BAB 2 Déjà vu (Part 5) 🔞

114 4 1
                                    

Peringatan: Terdapat adegan dewasa tidak untuk anak dibawah umur

Aku duduk di rumah kaca dan membaca buku sampai jam makan siang. Aku berusaha menyibukan diri, tapi suara hujan yang menerpa jendela mengalihkan sebagian besar pikiranku. Berdasarkan pengalamanku, semakin Kau tidak memahami satu hal, semakin tak ada gunanya untuk menggali lebih dalam.

Pada saat itulah, hujan mulai menunjukkan tanda-tanda berhenti sedikit demi sedikit. Hujan yang tadinya mengguyur seakan-akan langit telah terbelah, menjadi semakin tipis dan ringan. Langit yang tertutup awan gelap, juga tidak segelap dan sesuram sebelumnya.

Apakah ini sudah lewat tengah hari? Telepon genggamku mulai berdering nyaring. 

Drrtt drrtt

Getarannya lebih berisik dibandingkan saat salah satu bawahanku mengalami kecelakaan. Aku terkejut dan melihat ke layar, yang penuh dengan pesan yang dipenuhi dengan berbagai macam tanda tangisan.

[Apakah benar Anda mengundurkan diri dari perusahaan?]

[Tolong kembalilah, Direktur ㅜㅜ ㅜㅜ]

[Kami merindukanmu!!!]

Itu adalah pesan dari para karyawan yang bekerja denganku sebelumnya. Aku melihat beberapa nama yang tidak asing bagiku, ada juga nama-nama yang jarang kutemui. Berita tentang pengunduran diriku akhirnya sampai ke mereka, atau bisa saja ayah telah memilih seorang Direktur dan menunjuknya untuk menggantikanku.

Mereka tidak hanya mengatakan bahwa mereka tidak senang, tetapi mereka juga mengatakan bahwa mereka akan menungguku datang. Aku sempat terkejut dengan jumlah pesan yang kuterima, lebih banyak dari yang kuduga, namun Aku tertawa terbahak-bahak ketika melihat pertanyaan, 'Bagaimana kita bisa menjalankan perusahaan tanpa Direktur?'

"Bahkan mereka mendoakan kebaikanku..."

Aku tahu mereka tidak akan terlalu sedih karena kehilangan bos mereka. Mereka mungkin merasa lega karena orang yang mengomeli mereka sudah tidak ada. Namun, hal-hal sopan yang mereka katakan tidaklah buruk, jadi Aku menanggapi setiap orang satu per satu lalu berdiri.

'Kudengar Kau tidak makan siang hari ini.'

Pada hari ketika Aku melewatkan makan siang karena tidak nafsu makan, Kwon Yido berbicara dengan raut wajah yang tidak nyaman. 'Jika Kau tak masalah dengan ini, Aku akan memberitahu mereka untuk menyajikan makan siang mu di rumah kaca, tapi tolong jangan sampai melewatkan makan siang.'

Keesokan harinya, ketika Aku terkurung di rumah kaca, salah satu staf mendatangiku dengan sajian makanan yang mewah. Dua hari yang lalu, ketika Aku melihat mereka menyajikan makanan, Aku berpikir bahwa apa pun yang terjadi, setidaknya Aku harus kembali pada siang hari. Hanya setelah Aku berjanji untuk tidak melewatkan makan, dia akhirnya membebaskanku dari situasi yang membebani itu.

Setelah itu, Aku akan meninggalkan rumah kaca tepat waktu jika memungkinkan. Kupikir Aku harus menepati janjiku karena tidak ada gunanya tidak disukai oleh Kwon Yido. Hujan sudah mulai reda saat ini, jadi kurasa tak masalah jika kembali dengan menerjang hujan.

'Aku punya seseorang yang bisa menjemputku.'

Tak ada orang yang bisa kuhubungi. Jika Aku mengatakannya pada Kwon Yido, dia akan meminta salah satu staf untuk menjemputku. Kwon Yido, yang kuamati selama beberapa hari terakhir, adalah orang yang bersedia menunjukkan kebaikan seperti itu.

"Yah, dia tidak mungkin datang sendiri, tapi..."

Walaupun begitu, semakin seseorang diperlakukan sepihak, semakin ada batas yang harus dijaga. Aku adalah orang yang tahu batasan seperti itu, dan Aku tidak berpikir Kwon Yido akan menunjukkan ketulusan sebanyak itu kepadaku. Bahkan jika sesuatu terjadi, kehujanan bukanlah masalah besar.

Beyond The Memories (TRANS INDO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang