17.

2.7K 180 10
                                    

Haechan membuka mata dari acara tidurnya. Entah sejak kapan dia terbaring disana, dia tak ingat. Seingatnya terakhir dia berjalan mengikuti Mark semalam, selebihnya dia tak ingat sama sekali. Perlahan dia bangkit dan menuju kamar mandi. Dia harus menyegarkan diri dan mulai bekerja.

Mark hendak mengetuk kamar Haechan ketika telinganya mendengar suara gemericik air dari dalam ruangan itu. Mark menebak jika Haechan sedang mandi sekarang. Akhirnya dia memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia harus berangkat bekerja.

Kantung mata Mark sedikit menghitam. Semalaman dia tidak tidur karena harus menjaga Haechan. Kejadian Haechan pingsan tadi malam cukup mengejutkan untuk Mark, apalagi Chenle yang terus menangis. Dia sampai harus menghubungi Jeno dan menyuruhnya pulang ke rumah untuk memeriksa Haechan.

"Haechan sudah bangun Mark?" Tanya Taeyong sembari menata makanan di atas meja.

Mark mengambil kursi di samping Chenle. Dia sempatkan mengelus rambut Chenle yang sudah tertata rapi. Pasti Taeyong yang menatanya. Chenle juga sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

"Sepertinya sudah bu. Mark dengan suara air di kamar mandi, Haechan pasti sedang mandi." Jawab Mark.

Taeyong mengangguk. Di meja makan ada Jaehyun, Mark, dan Chenle yang sudah memulai acara sarapan mereka. Sedang Taeyong sesekali membantu menyuapi Chenle makan. Suara langkah kaki di tangga menarik atensi Taeyong.

Haechan nampak berjalan perlahan menuruni tangga lengkap dengan kemeja kerjanya. Taeyong meninggalkan kegiatannya dan beralih menghampiri Haechan. Dia merangkul bahu Haechan menuntunnya untuk turun dari tangga lebih pelan.

"Kau sudah baik-baik saja?" Tanya Taeyong sembari menarik kursi untuk Haechan.

"Sudah bu." Jawab Haechan.

Taeyong mengambilkan nasi untuk Haechan juga beberapa lauk disana. "Makanlah dulu."

"Bagaimana keadaanmu Haechan?" Tanya Jaehyun.

"Sudah lebih baik Tuan."

"Haechan! Panggil daddy." Taeyong membenarkan panggilan Haechan terhadap suaminya.

"Nanti minta Jeno untuk memeriksa keadaanmu lagi. Kalau perlu datang ke rumah sakit untuk cek kesehatan." Ucap Jaehyun lagi.

"Iya dad." Kali ini Haechan mengubah panggilannya terhadap Jaehyun.

Haechan beralih menyantap sarapannya. Membiarkan suasana kembali hening hanya dengan suara dentingan sendok yang beradu.



Chenle melambaikan tangannya pada Haechan. Hari ini dia berangkat sekolah tidak lagi menaiki bus, melainkan mobil pribadi mewah lengkap dengan supir. Ini pertama kalinya dalam hidup Chenle merasakan seperti ini, padahal dia baru tinggal semalam di rumah Mark. Tapi dia sudah diperlakukan sebagai tuan muda.

"Papa, Chenle berangkat sekolah dulu."

Chenle melompat ke dalam mobil dengan semangat.

Taeyong tersenyum ke arah Haechan. "Kami berangkat dulu."

Haechan membungkuk tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dalam hatinya dia bersyukur karena Taeyong begitu menyayangi Chenle. Bahkan memperlakukannya istimewa begini.

"Sekarang bubu yang akan mengantar jemput Chenle. Kau tidak perlu khawatir lagi Haechan." Lanjut Taeyong.

"Terimakasih banyak bu." Ucap Haechan tulus.

Taeyong memeluk Haechan sekilas.

"Jika masih tidak enak badan tidak perlu bekerja. Bubu akan bicara pada Mark."

Haechan menggeleng. "Tidak perlu bu. Saya baik-baik saja."

Sejak awal dia menyetujui tinggal di rumah mewah itu untuk bekerja sebagai assisten Mark. Dia tidak bisa hanya bersantai-santai saja. Mungkin akan berbeda keadaannya jika dia mau dinikahi oleh Mark. Haechan akan menjadi nyonya rumah yang tidak perlu melakukan apapun untuk mempertahankan hidupnya, semua pasti di akan ditanggung keluarga itu.

KEKASIH TUAN MARK (Markhyuck x Chenle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang