BAB 4 Raison d'etre (Part 3) 🔞🔞

86 3 0
                                    

Peringatan: Terdapat konten yang menggunakan bahasa vulgar dan tindakan kekerasan dan sex non-konsensual

⋆。゚☁︎。⋆。✧ ゚。⋆

Aku tidak tahu bagaimana waktu berlalu. Dengan panik aku meninggalkan kamar Kwon Yido dan mengunci diri di kamar lagi. Bahkan jika pelayan rumah tidak memanggilku untuk sarapan, aku akan tetap diam di dalam kamarku sampai waktu makan siang tiba.

Setelah sarapan, aku merasa sangat tidak nyaman. Aku merasa seperti tidak ingin pergi ke rumah kaca yang biasanya selalu kudatangi, bahkan buku yang kusukai pun tidak bisa menarik perhatianku. Aku hanya duduk diam di dalam kamar, membuang-buang waktu tanpa tujuan.

Sekretaris Kwon Yido datang mengunjungiku setelah aku selesai makan siang. Perutku terasa penuh, seperti mual karena terlalu banyak makan. Aku khawatir jika aku bersikap seperti sedang sakit, Kwon Yido akan menghubungiku, jadi aku hanya menahannya di kamar tanpa ada yang mengetahuinya.

"Saya di sini untuk keperluan Direktur Utama."

Sekretarisnya adalah seorang pria muda yang tampaknya berusia 30-an. Sosok berkacamata tipis itu entah bagaimana mirip dengan Sekretaris Kim. Dia menerima USB yang kuberikan padanya dan bertanya dengan wajah sedikit terkejut.

" ...... Apa anda sedang tidak sehat?"

Untuk sesaat, aku memaksakan senyum karena merasa akan membuat keributan. Aku berpura-pura tidak ada yang salah, tapi pertama-tama, aku penasaran apakah wajahku saat ini seburuk itu.

"Tidak, aku hanya merasa sulit tidur. Itu bukan masalah."

Saat aku mengatakannya dengan alami sambil menunjukkan wajah baik-baik saja, sekretaris itu dengan cepat mengangguk. Dan setelah mengangguk, dia langsung meninggalkan rumah. Begitu saja. Siapa pun yang melihatnya pasti mengira dia jenis orang yang mengerjakan pekerjaannya sesuai perintah.

" ...... Ha."

Aku menekan area di sekitar ulu hatiku dan berjalan ke lantai dua. Aku masih belum ingin keluar rumah, dan perutku yang seakan penuh semakin terasa tidak nyaman. Akan lebih baik jika setidaknya aku bisa tidur. Insomnia sialan ini menyiksaku hingga hal ini bisa terjadi.

Kamar terakhir di lantai dua. Meskipun tidak nyaman untuk keluar masuk kamar sejauh itu, ini adalah tempat yang sempurna untuk dijadikan ruang pribadi.

Dengan sekali klik, pintunya tertutup. Sudah lama sekali sejak aku tinggal di sini, dan aku berpikir bahwa hanya ini tempat yang benar-benar bisa kusebut sebagai tempatku. Aku belum pernah merasa senyaman ini, baik di kamarku di rumah maupun di apartemen tempatku tinggal sejak aku berumur 20 tahun.

Meski begitu, alasan kenapa aku terus merasa mual adalah karena kata-kata Kwon Yido terus muncul di kepalaku.

'Aku akan membawakanmu hadiah saat aku kembali.'

Dengan linglung, aku berjalan menuju tempat di mana meja itu diletakkan. Di sisi kanan, terpisah dari kamar tidur, terdapat sofa berwarna putih yang terbuat dari bahan lembut. Mirip dengan kamar Kwon Yido, namun memiliki struktur yang sedikit berbeda. Alih-alih di sofa panjang, aku duduk di sofa tunggal, menatap meja dalam diam.

'Apa yang kau inginkan?'

" ...... "

Jika aku memberitahumu apa yang sebenarnya kuinginkan, bagaimana reaksimu? Seberapa banyak yang bisa dia berikan kepada partnernya untuk melewati siklus heat dan untuk berbagi ciuman?

'Aku punya lebih banyak hal yang bisa kuberikan padamu dari pada yang kau kira.'

Aku dengan hati-hati mengangkat dokumen yang diletakkan di atas meja. Dokumen yang ditulis dengan Bahasa Inggris itu penuh dengan segala macam istilah pemrograman yang tidak ku mengerti. Beberapa diagram dan penjelasannya dengan cukup jelas menggambarkan apa yang ingin disampaikan, bahkan saat semua itu tertulis dalam bahasa asing.

Beyond The Memories (TRANS INDO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang