1.

8.6K 349 6
                                    

Langkah kakinya berjalan perlahan namun tegas. Waktu memburunya namun tak juga membuatnya berlari. Matahari yang tadinya bertahta tinggi mulai kembali keperaduannya. Menunjukkan pada dunia bahwa sudah tiba saatnya untuk sang bulan menguasai malam.

Tempat kerjanya tutup lebih lambat dari biasanya. Dan entah kebetulan sekali bertepatan dengan hari dimana ia mengucapkan janji dengan orang yang dicintainya. Tinggal satu persimpangan lagi dan dia akan sampai.

Namun semuanya tak sesuai dengan ekspektasinya. Nyatanya belum sempat kakinya melewati persimpangan itu, sebuah tangan berhasil menjegalnya. Menghentikan langkah kaki jenjang miliknya hingga hampir terjatuh. Beruntung sosok penjegal tangannya itu menopang pinggangnya cukup kuat.

"Maaf." Sosok manis itu berucap. Meski bukan salahnya entah kenapa bibirnya reflek mengucapkan kata tersebut.

"Haechan!" Suara berat menginterupsinya.

Si empunya nama bergetar. Bohong jika ia tak mengenali suara itu. Suara yang dulunya mengisi tiap hari-harinya. Entah bentakan, makian, hingga telinganya tak mampu melupakan meski telah berlalu sekian tahun.

"Ahhh benar kau Haechan. Masih ingat aku?"

Sosok manis itu, Haechan, menarik paksa tangan yang masih digenggam erat. Tubuhnya refleks beringsut mundur. Jalanan cukup lengang hingga tak banyak orang yang berlalu lalang. Minim juga kesempatannya untuk sekedar berlari dan menghilang dalam sekejap berbaur dengan keramaian.

"Tuan Mark." Lidahnya entah sejak kapan terasa kaku hanya untuk mengucap sebuah nama. Pria dewasa usia awal 30an itu hendak melangkah mendekat sebelum akhirnya Haechan mengambil langkah mundur lebih jauh.

Sosok yang dipanggil 'Tuan Mark' itu tersenyum. Sebelah sudut bibirnya tertarik membentuk senyum mengerikan untuk Haechan.

"Bagaimana kabarmu?"

Mark mengeluarkan benda ajaib yang menjadi candunya, vape. Hingga hisapan kedua tak kunjung ada jawaban dari Haechan. Sosok itu masih sibuk menatapnya was-was. Mark terkekeh.

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali kau pergi tanpa kabar." Ia menghisap vapenya sekali lagi.

"Aku masih ingat terbangun dan kau sudah tidak ada di sampingku."

Lagi-lagi Mark tak menerima jawaban. Sedikit merasa jengah. Haechan yang terus menatapnya waspada tanpa mengeluarkan sepatah katapun membuat sabarnya kian menipis.

Mark mencondongkan badannya ke depan, ke arah Haechan. Pikirnya pria manis itu akan bergerak mundur. Namun nihil. Haechan masih tetap berada di tempatnya tanpa pergerakan dengan mata yang terus menatap Mark, membuatnya kesal.

"Kau sengaja menghindariku?"

Haechan mengalah, ia mengambil selangkah ke belakang dan memutus kontak mata diantara mereka. "Aku tidak." Jawabnya.

"Benarkah? Lalu kenapa kau pergi tiba-tiba saat itu?" Mark kembali menyunggingkan senyum sinisnya. "Kukira kau bukan tipe orang seperti itu yang mendadak kabur tanpa suatu alasan yang jelas. Benar bukan?"

"Bukannya itu memang anda inginkan? Anda begitu tidak menyukaiku, saya berhenti juga karena keinginan anda."

"Bohong!" Mark hendak mencengkeram lengan Haechan, jika saja sosok itu tidak kembali bergeser ke belakang.

"Sudah lebih dari 10 tahun tuan. Saya rasa tidak baik jika pertemuan pertama kita justru jadi pertengkaran seperti ini."

"Begitu?" Mark beringsut menegakkan kembali postur tubuhnya lalu menarik kasar jas mahalnya dengan tujuan membuatnya rapi seketika.

KEKASIH TUAN MARK (Markhyuck x Chenle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang