Prolog

5.1K 285 42
                                    

Pria dengan setelan jas formal hitam tampak duduk lemas dengan kepala telungkup di atas meja waktu gue masuk ruangannya. Di depan kepalanya ada laptop yang dibiarkan terbuka, tapi dicuekin gitu aja. Tangannya nggak kelihatan karena ketutupan meja, tapi insting gue bilang keduanya dibiarkan terkulai di bawah meja. Lagu Cher - Believe dibiarkan mengalun dari pengeras suara mungil di pojok ruangan, jadi terdengar bergema di ruangan kerjanya yang cukup luas.

Ya ampun, lagu favorit bokap gua, keluaran jaman Soeharto. Tua bener selera lagunya (tapi emang dia tua sih).

Gue diem sebentar di depan pintu. Ada panik dikit waktu ngeliat bos gue dengan posisi tergeletak gitu. Lemes kayak lap basah.

Karena gue nggak bisa liat mukanya, gue sebenernya agak takut kalau dia pingsan. Tapi masa iya? Karena mengingat dia orang sinting yang selalu enerjik di usia senjanya, kemungkinan dia buat pingsan masih dibawah 20%. Nggak mungkin dia pingsan karena kecapekan kerja, orang hobinya kerja.

Beberapa menit berlalu. Gue masih berdiri di pintu, dan dia masih diem dengan posisi yang sama.

Yah, gawat ini mah!

Akhirnya gue menutup pintu dan buru-buru lari menghampiri sambil panik beneran.

"Mas Tion! Mas Tion nggak apa-apa?!"

Hening.

"Mas!" gue menepuk-nepuk lengannya. "Mas? Mas kenapa?!"

Masih hening.

Gue mulai gemetar. Semua pikiran jelek udah bertebaran di kepala gue. Sesehat apapun Pakdhe, kan tetep aja dia laki-laki yang umurnya diatas 40 tahun! Tetep ada aja penyakit yang bisa kapanpun menyerang si om!

Gue memekik waktu pikiran terburuk melintas. Masa iya sih dia kena serangan jantung?!

"MAS TIONN!"

PLAK! PLAK! Dengan panik gue menabok punggungnya berkali-kali sambil meneriakkan namanya. Gue juga mengguncang-guncang heboh pundaknya sekuat tenaga, sambil otak gue sibuk menyusun rencana buat telepon ambulans.

Aduh! Ini gimana?! Eve, Aldo, Mas Andri, Mas Danang ... ini kalau nggak bangun kayaknya gue harus minta tolong ke luar! Ya Tuhan, jangan dulu ambil dia! Gue sayang banget sama dia!!

"MAS TION! MAS TION BANGUN!!MASSS! JANGAN PERGIII!!"

"ADOH! ADOH! SAKIIT!"

"WHOA!"

Gue tersentak kaget ketika tiba-tiba dia memekik dan tangannya berusaha menepis tabokan gue.

Hening sebentar. Gue mengatur napas karena tadi udah hampir nangis, sekarang lega setengah mati ngeliat dia bergerak. Tapi kelegaan itu langsung berganti takut begitu pria itu menggeram rendah. Kepalanya agak bergerak, tapi masih terkulai di atas meja. Mulai terdengar erangan kesal khas pria itu kalau lagi senewen berat - yang berarti sekarang dia lagi senewen.

Gue diem sambil menelan ludah. Mampuslah gue.

Perlahan pria itu menolehkan wajahnya ke arah gue dengan dagu masih menempel di meja. Matanya yang masih merah terlihat menyipit, alis tebalnya mengerut parah, dengan mulut yang meringis. Entah meringis ngilu atau meringis mau ngamuk.

"Sakit!" omelnya dengan suara rendah dan serak.

Gue cuma mematung. Nelen ludah lagi. Nggak berani gerak.

Lu pernah nggak sih piara hamster? Hamster itu kalo bobok kan kayak mati ya. Kadang dia diem aja, sampai lu guncang-guncang karena panik padahal dia lagi enak-enak tidur. Nah, gue lupa kalau bos gue juga kalau tidur suka kayak gitu! Ngeliat mukanya yang masih sepet, kayaknya tadi dia beneran lagi pules. Tololnya, gue tabokin sampai bangun.

Tasha! (A Sequel of Pakdhe!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang