Warning! Part ini full flashback ya guys. Ada adegan mature juga, dan part kali ini akan sangat panjang sekali....
Flashback
Haechan berada di ruang kerja Mark. Si empunya ruangan nampak acuh duduk di singgasananya sambil memainkan komputernya. Haechan menghela nafas sembari merapikan kertas-kertas lalu memasukkannya ke dalam map.
Jika bisa dibilang sebenarnya Haechan lah yang berkontribusi besar dalam perusahaan. Dari mulai menyiapkan dokumen, mengatur jadwal meeting sang atasan, belum lagi jika ada masalah internal antara bos dan karyawan. Semua dia yang menyelesaikan. Dia berbagi tugas dengan Karina untuk membuat atasan mereka terlihat sempurna di depan kolega.
Seperti sekarang ini, 30 menit lagi akan ada meeting penting bersama klien dan Mark hanya sibuk memainkan komputer sialannya itu. Haechan bisa menduga kalau Mark sekarang sedang bermain game. Bukannya menyiapkan dokumen dan materi meeting, pria yang memiliki status sebagai Direktur Utama itu justru melakukan hal untuk kesenangan pribadinya.
Mark membanting mousenya. Sial sekali dia kalah dalam gamenya. Matanya menatap tajam ke arah Haechan yang masih setia memilah-milah kertas di hadapannya.
"Sudah berapa kali aku suruh kau untuk berhenti?!" Sarkas Mark.
Haechan mencoba acuh. Bukan sekali dua kali Mark mengancam akan memecatnya. Karena dari awal Haechan bekerja disana bukan karena keinginan Mark. Pantas saja Mark selalu menolak mentah-mentah keberadaannya.
"Berkas meeting anda sudah saya siapkan. Ingin anda yang membawanya atau saya berikan pada Karina?" Tanya Haechan sembari menyodorkan map yang selesai dia rapikan.
"Bukankah lebih baik kau berhenti? Aku muak melihat wajahmu."
Mark memang tak segan-segan mencela Haechan tanpa memikirkan perasaannya. Dan sekarang Haechan sudah terbiasa dengan itu semua.
"Anda mau membawanya sendiri?" Haechan meletakkan map itu di hadapan Mark.
Mark mendengus kesal. Haechan selalu mengabaikan peringatan darinya. Entah apa yang diinginkan orang itu hingga kukuh sekali untuk bekerja disana. Padahal Mark sudah mengeluarkan semua ancamannya, bahkan tak jarang dia sengaja mengerjai Haechan agar pemuda itu tidak betah.
"Terserah!" Mark melenggang pergi meninggalkan Haechan juga map yang berisi materi meetingnya itu.
"Oke akan kuberikan ke Karina." Gumam Haechan.
Taeyong berlari menaiki tangga. Dia mencari keberadaan anak sulungnya yang sudah pasti sedang bermain dengan komputernya sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Namun anak kesayangannya itu belum juga menampakkan batang hidungnya di rumah mewah itu.
Bukan anak kandung, sosok yang dimaksud adalah seseorang yang sudah Taeyong anggap sebagai anak kandungnya sendiri yaitu Haechan. Bahkan menjadi anak yang paling disayanginya sebelum Mark dan Jeno.
Taeyong menendang pintu kamar Mark. Nampak dimatanya Mark sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Sepertinya baru selesai mandi.
"MARK!! DIMANA HAECHAN?! KENAPA KAU PULANG TANPA DIA?!" Teriak Taeyong.
Suaranya menggema memenuhi ruang kamar luas milik Mark.
"Aku memberinya pekerjaan di kantor. Dia belum akan pulang jika pekerjaannya belum selesai bu." Jawab Mark santai.
Mark membuka lemarinya tanpa mempedulikan kehadiran Taeyong yang penuh amarah.
"APA?! DIA KAN SUDAH BEKERJA SEHARIAN BERSAMAMU! KENAPA MASIH DIBERI PEKERJAAN LAGI, DI KANTOR PULA?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKASIH TUAN MARK (Markhyuck x Chenle)
Romance"Hubungan diantara kita hanya sebatas pekerjaan. Jadi jangan berharap lebih dari itu." ~Markhyuck~