Aktivitas di rumah sakit terbesar Seoul cukup padat meski mendekati tengah malam. Entah kenapa banyak sekali pasien hari ini. Mark menatap Minjeong yang bergerak gelisah di depan sebuah ruangan. Harusnya sekarang mereka berada di igd, namun karena kekuatan orang dalam yang dimiliki Mark mereka bisa mendapatkan kamar meski belum dilakukan pemeriksaan.
Untuk siapa? Chenle pastinya. Di perjalanan ke rumah sakit Mark sempat menghubungi adiknya. Adiknya seorang dokter di rumah sakit itu dan dia minta disiapkan satu kamar segera. Dan sekarang adiknya tengah melakukan pemeriksaan pada Chenle. Bersyukur ia tak terlambat membawa Chenle untuk ditangani. Detak jantungnya sempat melemah tadi di perjalanan.
Seseorang dengan jas putih keluar dari ruangan, lengkap dengan stetoskop yang menggantung di lehernya. Minjeong segera mendekati sosok itu.
"Dengan keluarga pasien?" tanya sang dokter, Jeno, adik dari Mark.
"Saya.. saya walinya." jawab Minjeong.
Mark mendekat. "Dia ibunya."
Jeno tersenyum lalu mengangguk. "Pasien memiliki riwayat alergi terhadap kacang-kacanga. Biasanya hal seperti ini merupakan faktor keturunan. Apa ibu juga memiliki riwayat alergi yang sama?"
Minjeong menggeleng. "Tidak."
"Tidak?" Mark mengangkat sebelah alisnya heran.
"Anggota keluarga lain mungkin?" Jeno kembali bertanya.
"Ayahnya..."
"Kau bercanda?!" Mark nyaris saja berteriak jika saja Jeno tidak meremat lengannya. "Haechan tidak memiliki alergi."
Minjeong menatap tajam ke arah Mark. Wajahnya menegang menahan emosinya pada sosok pria kaya itu.
"Aku bilang ayahnya, bukan papanya!"
Jeno menghela nafas. Ia tahu banyak hal yang tidak ingin dikatakan dengan jujur oleh wanita itu.
"Baiklah. Saya mohon undur diri. Untuk selanjutnya akan kami lakukan tes darah."
"Terimakasih Jeno." ucap Mark.
"Kalau butuh sesuatu cari saja aku di ruangan, Kak Mark."
"Terimakasih." ucap Minjeong.
"Jika nanti pasien sadar tolong segera hubungi perawat."
Minjeong mengangguk.
Jeno berlalu meninggalkan Mark dan Minjeong yang masih bersitegang. Minjeong duduk di kursi tunggu tak jauh dari pintu ruangan.
"Apa maksudmu tadi Nona Minjeong?!" Mark kembali mempertanyakan.
Wanita cantik itu tak mengubah ekspresi datarnya. Dia juga enggan menatap laki-laki kini berdiri di hadapannya.
"Sepertinya tanpa aku jelaskan anda pasti sudah mengerti Tuan Mark."
"Bisakah kau tidak usah berbelit-belit. Katakan saja yang sebenarnya!!"
"Pergilah. Kurasa anda sudah tidak ada urusan lain disini! Terimakasih sudah mengantar Chenle." ucap Minjeong.
Matahari telah terbit beberapa jam yang lalu. Waktu menunjukkan pukul 9 pagi. Haechan baru saja tiba di rumah sakit. Semalam kereta tidak langsung datang, ia harus menunggu berjam-jam untuk jadwal kereta yang akan berangkat ke Seoul. Alhasil ia baru sampai di stasiun pukul 8 pagi.
Haechan berlari menuju resepsionis untuk menanyakan dimana keberadaan sang anak. Setelah mendapat informasi ia segera menuju lift. Lantai 5 untung saja tidak ada seorang pun disana. Penampilannya sangat berantakan, yang pasti akan mengundang perhatian orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKASIH TUAN MARK (Markhyuck x Chenle)
Romance"Hubungan diantara kita hanya sebatas pekerjaan. Jadi jangan berharap lebih dari itu." ~Markhyuck~