Mark duduk di balik meja yang membesarkan namanya. Pikirannya masih melayang pada kejadian kemarin sore. Wajah angkuh wanita itu masih terus terngiang diingatannya. Bagaimana suara Chenle memanggil dia dengan sebutan mama terus berdengung di telinga Mark.
Matanya memerah. Wajahnya berubah merah padam menaham amarah. Ingatan Mark melayang kembali disaat dimana pertemuannya dengan Haechan. Semua yang dikatakannya tak lebih dari bualan. Kepalan tangan Mark menghantam meja, menimbulkan memar kemerahan di punggung tangannya.
"Karina!" teriakannya menggema memenuhi ruangan.
Seorang wanita cantik masuk. Berjalan mendekat lalu membungkuk sedikit memberi hormat."Iya pak? Ada yang anda butuhkan?"
Tangan Mark memutar paksa laptopnya ke arah sekretarisnya itu, menampilkan wajah cantik gadis yang mengganggu pikirannya.
"Cari info tentang ini. Namanya Kim Minjeong, berkasnya harus ada di atas mejaku dalam 2 jam!"
"Baik pak." Karina mengambil laptop milik Mark lalu berjalan keluar.
2 jam kemudian....
Mark berdiri menghadap dinding kaca besar. Kantor perusahaannya berada di lantai 15 gedung mewah di Seoul. Nafasnya yang memburu berangsur stabil. Ia mulai bisa mengendalikan amarah yang sempat menguasainya.
Inilah sifat aslinya. Dingin, keras, dan kejam anggapan bagi beberapa orang. Mark sangat perfeksionis, tidak ada yang tidak mengenali sifatnya satu ini. Dia tak segan memecat seseorang jika tak sesuai dengan keinginannya.
Anehnya seumur hidupnya baru bocah itu yang membuat Mark bisa menyingkirkan semua sifat dominannya. Selain dengan keluarganya Mark akan selalu mengangkat kepalanya. Bocah itu mampu membuat Mark nyaman.
Pintu ruangannya terbuka, menampilkan Karina dengan beberapa lembar kertas digenggamannya.
"Ini berkas yang bapak minta." Karina meletakkan kertas-kertas itu di atas meja.
Mark berjalan mendekat ke meja kerjanya, meraih kasar lembaran malang itu. Sebelah sudutnya terangkat membentuk seringai mengerikan.
"Ada lagi pak?"
"Tidak, terimakasih. Kau boleh pergi."
"Baik pak." Karina membungkuk memberi hormat sebelum berjalan pergi meninggalkan Mark sendiri di dalam ruangannya.
Mark melempar kertas itu ke atas meja.
"Haechan ternyata kau ingin bermain-main denganku."
Mark mendudukkan tubuhnya di kursi kebesaran miliknya. Tangan kanannya meremat kertas tak berdosa itu hingga nampak kusut mengenaskan.
"Kau bilang dia anakku, tapi nyatanya dia anakmu dengan orang lain? Apa yang kau ingin dariku sebenarnya?!"
"Berhati-hatilah Haechan. Kau tidak tahu siapa yang kau hadapi sekarang."
Mark menumpukan kedua tangannya di meja, memangku dagu dengan kedua ibu jarinya.
"Mempermainkanku sama dengan menggali kuburanmu sendiri."
Pria bermarga Jung itu beranjak, meraih jas yang tergantung di dekat pintu masuk ruangannya.
"Anda ingin pergi pak?" Karina yang meja kerjanya berada di dekat pintu ruangan Mark berdiri melihat sang atasan.
"Aku ingin keluar sebentar. Jika daddy bertanya bilang aku meeting diluar dengan klien."
"Baik pak."
Karina menatap kepergian Mark yang kini menghilang ditelan lift. Wanita cantik itu meraih ponsel di kantongnya, menekan tombol panggilan cepat disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKASIH TUAN MARK (Markhyuck x Chenle)
Romance"Hubungan diantara kita hanya sebatas pekerjaan. Jadi jangan berharap lebih dari itu." ~Markhyuck~