16.

2.3K 175 14
                                    

Jam masih menunjukkan pukul 7 pagi. Namun suasana rumah mewah milik keluarga Jung itu sudah gaduh sejak satu jam yang lalu. Beberapa pelayan terlihat sibuk mondar-mandir dari lantai satu ke lantai 2.

Begitu juga Taeyong sang nyonya rumah yang ikut ribut menata sebuah ruangan di lantai 2. Dia sibuk memilah warna sprei mana yang cocok dengan interior yang sudah di tata oleh pelayan tadi. Taeyong sendiri yang mendesain ruangan itu secara khusus. Ruangan lama yang pernah di tempati Haechan dulu, sedikit ia rombak mengingat nanti Chenle juga akan ikut menempatinya.

"Apa komputer baru yang kupesan sudah datang?" Tanya Taeyong pada seorang pelayan yang tengah membersihkan meja yang nantinya komputer yang di maksud akan diletakkan disana.

"Sudah Nyonya." Jawab pelayan tersebut.

"Bagus. Bawa kesini, tolong sekalian dipasang oke?" Titah Taeyong.

"Baik Nyonya." Pelayan itu membungkuk sebelum undur diri untuk melaksanakan perintah majikannya.

"Chenle pasti senang jika bisa bermain game di kamarnya dengan komputer baru." Gumam Taeyong senang.

Sosok paruhbaya yang masih terlihat awet muda untuk ukuran seusianya itu berjalan menuju lemari. Ia membuka benda yang terbuat dari kayu kualitas impor tersebut. Kosong, belum ada apapun di dalamnya.

"Loh!! Baju-baju yang kubeli kemarin belum di tata disini?" Taeyong sedikit meninggikan volume suaranya.

Seorang pelayan lain mendekatinya. "Belum Nyonya, setelah ini akan segera lakukan."

"Sebaiknya cepat. Sebentar lagi cucu dan menantuku datang. Saat mereka datang semua sudah harus beres. Mengerti?"

Taeyong melenggang keluar ruang kamar dengan senyuman. Meninggalkan beberapa pelayan yang masih sibuk merapikan kamar.

Taeyong berlari kecil menuruni tangga begitu melihat anak sulungnya sudah berpakaian rapi. Sepertinya hendak ke kantor.

"MARK!!" Teriakan Taeyong menggema keseluruh sudut ruangan.

Mark menoleh. Tersenyum melihat sang ibu yang berlari menuruni tangga dengan wajah ceria. Sudah lama sekali Taeyong tidak membuat ekspresi semenyenangkan itu.

"Iya bu?"

Taeyong mengamit lengan Mark. Bergelayut di lengan anak sulungnya yang penuh kejutan itu.

"Apa Chenle dan Haechan sudah datang?"

"Belum bu. Nanti malam Mark akan menjemputnya."

Taeyong memberengut. "Loh! Bukan pagi ini?"

Mark menggeleng menjawab pertanyaan Taeyong. Dia sudah berbicara dengan Haechab sebelumnya, pria manis itu bilang ada urusan yang masih harus dia selesaikan di pagi hari hingga siangnya. Lagi, dia juga harus mengurus pembatalan kepindahan sekolah Chenle. Jadi Chenle masih akan bersekolah di tempat yang sama. Dia juga harus mengurus pengunduran dirinya dari cafe tempatnya bekerja dulu. Tidak mungkin kan dia tiba-tiba kabur melarikan diri.

"Bubu tidak sabar ingin bermain dengan cucu bubu."

Wajah merengut Taeyong berubah menjadi ceria begitu membayangkan dia akan menghabiskan waktu lebih banyak dengan Chenle. Dia memang selalu sendiri di rumah. Suaminya, Jaehyun, selalu pergi bekerja dari pagi hingga sore, tak jarang pula sampai larut malam. Mark sama saja, bahkan kadang anak sulungnya itu lebih memilih tidur di apartementnya.

Jeno apalagi, rumah sakit itu sudah menjadi tempat tinggalnya. Jarang sekali dia ada di rumah, melebihi Jaehyun dan Mark. Jika nanti Haechan dan Chenle tinggal disana pasti Taeyong tidak akan merasa kesepian lagi.

KEKASIH TUAN MARK (Markhyuck x Chenle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang