Bangunan mewah di tengah kota Gangnam, salah satu kediaman Keluarga Jung, pengusaha ternama. Berdiri di lokasi elit, menggambarkan betapa kayanya keluarga itu. Bangunan rumah dua lantai, dengan halaman luas, hal yang jarang dimiliki oleh masyarakat umum disana.Sebuah mobil terparkir beberapa menit yang lalu. Seseorang nampak berjalan masuk ke dalam bangunan. Di depan pintu ada beberapa maid yang nampak membungkuk memberinya hormat.
"Loh! Kakak pulang? Tumben sekali." Pemuda manis bermata sipit menyambutnya, siapa lagi kalau bukan Jeno, adik Mark yang berprofesi sebagai dokter.
Mark tersenyum menanggapi sambutan sang adik. "Ingin mengunjungi daddy dan bubu."
"Bubu sedang menyiapkan makan malam. Daddy sepertinya sedang mandi. Mau kupanggilkan?" tawar Jeno.
Pemuda tampan itu masih lengkap mengenakan seragam kerjanya, kecuali jas dokter yang memang selalu ia tinggal di ruang kerja di rumah sakit.
"Tidak perlu." cegah Mark. Ia tidak ingin buru-buru bertemu orangtuanya.
"Jeno, aku ingin menanyakan sesuatu." Mark duduk di kursi ruang tamu, diikuti Jeno.
Jeno tidak bereaksi, sebenarnya ia sudah tahu apa yang akan ditanyakan kakaknya.
"Apa itu?"
Mark menghela nafasnya. "Tentang anak yang kubawa padamu waktu itu. Bagaimana hasil tes darahnya?"
"Sudah lebih baik, dia juga sudah pulang tadi. Kasusnya sama denganmu kak, bahkan gejalanya sama persis sepertimu dulu."
Mark terkejut, detak jantungnya terasa lebih cepat dari sebelumnya.
"Bagaimana dengan golongan darahnya?"
"Sudah ku cek sesuai permintaanmu. Golangan darahnya sama denganmu."
Jeno menghentikan ucapannya sejenak, mengamati ekspresi kakaknya yang telihat semakin terkejut. Ia ingin memastikan dugaannya benar atau salah.
"Kenapa? Apa kau mengenal anak itu? Ahh...dia anak Haechan sepertinya."
Mark mengusap kasar wajah tampannya yang kini mulai terlihat frustasi.
"Sama ya." ucapnya nampak putus asa.
"Apa kau tidak bisa melakukan tes DNA sekalian Jeno?"
Yang lebih muda menghela nafas.
"Tanpa persetujuan kedua belah pihak aku tidak bisa melakukannya."
"Tidak bisa ya?" Mark mengusap wajah untuk kesekian kalinya.
"Kenapa kak? Kenapa segitunya kau mencari tahu tentang anak itu? Jangan bilang..." ucapan Jeno yang menggantung segera disaut oleh Mark
.
"Ya. Benar, seperti dugaanmu."Ia tak bisa menutupi hal ini dari semua orang. Jeno selaku adiknya dan dokter yang menangani anak itu, setidaknya harus tahu. Mark tahu Jeno bisa diandalkan, dia pasti bisa membantu.
"Astaga..." walau sebelumnya sudah menduga-duga, tetap saja Jeno merasa terkejut.
"Usianya sudah 10 tahun kak, selama itu kau melepas tanggungjawabmu." Sambung Jeno.
Mark menegakkan tubuhnya, berusaha meluruskan. Bukan sepenuhnya salahnya, pikir Mark. Jika saja Haechan mau memberitahunya dari awal, tidak mungkin dia akan membiarkannya begini.
"Haechan menyembunyikannya dariku. Dan dia baru mengatakan kebenarannya kemarin."
Jeno menghela nafas. Ini bukan masalahnya, tapi entah kenapa ia ikut lelah rasanya.
"Ada yang bisa kubantu?" Jeno berbaik hati menawarkan bantuannya pada sang kakak yang nampak putus asa.
Mark mengangguk. Sedari tadi itu yang dia tunggu.
"Untuk sementara bantu aku agar daddy dan bubu tidak tahu soal ini. Selebihnya biar aku yang tangani."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKASIH TUAN MARK (Markhyuck x Chenle)
Romance"Hubungan diantara kita hanya sebatas pekerjaan. Jadi jangan berharap lebih dari itu." ~Markhyuck~