BAB 1 Nouveau Départ (Part 3) 🔞

107 2 0
                                    

Peringatan: Terdapat konten yang menggunakan bahasa vulgar dan tindakan kekerasan dan sex non-konsensual

⋆。゚☁︎。⋆。✧ ゚。⋆

'Sejin-ah.'

Tak ada tempat untuk kabur. Seseorang membelai telingaku dan mengusap ujung pipiku dengan ibu jari. Tangan yang turun ke leherku dengan lembut menekan cekungan tulang selangka dan kemudian perlahan menjauh.

'Sejin-ah.'

Lagi.

Pria itu lagi.

'Jeong Sejin.'

'...'

Aku ingin menjawab, tapi suaraku tidak mau keluar. Tekanan halus membebani seolah-olah seseorang mencekikku. Di balik pandanganku yang kabur, aku melihat sesosok pria, tampak seperti kabut.

'Jika Kau ingin menyelamatkan perusahaan mu...'

Pria itu perlahan mengulurkan tangan dan meraih punggung tanganku. Tangannya yang besar melingkari bagian belakang kepalaku dan menjambak rambutku dengan kasar. Bibirku sedikit terbuka saat kepalaku menunduk dengan sia-sia.

'Kau harus bertingkah seperti pelacur.'

Aku bahkan tidak mengerti apa yang dia katakan. Dalam sekejap mata, bongkahan dagingnya mendekat memaksa masuk melalui celah kecil dari mulutku. Mmph, sudut mulutku tiba-tiba terbuka lebar, dan menjerit seolah terkoyak.

'Ugh...'

Aku merasa seperti kehabisan napas, tersedak. Rasa mual yang sempat naik ke tenggorokanku terhalang oleh rasa tertekan di pangkal lidah. Alat kelaminnya masuk perlahan, menggores langit-langit mulutku, dan terus maju ke dalam.

'Buka mulutmu dengan benar'

Bisakah suara yang datar terasa begitu dingin? Air mata menggenang di mataku tanpa sadar, mengalir di pipiku sebelum aku bisa menahannya. Alangkah baiknya jika itu hanya air mata fisiologis. Sayangnya, beberapa emosi melekat pada air mata itu.

'Jeong Sejin.'

Panggil pria itu mendesak. Dorongan untuk bergegas dan melakukannya dengan benar dan cepat, dan tidak menunjukkan sedikit pun simpati bahkan ketika aku sedang menangis. Apa salahku, kenapa kamu melakukan ini padaku? Tidak ada waktu untuk menanyakan pertanyaan seperti itu.

'Mmh...'

Sensasi leherku yang dipaksa melebar selalu terasa asing hingga membuatku merinding. Aku ingin menarik kepalaku ke belakang, tapi tangan yang memegang rambutku benar-benar menghalangi bahkan kemunduran sekecil apa pun. Penis yang didorong masuk, memperluas wilayahnya lebih dalam.

'Haa...'

Pria itu berhenti memasukkannya hanya setelah dia mendorong sampai ke pangkalnya. Dengan suara erangan pelan, dia perlahan mendongak. Alat kelamin yang belum bangkit sepenuhnya itu menusuk tenggorokanku tanpa ampun sedikitpun.

'Hmf..!'

Rambut kemaluan menyentuh ujung hidungku. Tanpa sadar aku mengerucutkan bibir karena rasa mual yang tiba-tiba. Gigi depanku menyentuh alat kelaminnya, dan lelaki itu berhenti bergerak dan menarik rambutku.

'...!'

Blink, pemandangan berubah. Kali ini aku berbaring di lantai keras dengan kaki terbuka. Aku terkejut dengan perubahan keadaan yang tiba-tiba. Sebuah suara meninggi datang dari suatu tempat.

Beyond The Memories (TRANS INDO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang