9.

2.6K 168 3
                                    

Haechan terdiam di tengah makan malam keluarganya. Makanan favorit yang biasanya menggoda kini diabaikanya. Nasi dihadapannya bahkan masih utuh bentuknya tak tersentuh.
Untuk kesekian kalinya helaan nafas meluncur dari belah bibirnya. Sesekali ia menopang kepalanya dengan tangan. Kakinya bergerak resah. Haechan gelisah. Sejak kemarin perasaannya terasa tidak enak.

Sedari tadi sudah beberapa kali ia ke kamar mandi untuk muntah. Walau tak ada setetespun yang keluar. Bisa dipastikan asam lambungnya naik akibat stress.

"Kenapa tidak dimakan Chanie? Apa kau sakit?" tanya Johnny

Haechan menghela nafas lagi. "Haechan sudah kenyang ayah..."

Chitta meletakkan mangkuk nasinya sedikit kasar hingga menimbulkan suara keras diantara keheningan yang menyelimuti mereka.

"Jika tidak suka tidak usah dimakan!"

"Chitta... Jangan bicara seperti itu. Anak kita pulang jauh-jauh malah kau ajak bertengkar." Johnny memperingatkan istrinya.

"Siapa suruh dia tidak mendengarkanku!!"

"Mae!!" Haechan lelah terus disalahkan, hanya gegara tidak ingin dijodohkan.

"Chitta, sudahlah." Johnny mengelus bahu Chitta.

"Aku akan kembali ke Seoul! Kembalikan ponselku!"

Chitta membereskan alat makannya. Ia sudah tak berselera. Pertengkaran di atas meja makan memang selalu berakhir begini.

"Jika mae bilang tidak ya tidak!!!"

"Kenapa? Karena aku menolak perjodohan itu?" Intonasi Haechan meninggi. Refleks tubuhnya berdiri hingga kursi tempat duduknya terdorong ke belakang dan terbalik.

"YA!! Dia gadis baik! Tidak ada alasan untuk kau menolak dia!"

"Aku tidak menyukainya!"

"Kau hanya belum mengenalnya!"

"KENAPA MAE TERUS MEMAKSAKU?!!"

"Mae tahu yang terbaik untukmu!!"

Haechan mengacak rambutnya frustasi. "Tapi aku tidak ingin mae. Apa mae tidak mengerti perasaanku?"

"Terserah!!" Chitta beranjak menuju kamarnya meninggalkan Haechan dengan seluruh kefrustasiannya.

Johnny mengelus puncak kepala sang anak yang kini terduduk.
"Sebentar ya sayang. Biar ayah bujuk maemu."

"Iya ayah."

"Maafkan papa, Chenle..." lirih Haechan.




Chitta duduk di ranjangnya menghadap ke jendela. Amarah menguasainya, belum pernah sekalipun dalam hidupnya ia bertengkar dengan Haechan sampai seperti ini. Dan jujur bertengkar dengan Haechan sangat melelahkan, ia seperti melawan dirinya sendiri.

Ia hanya ingin yang terbaik untuk Haechan putra semata wayangnya. Giselle adalah gadis yang baik menurutnya yang bisa mendampingi Haechan. Gadis itu berasal dari keluarga baik-baik, Chitta yakin mereka akan jadi pasangan yang cocok.

Deritan pintu terdengar, menandakan ada seseorang yang masuk ke dalam kamar. Chitta melirik sekilas. Dia tahu siapa yang masuk, siapa lagi kalau bukan Johnny suaminya.

"Chitta.." panggil Johnny.

Tak ada jawaban. Johnny mendudukkan dirinya disamping istrinya.

"Chitta.." panggilnya sekali lagi.

"Apa?!" kali ini Johnny mendapat jawaban, namun cukup sarkas.

"Kenapa kau begitu keras pada Chanie?"

"Kau terus saja membela Haechan."

KEKASIH TUAN MARK (Markhyuck x Chenle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang