8. Protector

587 33 1
                                    

Seharian berada di rumah membuat Shafa merasa suntuk. Dia yang biasanya pergi bekerja kini harus terkurung di rumahnya. teman-temannya sudah banyak yang menanyakan tentang keadaannya tapi Shafa hanya bilang kalau dia baik-baik saja.

Sudah tiga hari dia izin tidak berangkat kerja dan menggantinya dengan bekerja dari rumah. tapi sepertinya dia tak bisa terus-terusan seperti ini. dia ingin bekerja seperti biasanya. Dia pun membulatkan tekadnya untuk berangkat bekerja keesokan harinya.

Dia sudah meminta Abelle untuk mengantarnya bekerja. tentu saja dia tidak bisa membawa motor sendirian. untung saja temannya itu selalu siap membantu dirinya. Shafa sudah berpakaian rapi dan siap untuk pergi ke kantornya.

Terdengar bel pintu Shafa berbunyi. Dia tahu pasti itu Abelle. Dia pun keluar dari kamarnya dan membuka pintunya. Tapi ternyata dugaannya salah. Bukan Abelle yang ada disana melainkan Danish.

"Loh, mas Danish kenapa disini? kan kontrolnya masih empat hari lagi." tanya Shafa penasaran dengan kehadiran lelaki itu disana.

"Kamu mau berangkat kerja kan? kenapa gak ngabarin aku? bukannya kita sudah sepakat kalau masalah antar jemput itu menjadi tanggungjawabku juga. Kenapa malah sembunyi-sembunyi gini mau kerja?" tanya lelaki itu membuat Shafa hanya bisa menyunggingkan senyumnya.

Dia memang sengaja tidak memberitahu lelaki itu karena takut mengganggu waktunya. dia merasa tak enak walaupun dia sendiri yang menawarkan.

"Gak papa Mas, lagian ada Abelle kok yang bantu. Dia sebentar lagi juga kesini." ujar Shafa mencoba untuk tenang.

"Abelle udah berangkat kerja. dia ada meeting penting katanya. Makanya dia hubungi aku dan minta tolong buat nganterin kamu ke kantor." jelas lelaki itu membuat Shafa menggerutu kesal pada Abelle. Kenapa temannya itu tidak bilang padanya jika ada meeting penting itu. tau gitu dia tidak meminta tolong padanya.

"Udah gak usah cemberut gitu. Lagian kamu udah dibilang kalo ada apa-apa telpon aku aja, tapi kok ngeyel sih. Kan kamu juga yang repot sendiri." Lelaki itu masih saja mengomel sembari mendorong kursi roda Shafa keluar dari rumahnya. kemudian dia mengunci pintu rumah Shafa.

"Udah sarapan?" tanya Danish yang hanya dijawab anggukan pelan oleh Shafa.

Mereka pun berangkat menuju kantor tempat Shafa bekerja. tak ada percakapan yang terjadi diantara mereka. Danish yang biasanya aktif bertanya pun sekarang sudah diam saja. Shafa juga sudah tidak mood untuk berbicara banyak.

"Ini kantor kamu?" Tanya Danish ketika sampai di halaman sebuah kantor penerbitan itu.

"Iya. Udah disini saja. nanti aku masuk sendiri. lagian ruangan kerjaku Cuma di lantai bawah kok. nanti biar dibantu pak satpam." Ujar Shafa panjang lebar tapi tak digubris oleh lelaki itu.

Danish turun dari mobil dan mengambil kursi roda milik Shafa. Dia menggendong Shafa dan mendudukkannya di kursi roda. Lelaki itu benar-benar mengurus Shafa dengan baik. walaupun Shafa minta ditinggalkan saja disana tapi Danish seakan tak mendengarnya. dia terus mendorong kursi roda Shafa sampai ke ruangannya.

"Astaga, kamu kenapa Shaf? katanya Cuma meriang doang? Napa di kursi roda sih?" tanya Seto yang terkejut melihat kehadiran Shafa disana dengan kursi roda. Dia langsung berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri perempuan tersebut.

Shafa tersenyum simpul sebelum menjawab pertanyaan tersebut. tapi baru saja Shafa hendak menjawab pertanyaan Seto,seorang lelaki masuk dan menghampiri Shafa dengan wajah terkejutnya.

"Shaf, kamu kenapa? Kok bisa begini?" kini giliran Bian yang terkejut dengan hal itu.

"Aku kecelakaan malam pas kita pulang kerja itu. kakiku patah, terus dibawa ke rumah sakit deh. kemarin udah dioperasi dan tinggal pemulihan aja kok. udah gak papa ini mah. Sebenarnya pakai kruk aja bisa tapi kata dokter untuk sebulan ini pakai kursi roda dulu biar gak banyak gerak kakinya." jelasnya dengan tenang.

Married by Accident (END ✅️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang