BAB 3 Petit à Petit (Part 9)

33 2 2
                                    

"......."

Perlahan aku menundukan kepalaku. Ini adalah pertanyaan yang paling ingin aku tanyakan sejak awal. Tapi aku tidak yakin apakah aku harus merasa bersyukur karena ayah mempertanyakan hal ini kepadaku lebih dahulu alih-alih ke Kwon Yido, atau apakah aku harus khawatir karena aku tidak mencari tahu mengenai hal ini lebih jauh dengan Kwon Yido.

"Kami tidak banyak membahas soal hal itu."

"Huh."

Ayahku menghela napas keras, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja kukatakan. Alisnya berkerut, dia terlihat sangat kesal. Tak, Tak, dia menepuk bahunya dengan tongkat golf dan perlahan berjalan menuju meja.

"Aku bahkan sengaja memanggilmu setelah siklus heat mu berlalu ......."

Aku menegakkan punggung dan menutup mulutku. Aku merasa seperti akan tenggelam ke lantai, meskipun saat ini aku jelas-jelas berdiri tegak. Bahuku perlahan merosot, dan kepalaku tertunduk menghadap lantai meski aku tidak berniat melakukannya.

"Apakah kau sudah melakukannya?"

"...... soal itu."

"Ck, jika kau terlalu banyak bermain-main, dia tidak akan paham."

Ayah mengerutkan kening dan mengobrak-abrik mejanya. Dia tampak mencari sesuatu di antara tumpukan kertas.

"Tidak perduli bagaimana nasib akhir pernikahannya nanti, selama kau tingal dirumah yang sama dengannya, bukankah kau harus melakukan apapun yang bisa kau lakukan?"

Tiba-tiba, aku menyadari apa yang dimaksud oleh ayah. Singkatnya, apakah aku sudah berhubungan seks dengan Kwon Yido.

"Ayah."

"Ya, bicaralah."

Ayahku masih mengacak-acak kertas dengan membelakangiku. Dia mengeluarkan beberapa kertas dan menyusunnya dengan rapi, lalu mengeluarkan beberapa kertas lagi dan menyisihkannya. Sepertinya dia tidak berniat melakukan percakapan tatap muka denganku.

"Kwon Yido sepertinya ingin ...... agar saya tidak hamil sampai berkas-berkas pernikahannya diselesaikan."

Kwon Yido mengatakannya padaku, 'Aku tidak menginginkan itu darimu, Jeong Sejin-ssi'. Dia sepertinya tidak berniat untuk memiliki anak denganku, dilihat dari fakta bahwa dia tidak melakukan apapun ketika siklus heat ku datang. Tapi ayah menginginkan kami untuk segera memeiliki keturunan, jadi keinginan mereka berlawanan.

"...... apa?"

Dia mengalihkan pandangan dari kertas-kertasnya karena terkejut. Matanya yang lebar seakan bertanya kepadaku apa maksudnya. Aku mengepalkan tangan dan berbicara dengan suara setenang mungkin.

"Ketika saya menyinggung masalah perencanaan anak, dia mengatakan bahwa dia tidak menginginkan itu dari saya......."

"Dia bilang begitu?"

Mata paruh bengkoknya memelototiku dengan tajam. Aku merasa jika aku tidak segera menjawabnya, aku akan mendapat masalah. Tapi tentu saja hanya ada satu hal yang bisa kukatakan.

"Ya. Kwon Yido bilang begitu."

"......."

Keheningan yang mencekam menyelimuti ruang kerja. Tiba-tiba saja suasananya menjadi senyap, dan aku tidak berani untuk membuka mulutku lebih dulu. Aku hanya menunduk, menunggu kata-kata berikutnya, sampai terdengar suara ayahku mengertakkan giginya.

"Sialan......."

Aku tidak tahu mengapa dia begitu marah, apa gunanya bagi ayah jika aku memiliki anak Kwon Yido.

Beyond The Memories (TRANS INDO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang