"Ibu, gimana ceritanya dia bisa di rumah ini? kenapa ibu menerimanya?" tanya Danish penasaran. Setelah Dara dan Marlo pergi, mereka pun membicarakan hal yang membuat mereka begitu penasaran.
"Ibu juga tidak tahu kenapa bisa dia datang kesini Danish. dia tiba-tiba sudah berada di depan rumah ibu. kemudian dia menangis karena tidak punya siapa-siapa yang membantunya mengurus bayi yang baru ia lahirkan. Sebagai seorang ibu tentunya ibu tidak tega, jadi ibu persilahkan ia masuk. Ibu bantu dia mengurus bayi. Ibu menasihati dia. ibu lihat mental dia juga tidak stabil, jadi ibu takut jika dia melakukan hal yang tidak-tidak pada putrinya. ibu hanya ingin menyelamatkan bayi ini saja Danish, Shafa." Jelas bu Risma pada mereka.
"Dan maaf ibu tidak memberitahu kalian, karena ibu tahu kalian sedang ada masalah. Jadi ibu pikir, kalian lebih baik menyelesaikan masalah itu terlebih dahulu kemudian ibu akan memberitahu jika keadaannya sudah membaik. Tapi ternyata kalian sudah lebih dulu tahu." Danish dan Shafa mengangguk mengerti mendengarnya. mereka jadi tahu alasannya sekarang.
"Dia tidak berbuat yang aneh-aneh kan bu?" tanya Danish cemas dengan keadaan sang ibu.
"Tidak nak. Tapi, ibu rasa ada masalah dengan perempuan itu. Malam itu ibu lihat dia tertawa sendiri, kemudian menangis, yang lebih parah lagi dia hampir membungkam anaknya dengan bantal. Untung saja waktu itu ibu mengawasinya, ibu langsung mengambil alih anaknya dan merawatnya bersamaku." Danish dan Shafa tentu saja terkejut mendengarnya. dia tidak tahu jika Dara separah itu. untung saja anaknya masih selamat.
"Apakah mungkin dia terkena baby blues bu? Shafa pernah membaca tentang hal itu. memang ibu pasca melahirkan rentan mengalami baby blues apalagi pikiran dia juga sedang kacau." Ujar Shafa mencoba menerka apa yang terjadi dengan Dara.
"Ibu juga berpikir begitu nak. Tapi untuk lebih tepatnya, kita harus tanya kepada ahlinya. Dia harus segera mendapatkan pertolongan secara medis. Nanti kalian bicarakan itu dengan suaminya. Dia pasti akan membantu Dara." Keduanya mengangguk setuju dengan ide bu Risma. Sekarang ini yang bisa menolong Dara adalah Marlo. Bagaimanapun dia adalah suami Dara. Pasti dia bisa menanganinya.
"Ah, karena masalah itu ibu sampai tidak sempat memasak apapun untuk kalian. ibu tadi hanya membuat nasi goreng dan adikmu memesan makanan dari luar. Jadi di rumah tidak apa-apa. maaf ya."ujar bu Risma dengan rasa bersalahnya.
"Tak apa bu. nanti kami bisa cari sendiri. ibu sehat kan?" tanya Shafa pada ibu mertuanya.
"Alhamdulillah, ibu sehat nak. Ibu sangat senang bisa melihat kalian bersama lagi. ibu harap kalian akan terus seperti ini ya nak." Ujar bu Risma dengan senyum yang tak dapat ia sembunyikan. Shafa mengangguk pelan lalu memeluk sang ibu mertua.
Mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama, merajut kehangatan mereka kembali sebagai sebuah keluarga. Bu Risma bercerita apapun pada Shafa tentang betapa kacaunya Danish ketika dia pergi. Bahkan rumah sudah nampak seperti kapal pecah. Shafa tertawa mendengar cerita itu. dia tak tahu bahwa Danish akan sangat kehilangan dirinya. Dia menatap suaminya yang begitu pasrah ketika semua aibnya dibuka oleh ibunya sendiri.
"Sekali-kali kamu harus dapat pelajaran Danish. kalau tidak seperti itu kamu pasti tidak akan sadar." Ujar bu Risma menasihatinya.
"Iya ibu. udah ah gak usah dibahas lagi. kan sekarang udah baik-baik aja." Ujar Danish dengan nada sedikit kesalnya karena masih membahas masalah kemarin. Bu Risma dan Shafa pun tertawa melihat ekspresi kesal Danish, tapi mereka langsung berhenti membicarakannya.
Ketika sedang asyik mengobrol, bayi itu menangis begitu kencang, sepertinya dia sedang haus. Dia tentu saja membutuhkan ibunya. Tapi sampai sekarang mereka belum juga kembali.
Danish pun berinisiatif menelpon Marlo dan menanyakan keberadaan mereka. untung saja Marlo langsung menjawab panggilannya dan dia berkata akan segera kesana. Shafa mencoba menimang-nimang bayi itu sampai dia tenang.
