"Makasih ya Mas, Maaf jadi ngrepotin gini. Mas Bian jadi gak dapet bukunya deh gara-gara aku." ujar Shafa dengan nada menyesalnya.
"Gak papa Shaf santai saja. lagian tadi buku yang aku cari juga tidak ada." Ucapnya mencoba menenangkan Shafa. Dia tak ingin perempuan itu merasa bersalah.
"Oh ya Shaf, besok pagi kalau aku jemput boleh tidak? Kita berangkat kerja bareng." Tawar Bian mencoba peruntungannya. Walaupun dia tahu bahwa Shafa sering diantar jemput oleh Danish tapi dia tetap ingin mencobanya.
Shafa berpikir sejenak sebelum menjawabnya. Dia sedang tidak ingin bertemu dengan Danish besok. Dia tak ingin semakin dekat dengan lelaki itu lagi. Hatinya akan terus berharap lagi pada lelaki itu jika tetap di dekatnya.
"Baiklah. Boleh."ujar Shafa membuat Bian tersenyum lebar.
"Ok. See you tomorrow Shaf. aku pulang dulu ya. Assalamualaikum." Pamitnya dengan rasa bahagia yang membuncah di hatinya.
Setelah Bian pergi, Shafa pun masuk ke dalam rumah. Dia diam sejenak disana dan menghela napasnya panjang. Dia memejamkan matanya lama lalu air mata tak terasa jatuh melewati pipinya. Rasanya masih sakit jika membayangkan hal itu.
"Shaf, jangan bodoh deh. dia bukan siapa-siapa kamu. kenapa kamu harus nangisin dia?" ujarnya bermonolog. Shafa langsung menghapus air matanya dan berusaha untuk tenang.
Pintu pun terbuka. Suara seorang perempuan pun terdengar. Siapa lagi kalau bukan Abelle. Dia cepat-cepat menghapus sisa-sisa air matanya dan berusaha untuk tersenyum.
"Shaf, nih aku bawain martabak buat kamu." ujar sahabatnya itu dengan nada sumringahnya. Dia masih memakai pakaian kerjanya dan langsung mampir ke tempat Shafa untuk memberikan martabak asin untuknya.
"Thanks Bel." Ujar Shafa sembari tersenyum kearah sahabatnya itu.
Tapi Abelle menyadari sesuatu. Dia tahu bahwa Shafa sedang tidak baik-baik saja. dia langsung mendekat kearah sahabatnya itu dengan wajah cemasnya.
"Hey, Are u okay?" tanya Abelle yang dijawab anggukan dan senyum simpul oleh Shafa.
"Kenapa Shaf? cerita saja. Aku bukan baru mengenalmu sehari dua hari jadi jangan coba-coba untuk menutupinya." Ujar Abelle dengan raut wajah seriusnya.
Bukannya menjawab Shafa malah kembali menangis. Abelle langsung memeluk sahabatnya itu. dia ingin berusaha terlihat baik-baik saja tapi di hadapan Abelle dia tak bisa. Shafa pun tak ada pilihan lain untuk menceritakan segalanya pada sahabatnya itu.
"Kamu benar Bel, rasa nyaman itu lama-lama berubah jadi rasa suka. Aku gak tahu kenapa bisa begini. Rasa itu datang begitu saja." ujarnya pada Abelle.
"Ya begitulah Shaf. kita juga gak bisa mengontrol perasaan kita sendiri. Hati kita yang memilih kepada siapa dia akan menjatuhkan rasa itu." Shafa mengangguk setuju dengan hal itu.
"Jalan terbaik untuk mengurangi rasa itu sekarang adalah berusaha untuk tidak terlalu dekat dengannya lagi. Let him go. Fokus sama pekerjaan dan hal lainnya. perlahan pasti kamu bakal lupa tentang perasaan itu." ujar Abelle memberikan idenya itu. Shafa mengangguk mengerti mendengar ide itu. dia akan berusaha untuk melupakannya mulai saat ini.
"Thanks bel, I feel better now." Abelle mengangguk sembari kembali memeluk Shafa.
"That's what friends are for Shaf."
Shafa beruntung bisa dikelilingi oleh orang-orang baik di sekitarnya. dia bersyukur bisa mendapatkan sahabat sebaik Abelle juga rekan kerja yang baik seperti Seto dan Bian. Mereka selalu ada untuk Shafa dan selalu siap sedia untuk membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident (END ✅️)
RomanceKecelakaan yang awalnya menjadi petaka bagi kehidupan Shafanina ternyata juga menjadi awal kehidupan bahagianya. Kecelakaan motor yang dialaminya itu menyebabkan ia tak bisa berjalan selama sebulan. Selama sebulan itu juga lelaki yang menabrak dirin...