ibunya kelelahan tapi Ayahnya tak pernah menghargai usaha sang ibu. dari situlah Danish berjanji pada dirinya sendiri agar bisa menjadi suami yang baik untuk istrinya. suami yang bisa membantu meringankan beban sang istri dan mengapresiasi setiap apa yang telah ia lakukan.
"Sayang... I have something for you." Ujar Danish sepulang dia dari kantornya. Dia menghampiri sang istri yang sedang duduk santai di ranjang sembari menyusui sang putri.
"Apa Mas?" tanya Shafa penasaran.
"Taraaa...ini hadiah buat istriku tercinta yang sudah bekerja keras menjaga anak kita." Danish mengeluarkan sebuah voucher spa gratis dari tempat Spa terkenal. Tempat yang selalu ingin Shafa kunjungi tapi belum juga terealisasi karena belum ada waktu yang pas.
Sontak saja Shafa tersenyum lebar melihat voucher Spa tersebut. dia benar-benar membutuhkannya saat ini. dia butuh relaksasi dan dipijat karena badannya sudah terasa remuk pasca melahirkan.
"Sayang, ini beneran? Seriusan kan?" tanya Shafa meyakinkan.
"Tentu saja sayang, nih kamu bisa ambil voucher ini kapanpun. kamu bisa me time sepuasnya. biar kau yang jaga bayi menggemaskan ini." ujar Danish sembari menoel pipi sang putri gemas. Padahal putrinya sudah terlelap tidur, tapi Danish tak kuasa untuk menahan rasa gemasnya pada sang putri.
"Thankyou Mas. It means a lot for me. I really needed it." Ujarnya dengan mata yang berbinar gembira.
Shafa pun menggunakan kesempatan itu keesokan harinya. Kebetulan hari itu weekends jadi Danish tidak pergi bekerja. dia pun sudah berkomitmen akan menjaga putrinya selama Shafa pergi ke spa untuk menikmati me time nya.
Baru juga dia sampai di tempat Spa itu tapi pikirannya sudah teringat pada sang anak. Dia pun segera melakukan panggilan video dengan sang suami untuk memastikan bahwa anaknya baik-baik saja.
"Aman sayang, tadi abis minum susu, sekarang bobo lagi." ujar Danish sembari menunjukkan bayi yang ada di gendongannya.
Shafa pun tersenyum lega melihatnya. "Oke, Thankyou Mas." ujar Shafa dengan tulusnya.
"My pleasure sayang. Enjoy your time. don't worry about anything." Pesan Danish pada sang istri. Shafa pun mengangguk mengerti lalu menutup teleponnya.
Memang benar, kalau sudah punya anak rasanya berbeda. Jika seharusnya dia senang menikmati waktu sendiri kini Shafa merasa sedih karena jauh dari anaknya. Dia merasa khawatir dan ingin segera kembali ke rumah. entahlah, dia sudah merindukan anaknya walau dia juga tidak lama meninggalkan rumahnya.
Akhirnya Shafa hanya menghabiskan waktunya selama satu jam saja disana. dia hanya mengambil body message treatment. Padahal dia juga bisa menikmati facial treatment, hair treatmen, medicure, pedicure disana. namun dia memutuskan untuk pulang saja.
"Loh, kok cepet banget sayang?" tanya Danish kebingungan melihat istrinya sudah kembali ke rumah.
"Iya, kangen sama kalian." ujarnya sambil mencium pipi keduanya. Danish tersenyum senang mendengarnya.
"Yaudah yuk makan. Ibu tadi kesini terus masakin sayur asam, ikan asin sama sambal." Ujar Danish membuat Shafa merasa tak enak dibuatnya.
"Loh terus ibu dimana sekarang?" tanya perempuan itu.
"Sudah pulang. Mau jenguk anak temennya yang melahirkan." Jelas Danish yang dijawab anggukan mengerti oleh Shafa.
Mereka pun menikmati makan siang yang sudah dipersiapkan oleh sang mama mertua. Shafa benar-benar bersyukur karena diberi mertua yang benar-benar perhatian padanya. Dia selalu dijadikan ratu oleh mereka.
"Oh ya Mas, gimana kalau aqiqah Shafaluna kita adakan lusa, karena dia udah seminggu setelah kelahirannya." tanya Shafa pada sang suami.
"Boleh sayang,aku setuju, nanti kamu urus aja masalah makanan dan lainnya. pesan dari tempat yang kamu tunjukkin ke aku itu aja gak papa. nanti aku transfer uangnya ke kamu. nanti kita buat acara sederhana saja disini, kita panggil anak-anak dari panti asuhan dan tetangga sekitar aja." Jelas Danish pada sang istri.
"Oke Mas. nanti aku coba hubungi pihak panti asuhan, terus juga cari buat makanan dan snacknya. Juga rencana aku pengen kasih goodie bag untuk anak-anak yang datang. Isinya jajanan anak-anak saja, gimana?" tanya Shafa pada sang suami.
"Boleh sayang. Aku setuju. Kamu atur saja gimana baiknya. Nanti kalo kamu kerepotan minta bantuin Alicia." Ujar Danish yang dijawab anggukan mengerti oleh Shafa.
***
Terimakasih sudah membaca ceritaku...
Have a Blessed day !
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident (END ✅️)
RomanceKecelakaan yang awalnya menjadi petaka bagi kehidupan Shafanina ternyata juga menjadi awal kehidupan bahagianya. Kecelakaan motor yang dialaminya itu menyebabkan ia tak bisa berjalan selama sebulan. Selama sebulan itu juga lelaki yang menabrak dirin...