BAB 3 Petit à Petit (Part 8)

44 2 2
                                    

Tatapan kami bertemu. Ekspresi Kwon Yido terlalu serius untuk sekedar skenario buatannya. Matanya yang membentuk cekungan hampir terlihat menyedihkan.

"...... Kurasa aku akan menanyakannya lebih dulu."

'Apa?' Kwon Yido bertanya. Tatapannya tampak menelisik wajahku, membuatku merasa seakan terikat tanpa bisa bergerak sedikitpun. Aku menunduk dengan bingung dan berbicara perlahan.

"Aku akan bertanya kepada orang itu, kenapa dia membutuhkannya."

Jika dia sangat membutuhkannya sampai-sampai harus mencurinya dariku, aku mungkin akan bersedia memberikannya. Tergantung seberapa besar kerugian yang akan kuterima karenanya, tapi jika aku memang sangat mencintainya, aku akan melakukan apa saja untuknya. Disamping itu kurasa aku tidak memiliki sesuatu yang cukup berharga untuk bisa dicuri dariku.

"Aku tidak berpikir seseorang yang kucintai akan mencuri sesuatu begitu saja dariku."

Aku tidak pernah menjalin hubungan, apalagi jatuh cinta. Sekalipun aku tidak memiliki orang yang spesifik dalam pikiranku, aku hanya berpikir, 'Mungkin terjadi sesuatu dengannya sampai-sampai harus mencuri dariku?'

"Kupikir aku hanya akan bertanya alasannya, dan jika dia benar-benar membutuhkannya, aku akan memberikan sesuatu itu kepadanya."

"......."

"Pasti ada sesuatu yang terjadi dengannya sampai dia harus mencurinya dariku."

Setelah mengatakan itu, tiba-tiba aku menyadari jika suasananya saat ini sangat canggung. Rumah kaca itu begitu hangat, tetapi percakapannya begitu dingin. Tidak ada yang serius, hanya asumsi sederhana.

"Tentu saja sulit untuk mengalah begitu saja untuk sesuatu hal yang jelas merugikanmu, tapi....... Akan menyenangkan untuk bisa memberikannya dan membantu kesulitannya."

Kata-kata terakhir itu hampir seperti lelucon. Tidak seperti aku ingin Kwon Yido tertawa, hanya saja aku ingin sedikit meringankan suasananya. Tapi entah bagaimana dia akhirnya menjawab dengan ragu.

"...... Aku mengerti."

Aku merasa malu. Dia terlalu serius mendengarkan jawabanku yang tidak masuk akal. Jadi aku bertanya kepadanya, apakah hal ini membantu, dan dia menjawab, seolah-olah itu adalah hal normal.

"Ya, sangat membantu."

"......."

Apa pun itu, pasti sangat membantunya, dan itulah sebabnya dia tampak tersenyum sumringah.

"Itu benar, dan aku bisa melihat bahwa kau adalah tipe orang yang akan memberikan apapun pada orang yang benar-benar kau cintai."

"Yah........ apa?"

"Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Mengalah."

Kwon Yido perlahan berdiri dari kursinya setelah tertawa pelan. Kelopak bunga yang jatuh ke lantai hancur karena terinjak sepatunya yang disemir dengan rapi. Itu adalah tindakan yang jelas hanya bisa digambarkan sebagai kesengajaan.

"Berhati-hatilah untuk tidak mengambil apa pun dariku."

"......."

Orang macam apa yang akan mengambil sesuatu milik Kwon Yido. Dan jika kau mencuri sesuatu yang seharusnya tidak dicuri, kau bisa mengalami kerugian dua kali lipat dibandingkan tidak mencurinya sejak awal.

"Baiklah, ...... akan berbeda jika aku memberikannya padamu dengan tanganku sendiri."

Dia mengatakan itu dan mengulurkan tangannya sambil tersenyum lembut. Tangannya yang terulur menghadap ke atas, tanpa ada apa-apa di atasnya. Setelah beberapa saat merenungkan apa artinya ini, dia menjentikkan jarinya.

Beyond The Memories (TRANS INDO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang