BAB 4 Raison d'etre (Part 5) 🔞🔞🔞

72 2 0
                                    

Peringatan : Terdapat beberapa konten dewasa pada chapter ini

Hal pertama yang dia lakukan yaitu melepas arloji di pergelangan tangannya dengan kasar. Setelahnya dia melepas atasan jas yang membatasi pergerakannya, dia membuka kancing rompinya dan melemparkannya sembarangan ke bawah tempat tidur. Saat dia mengaitkan jari-jarinya ke kaitan dasi dan menariknya ke bawah sambil menjulurkan lehernya dari satu sisi ke sisi lain, dia mendengus.

"Kurasa kau pasti memiliki hobi untuk memperhatikan orang yang sedang menanggalkan pakaian mereka."

"......."

Aku tersentak mendengar kata-katanya yang dia ucapkan dengan enteng. Masalahnya saat ini aku memang sedang memperhatikan aksinya seakan-akan sedang menonton pertunjukan. Jadi aku tak punya pilihan selain menjawab dengan suara terbata, seolah-olah aku dirasuki sesuatu.

"Hobi semacam itu..... Kurasa mulai sekarang aku akan memilikinya."

Dia benar-benar terlihat sangat menawan hingga kadang-kadang sulit dipercaya bahwa dia bisa bergerak. Ketika aku melihatnya, rasa-rasanya dia hampir tidak terlihat nyata. Ketika dia mengenakan setelan jas, dia terlihat seperti terlahir untuk memakainya, tetapi ketika dia melepasnya, itu bahkan lebih tidak bisa kau ungkapkan.

"Tidak perlu buru-buru...."

Kwon Yido perlahan tersenyum, seolah baru mendengar sesuatu yang sangat menarik. Dia bahkan menjatuhkan dasinya, yang perlahan-lahan dilonggarkannya, kemudian membuka beberapa kancing kemejanya, sambil berkata.

"Yah.... Aku juga baru saja mempelajari tentang seleraku yang bahkan tidak ku tahu."

Tatapannya tertuju pada bagian depan tubuhku yang hampir terbuka sepenuhnya. Bagian bawahnya setengah tertutup, namun bagian atasnya benar-benar terlihat seolah-olah telanjang. Sejak kapan keadaanku seberantakan ini? Bahkan jika aku mempermasalahkannya sekarang, tetap saja tidak akan ada yang berubah.

"Mari kita lepaskan sisanya."

Kwon Yido menciumku lagi tanpa melepaskan seluruh pakaiannya. Dia tidak memagutkan lidah kami seperti sebelumnya, tapi yang dia lakukan justru menekannya dengan ringan seolah-olah sedang mencap segel dan berpindah-pindah dari satu sisi ke sisi yang lain. Dia mengusap kulit halus di bagian dalam leherku lalu mengusap pinggangku dengan tangan kanannya.

"Aah......."

Aku melenguh keras dan mengaitkan tanganku di bahunya. Aku bisa merasakan tubuh kokohnya melalui kemeja tipis yang belum tertanggal. Sentuhan-sentuhan lembut dan menggoda meluncur di atas perutku yang rata dan menggelitik pusarku.

"Hmph......."

Dia tidak keberatan ketika aku mendorongnya menjauh dan hanya mengelus bagian yang ingin dia sentuh. Bibir yang tadinya berada di tengkukku tiba-tiba turun ke dada dan menyentuh bagian yang telah mencuat. Bahuku merosot saat aku merasakan sensasi lidahnya menyerang dan menekannya ke dalam.

Aku tidak tahu kenapa reaksiku seperti ini, tapi sepertinya aku cenderung mudah merasa geli. Dilihat dari kenyataannya, fakta bahwa setiap bagian yang disentuh Kwon Yido terasa sangat geli, sepertinya itu benar. Lebih tepatnya, ini lebih terasa aneh dari pada geli.

".......Shh"

Aku menggeliatkan jari kakiku dan menggigit lidahku dengan gigi geraham. Hasrat seksual yang sempat mereda dalam waktu singkat mulai kembali membara. Sementara itu, Kwon Yido berhenti menyentuh pinggulku dan mendekatkan tangannya yang lain ke bibirku.

"Jangan menggigit."

Sebuah jari panjang masuk ke celah di antara bibirku. Bagaimana kau tahu aku menggigit lidahku? Tanpa melihat apa yang sedang tangannya lakukan, dia menekan lidahku ke bawah dengan cara yang familiar. Dalam sekejap, erangan keluar tanpa sepengetahuanku melalui celah bibirku yang terbuka.

Beyond The Memories (TRANS INDO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang