"Mas mau kemana? Udah sampai sini aja. Aku bisa kok jalan ke dalam sendiri." ujar Shafa pada sang suami ketika mereka sudah sampai di depan kantor Shafa.
"Gak papa Shaf, aku antar sampai dalam." Ujar Danish bersikeras. Tapi perempuan itu kembali menolaknya.
"Tidak usah. Disini saja. Udah Mas berangkat kerja saja." Danish pun mengalah dan tak membiarkan istrinya masuk seorang diri.
"Mas, ada yang lupa." Ujar Shafa kembali berbalik pada sang suami.
"Apa?" tanya Danish kemudian.
Shafa mengulurkan tangan pada sang suami. Danish terlihat bingung. Dia malah mengambil dompet dari saku celanannya dan hendak memberikan uang kepada Shafa. Perempuan itupun tertawa karena kesalah pahaman suaminya.
"Salaman Mas. Aku bukan minta uang saku." Ujar Shafa disela tawanya.
"Oalah. Bilang dong." ujarnya sembari tertawa malu.
Shafa meraih tangan sang suami lalu menciumnya. Ada getaran aneh di hati Danish ketika Shafa melakukan hal tersebut. Dia seketika tersenyum tanpa dia sadari.
"Aku berangkat kerja dulu ya, Assalamualaikum. Mas juga hati-hati nyetirnya." Pamit Shafa dengan nada lembutnya.
"Waalaikumsalam. Nanti kabari aku kalo sudah pulang." Shafa mengangguk mengiyakan. Lalu dia berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju ruangannya.
Sesampainya di ruangan kerja, Seto sudah duduk di kursi Shafa. Lelaki itu sepertinya sudah menunggu kedatangan perempuan itu. Shafa juga sepertinya sudah tahu apa yang hendak lelaki itu tanyakan kepadanya.
"Pagi Mas." Sapa Shafa dengan senyum cerahnya.
"Shaf duduk. Bukankah kamu harus menjelaskan sesuatu kepadaku?" perintah lelaki itu sembari meminta Shafa duduk di kursi yang ternyata sudah mereka sediakan. Dia seperti orang yang hendak interview kerja.
Shafa tertawa hambar lalu berjalan kearah kursi tersebut. Dia memang harus menjelaskan semuanya. Shafa pun menceritakan kabar pernikahan itu kepada Seto.
"Kalau Bian gak cerita pasti aku juga gak bakalan tahu kalau kamu udah nikah." Ujar Seto dengan nada kesalnya.
"Aku bakalan cerita kok tapi belum waktunya saja." ujar Shafa membela diri. Seto berdecih pelan mendengarnya.
"Tapi kamu sudah yakin jika lelaki itu bisa menjadi suami yang baik bagimu? Aku Cuma gak mau kamu menikah dengan orang yang salah Shaf." ujar Seto dengan nada seriusnya. Kekhawatirannya layaknya seorang kakak yang khawatir dengan adiknya sendiri.
"Aku yakin Mas. He's good. Mas gak usah khawatir." Ujarnya menenangkan. Seto pun mengangguk mengerti.
"Baiklah kalau begitu. Aku hanya bisa doakan yang terbaik untuk kalian." ujar Seto lagi. Shafa pun berterimakasih pada Seto yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.
Seto pun kembali ke tempatnya dan membiarkan Shafa kembali duduk disana. Shafa baru sadar jika Bian tak berangkat kerja hari itu juga. Dia Tak tahu apa yang terjadi dengannya. Dia pun bertanya pada Seto yang lebih dekat dengan Bian.
"Dia sedang sakit jadi gak bisa masuk." Jawabnya membuat Shafa mengerutkan dahinya bingung. Pasalnya kemarin Bian baru saja berkunjung ke rumahnya tapi sekarang dia sudah sakit.
"Sakit apa memangnya Mas?" Tanya Shafa memastikan.
"Entahlah. Mungkin kecapekan aja dia." jawabnya yang ditanggapi anggukan mengerti oleh Shafa. Perempuan itu pun tak bertanya lebih lanjut dan lebih memilih untuk kembali fokus pada pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident (END ✅️)
RomanceKecelakaan yang awalnya menjadi petaka bagi kehidupan Shafanina ternyata juga menjadi awal kehidupan bahagianya. Kecelakaan motor yang dialaminya itu menyebabkan ia tak bisa berjalan selama sebulan. Selama sebulan itu juga lelaki yang menabrak dirin...