4.

3.3K 200 2
                                    


Pagi ini matahari cukup bersahabat. Tanpa mendung, dan tetap terasa hangat walau sedikit berangin. Haechan melangkahkan kakinya menuju tempat kerja. Rutinitasnya yang sudah ia lakukan selama bertahun-tahun, ia akan berangkat ke tempat kerja satu jam setelah Chenle berangkat ke sekolahnya. Berjalan kaki sejauh 20 menit dirasanya lebih baik daripada harus mengeluarkan ongkos untuk kendaraan umum.

Haechan memasuki sebuah gedung dimana lantai satunya adalah sebuah cafe. Ya, Haechan telah bekerja disana selama 4 tahun terakhir. Sebelumnya ia bekerja di sebuah kantor. Jam kerja yang tidak fleksibel memaksanya untuk mencari pekerjaan lain. Jika bekerja di instansi ia tak dapat membagi waktunya untuk Chenle. Sampai usianya 5 tahun Haechan harus menitipkan Chenle di penitipan anak. Untung saja bocah pintar itu tidak pernah rewel.

Di ruang loker karyawan Haechan sempatkan menyapa teman kerjanya. Tak banyak hanya 5 orang. Cafe tempat kerjanya tak terlalu besar. Satu bartender, satu koki, satu dibagian cuci piring dan lainnya waiters. Keadaan cafe yang tak selalu ramai membuat kadang para karyawannya bisa mengajukan izin sewaktu-waktu, dan itu sangat menguntungkan bagi Haechan.

"Haechan aku membawakanmu sarapan." Seorang pria manis berseragam sama dengan Haechan membuka tas bekalnya. 3 kotak makan siang keluar dari tas kecil berwarna coklat itu. "Ini untukmu dan Jaemin."

"Wah... Kelihatannya enak." Seorang pria lain mendekat. Name tag bertuliskan nama 'Jaemin' tersemat di bajunya.

"Terimakasih Renjun." ucap Haechan sebelum memasukkan sendok pertama ke dalam mulutnya. "Wah... skill masakmu sudah seperti Kak Doyoung saja." puji Haechan. Doyoung adalah koki di cafe mereka.

"Benarkah? Bagus kalau kalian menyukainya. Akan kubuatkan lagi besok."

Jaemin menyenggol bahu Haechan dengan sebelah tangannya. "Kau jadi pulang cepat nanti?"

"Jadi. Aku harus menjemput Chenle." jawab Haechan.

"Sudah lama sekali Chenle tidak main kesini." gumam Renjun. Biasanya sebulan sekali atau dua kali setelah pulang sekolah Chenle akan ke tempat kerja mereka untuk sekedar bermain atau melihat papanya bekerja. Chenle sangat akrab dengan teman-teman kerja Haechan.

"Chenle makin besar. Dia lebih senang menghabiskan waktunya sendiri sekarang." Haechan menanggapi gumaman Renjun.

"Lagian kasihan Chenle, sekolahnya cukup jauh dari sini. Lain kali kita saja yang main ke rumah Haechan." ucap Jaemin berusaha menyenangkan hati Renjun yang nampak merindukan anak dari sahabatnya itu.

"Haechan kudengar kau mau mengambil cuti?" tanya Renjun sembari membereskan kotak bekal makannya.

"Minggu depan."

"Kau mau pulang ke rumahmu?"

Haechan mengangguk. "Seperti biasa."

"Chenle kau titipkan lagi?"

Haechan kembali mengangguk.

Renjun memeluk Haechan dari samping. "Segera beritahu orangtuamu. Jangan memendamnya sendiri."

"Tenang saja." Haechan mengelus lengan Renjun yang melingkari tubuhnya.

.
.
.
.

Jam besar yang tergantung di dinding cafe telah menunjukkan pukul 2 siang. Haechan tengah merapikan meja bartender tempat Jaemin bekerja, si empunya sibuk membantu Doyoung yang kewalahan membuat pesanan waffle.

"Haechan!" Renjun berteriak sekembalinya dari mengantar pesanan pelanggan.

"Ya?"

"Kau bilang mau pulang cepat karena harus menjemput Chenle."

KEKASIH TUAN MARK (Markhyuck x Chenle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang