7.

2.6K 177 7
                                    

Haechan baru saja selesai mencuci piring bekas sarapan dengan kedua orangtuanya. Ayahnya sudah berangkat kerja sejam yang lalu, sedangkan ibunya keluar entah kemana. Sejak sarapan tadi ia bertukar pesan dengan Minjeong. Menanyakan bagaimana keadaan Chenle. Meski belum genap 24 jam Haechan meninggalkannya, ia begitu mengkhawatirkan keadaan putranya.

Chenle bukan tipe anak yang rewel. Dia bahkan menuruti semua perkataan Haechan tanpa bertanya. Ditinggal beberapa hari seperti ini saja dia diam saja tanpa tangisan. Haechan sangat bersyukur dengan sifat pengertian Chenle. Ia sadar sudah mengorbankan perasaan anak itu demi keegoisannya.

"Chanie..." Teriakan Chitta menggema hingga ke dapur.

"Iya mae..." Haechan buru-buru melepas sarung tangan karet yang ia kenakan dan bergegas menuju pintu depan.

"Sini sayang. Ada yang mau mae kenalkan padamu." Chitta melambaikan tangannya. Memberikan gesture pada Haechan agar mendekat.

Haechan menautkan kedua alisnya. "Kenalkan?" Mungkinkah ibunya kumat lagi?

"Permisi."  Seorang gadis muncul dari balik pintu.
Haechan menatap menelisik. Gadis tinggi ramping dengan rambut hitam panjang tengah tersenyum padanya.

"Silahkan masuk nak. Perkenalkan Haechan, ini Giselle anak teman mae."

Benar dugaan Haechan.

"Giselle."

Gadis itu mengulurkan tangannya. Tak langsung disambut oleh Haechan. Pria manis itu terdiam cukup lama sebelum membalas uluran tangan sang gadis dengan cepat.

"Haechan."

Chitta mengelus lengan Haechan. "Semoga kalian bisa cepat akrab ya."

Gadis bernama Giselle itu tersenyum malu."Iya mae."

Haechan menepis tangan ibunya.

"Maksud mae?"

"Mae ingin menjodohkanmu dengan Giselle. Keluarga Giselle sudah menyetujuinya."

"Menjodohkan? Kenapa mae tidak tanya pendapatku dulu!!!" Intonasi Haechan meninggi.

Bukan sekali dua kali ibunya seperti ini. Biasanya Chitta akan mengenalkan calon yang ia rekomendasikan lewat foto terlebih dahulu. Walau akhirnya Haechan akan menolak. Berbeda kali ini, Chitta membawa seorang gadis secara langsung.

"Apa sih Haechan? Tidak perlu berteriak." Chitta mencubit lengan Haechan.

Giselle berdiri, ia tidak terlalu bodoh untuk mengartikan reaksi dari Haechan.

"Mae, Giselle pulang dulu saja. Sepertinya Haechan butuh waktu bicara dengan mae."

Chitta mengikuti langkah Giselle menuju pintu. Sedang Haechan hanya diam dengan terus menatap interaksi mereka.

"Ahh.. Maaf ya sayang. Mae memang lupa bilang ke Haechan lebih dulu."

Gadis itu kembali mengembangkan senyum. Ia sempatkan melirik Haechan sebentar. "Giselle pamit ya mae."

"Hati-hati. Mae akan menelponmu nanti." Chitta mengantar Giselle keluar.

Haechan menghela nafas berat lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa. Pagi hari yang cerah harus diisi dengan rencana perjodohan konyol yang lagi dan lagi membuat pria manis itu muak. Padahal sudah puluhan kali ia katakan, ia belum ingin menikah. Chenle adalah alasan terbesar bagi Haechan, dan tak seorangpun yang tahu.


BRAKKKK!!!!!


Suara bantingan pintu keras menyentak tubuh Haechan. Sang ibu muncul dari balik pintu dengan wajah memerah.

KEKASIH TUAN MARK (Markhyuck x Chenle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang