"Danish aku mau masuk." Ujar perempuan itu dengan wajah gelisahnya. Entah apa yang terjadi dengannya.
Lelaki itu tersadar dari rasa terkejutnya, lalu tidak membiarkan perempuan itu masuk. "Tidak Dara. Aku tidak akan membiarkanmu masuk lagi. aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Lagipula kamu kenapa selalu datang kepadaku ketika kamu sedang hamil? Kali ini aku tidak akan terjebak lagi Dara." Ujar lelaki itu lalu hendak menutup pintunya. Tapi Dara menahannya.
"Gak Daren. Please, biarkan aku masuk dulu. Nanti aku jelaskan." Ujarnya lagi memaksa. Tapi lelaki itu seakan sudah tak ingin lagi mendengar kata apapun dari mulut Dara.
"Sekali tidak tetaplah tidak Dara." Ujarnya tegas lalu menutup pintunya rapat.
Kemudian Shafa keluar dari kamarnya sembari membawa putranya yang sudah wangi itu untuk diserahkan kepada bapaknya, karena dia juga ingin bergantian untuk mandi.
"Siapa mas tamunya?" tanya Shafa pada sang suami.
"Bukan siapa-siapa sayang. gak penting." Ujar Danish berusaha tenang. walaupun ada rasa panik juga di dalam hatinya.
"Oh, aku kira Dara sudah sampai." Ujar Shafa membuat Danish kembali terkejut.
"Dara? Memangnya untuk apa dia kesini?" tanya Danish penasaran.
"Mau main Mas, sama suami dan anak-anaknya juga kok. Cuma mau silaturahmi saja. tadi aku mau bilang kamu tapi lupa." Jelas Shafa membuat Danish seketika merasa bersalah.
Ding..dong..ding..dong
Bel kembali berbunyi. Kini tidak hanya sekali. namun tiga kali.
"Ah, mungkin itu dia sudah datang. Aku buka dulu ya." ujar Shafa sembari menyerahkan putranya kepada sang suami karena dia ingin bergegas membuka pintunya. Sedangkan Danish hanya terdiam merenungi kesalahannya.
"Thanks God. Syukurlah, kamu yang buka, aku mau numpang ke kamar mandi. udah kebelet banget." Ujar Dara yang dijawab anggukan oleh Shafa. Perempuan itu langsung masuk ke dalam.
Sembari menunggu Dara keluar dari kamar mandi, Shafa membuatkan minuman untuk tamunya itu. Dia juga menyiapkan beberapa camilan juga yang sudah ia beli pagi tadi. dia menyuguhkannya di ruang tamu.
"Kok sendiri saja? mana suami dan anak-anakmu?" tanya Shafa pada perempuan itu.
"Tadi anak-anakku merengek minta jajan. Jadi Marlo Cuma turunin aku disini dan dia lagi cari supermarket terdekat. Biasalah memang lagi banyak mau mereka tuh. terus kan lengket banget sama bapaknya. Ya, karena bapaknya nurutin apapun keinginan mereka. jadi gitu deh." jelas Dara pada perempuan yang kini sudah ia anggap sebagai sahabatnya sendiri itu.
"Daddy's girls ya mereka. tapi enak tau, jadi kita bisa banyak me time." ujarnya sambil tertawa.
"Mmm.. Maaf ya Dar untuk tadi." ujar Danish mulai bersuara setelah lama terdiam. Shafa yang mendengarnya pun bingung dibuatnya.
"Gapapa Danish. santai. aku paham kok." ujar Dara sembari tertawa kecil mendengar wajah bersalah Danish. sepertinya kejadian beberapa tahun lalu membuat dirinya trauma.
"Loh ada apa nih?" tanya Shafa penasaran.
"Tadi sebenarnya Dara sudah datang, tapi aku tidak izinkan dia masuk. Aku pikir dia.." ucapannya terpotong karena Shafa sudah lebih dulu tertawa. Dia tak kuasa menahan tawanya.
"Mas, seriously?" tanyanya tak percaya. Danish hanya mengangguk lemah.
"Aku tadi memang buru-buru minta masuk, aku dah kebelet banget. Kamu paham banget kan kalo pas hamil pengen pipis mulu. Nah tadi saking udah gak tahannya aku minta masuk aja tanpa jelasin apapun ke dia. wajar dia bingung. So, don't worry, aku juga salah." Jelas Dara mencoba meluruskan permasalahannya dan mencoba membuat Danish merasa tak bersalah lagi. karena memang itu bukan seratus persen salah Danish saja.
"It's fine. Semuanya udah jelas sekarang. Cuma salah paham. Ayo diminum dan makan apa adanya." Ujar Shafa menawarkan. Dara pun mengangguk sembari menyeruput teh yang sudah disajikan untuknya.
Tak lama suaminya datang bersama dua anaknya. anak pertamanya sekarang sudah berusia enam tahun, sedangkan anak keduanya berumur empat tahun dan sekarang Dara tengah mengandung anak ketiga mereka.
Nama anak pertamanya pun sudah diganti juga, bukan lagi Danisha, namun diubah menjadi Danilla Athalea atau biasa dipanggil Nilla. Mereka sepakat untuk mengubah nama itu agar tidak menimbulkan kesalahpahaman lagi, juga sebagai tanda bahwa mereka akan memulai lembaran yang baru dengan awal yang baik.
Mereka pun berkumpul dan mengobrol tentang ini dan itu. mereka juga menanyakan bagaimana sulitnya tinggal di luar negeri, apalagi Dara harus menjadi ibu rumah tangga dan mengurus semuanya seorang diri. tentu saja itu hal yang sulit tapi dia bisa melewatinya.
Jujur saja Shafa salut mendengarkan perjuangan Dara, menjadi ibu rumah tangga disana. membesarkan kedua anak yang mungkin bukan hal mudah baginya tanpa bantuan orang lain. hanya ada dia dan suaminya. Tapi tentu saja mereka berhasil melalui semuanya dengan baik. sekarang terlihat jelas perbedaan Dara. Dia lebih dewasa, bijaksana, dia juga lembut dalam bertutur kata. Marlo berhasil membuat Dara berubah seperti ini.
Mereka cukup lama di Indonesia jadi Shafa menghabiskan waktu dengan Dara. Playdate dengan anak-anak mereka juga. Mereka jadi akrab dan belajar dari satu sama lainnya. mereka sudah dewasa jadi cukup melupakan masalah di masa lampau dan saling memaafkan. Mereka sudah melupakannya dan kini memulai kehidupan yang lebih baik lagi.
***
Terimakasih sudah membaca ceritaku..
Have a great day guys !
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident (END ✅️)
RomanceKecelakaan yang awalnya menjadi petaka bagi kehidupan Shafanina ternyata juga menjadi awal kehidupan bahagianya. Kecelakaan motor yang dialaminya itu menyebabkan ia tak bisa berjalan selama sebulan. Selama sebulan itu juga lelaki yang menabrak dirin...