"Sayang, nanti kalo kita punya anak, aku janji akan selalu ada disampingmu. Aku akan menemani kamu merawat anak kita." ujar Danish kepada sang istri yang tengah menenangkan bayi Dara.
"Ya emang harusnya begitu. perempuan udah repot mengandung sembilan bulan, melahirkan, terus nanti masih begadang ngurus anak, menyusui. Kalau kamu sampai gak bantu itu namanya gak tahu diri. jadi kalau kamu sampai berani begitu ibu yang bakalan jewer kamu." ujar bu Risma dengan tegasnya pada sang putra.
Shafa pun tertawa mendengarnya. sedangkan Danish merengut karena mendapat omelan dari sang ibu padahal awalnya dia ingin menciptakan suasana romantis dengan sang istri.
"Shaf, jika nanti kalian udah punya anak, terus pas begadang Danish Cuma tidur, kamu guyur saja dia pakai air. Atau lapor ke ibu, nanti biar ibu yang tangani dia." Ujar bu Risma yang masih tetap berlanjut.
"Ibuku sayang, aku pasti gak akan begitu. Aku janji akan jadi suami dan ayah siaga untuk istri dan anaku." Ujar Danish dengan penuh percaya diri.
"Baguslah kalau begitu. dukungan dari suami itu sangat penting bagi istri yang sedang mengandung, ataupun yang sedang dalam fase menyusui. Karena dengan adanya suami, dia tidak akan merasa sendiri. semua yang dilalui bersama-sama pasti akan terasa lebih indah. Jadi kecil kemungkinan bagi istri terkena baby blues. Kalau istri bahagia pasti rumahtangga aman sentosa. Kamu dengar itu Danish?" Danish mengangguk mengerti mendengar wejangan-wejangan dari sang ibu.
Shafa begitu bersyukur diberikan ibu mertua yang selalu menyayanginya. Bahkan kasih sayang bu Risma seperti ibu kandungnya sendiri. bu Risma selalu memastikan bahwa Shafa bahagia dan baik-baik saja. dia tak ingin Shafa merasakan hal yang menyakitkan. Bahkan ketika kemarin mereka ada masalah dan tahu bahwa Danish adalah sumber masalahnya, bu Risma pun yang berjuang untk mencari jalan agar mereka bisa berdamai kembali. Beliau akan selalu memastikan bahwa hubungan mereka baik-baik saja.
"Sebenarnya yang anak kandung aku atau Shafa sih bu, sepertinya ibu lebih sayang sama istriku ya." ujar Danish yang niatnya hanya bercanda saja. tapi bu Risma menanggapinya dengan begitu serius.
"Makanya itu Danish, karena kamu anak ibu, ibu gak mau kamu melakukan hal yang salah. Ibu gak mau kamu menjadi lelaki yang tidak bertanggungjawab dan menyakiti istrimu. Ibu sudah merasakan sendiri bagaimana menyakitkannya hal itu, makanya ibu gak mau Shafa juga merasakan hal yang sama. Ibu gak mau kamu melakukan hal yang sama dengan Ayahmu." Bu Risma berkata seperti itu sembari menangis. Danish pun langsung memeluk sang ibu dan meminta maaf.
Walaupun sudah beberapa tahun berlalu, tapi ternyata kenangan menyakitkan itu masih lekat di benaknya. Lukanya memang sudah sembuh tetapi bekas luka itu masih ada disana. sehingga sewaktu-waktu pasti bisa terasa lagi sakitnya.
Danish benar-benar merasa bersalah karena mengingatkan ibunya tentang luka lama itu. dia tak berniat melakukannya. Dia sama sekali tak ada niatan untuk menyakiti sang istri.
"Maafkan Danish ibu. Danish sudah mengakui kesalahan dan kebodohan Danish. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. aku janji gak akan membuat ibu kecewa lagi." ujarnya pada sang ibu dengan nada bersalahnya.
"Ibu maafkan nak. Ibu harap kamu bisa lelaki yang bertanggungjawab ya nak. Jangan pernah sakiti hati istrimu nak. Cukup ibu yang merasakannya." Ujarnya lagi membuat Shafa ikut berkaca-kaca. Shafa ikut mendekat kearah bu Risma dan ikut memeluknya.
***
Terimakasih sudah membaca ceritaku teman-teman :)
Terimakasih yang sudah memberi apresiasi berupa vote dan komentarnyaa..
Karena Vote dan komentar kalian benar-benar berarti untukku.
Have a great day guys !
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident (END ✅️)
RomanceKecelakaan yang awalnya menjadi petaka bagi kehidupan Shafanina ternyata juga menjadi awal kehidupan bahagianya. Kecelakaan motor yang dialaminya itu menyebabkan ia tak bisa berjalan selama sebulan. Selama sebulan itu juga lelaki yang menabrak dirin...