BAB 3 Petit à Petit (Part 7)

44 4 3
                                    

Lee Taeseong menjawab sedikit terlambat, dengan suara yang cepat dia menjawab bahwa dia mengerti. Dia tidak terlihat dari pandanganku karna aku berada dalam pelukan Kwon Yido, tapi dia mungkin membungkuk dalam setinggi pinggang. Saat langkah kakinya yang berat menjauh, aku meraih kerah baju Kwon Yido dan berbicara.

"...... Aku baik-baik saja."

Suaraku terdengar serak, tapi aku sudah berhenti menangis, dan feromon Kwon Yido mulai memudar. Dia menghela napas kecil dan perlahan-lahan membelai punggungku.

"Tidak ada yang sakit kan?"

Suaranya yang menenangkan memenuhi kepalaku. Tak hanya tangannya yang terasa seperti mendekapku, bahkan feromonnya hingga suaranya juga. Semuanya terkumpul di sekelilingku untuk menghiburku.

"...... Tidak, tidak ada yang sakit."

"Apa ada sesuatu yang terjadi."

"Tidak ada apa-apa."

"Lalu kenapa kau menangis ......."

"......."

Aku merasa seperti mempermalukan diriku sendiri. Orang yang sama yang sebelumnya memperlakukanku dengan baik, sekarang memperlakukanku seperti anak kecil. Inilah sebabnya aku terus meregangkan kakiku tanpa sadar.

"...... Aku baik-baik saja."

Aku mengangkat kepalaku sedikit untuk melepaskan diri dari pelukannya. Aku merasa gugup dengan posisi tubuhku saat ini, dan serangan rasa malu menyelimutiku. Namun, bukannya melepaskanku, Kwon Yido malah menjepit bagian belakang kepalaku dengan lengannya sedikit lebih erat.

"Mari seperti ini lebih lama."

"......."

"Aku tahu kau sudah berhenti menangis, hanya saja ...... biarkan dulu seperti ini."

Jemarinya yang panjang menyelinap di rambutku. Dia memelukku erat-erat dengan kedua tangannya dan mengusap pipinya ke rambutku sambil memelukku.

Butuh waktu lama sebelum akhirnya dia melepaskanku. Itu juga waktu yang cukup bagiku untuk mengatasi perasaan yang tersisa setelah aku berhenti menangis. Dia terus membelai kepalaku, sampai akhirnya aku merasa jika telingaku saat ini merah padam dan aku mengerjapkan mataku kuat-kuat karena merasa malu.

"Apa kau yakin tidak akan memberitahuku apa yang membuatmu menangis?"

Dia duduk di kursi tempat Lee Taeseong duduk beberapa saat yang lalu dan dengan tenang menginterogasiku. Dia bertanya mengapa aku menangis, tapi masalahnya adalah aku sendiri juga tidak tahu mengapa.

"Aku baru saja membaca buku ......."

"Apa kau merasa sedih karena kekasih tokoh utamanya meninggal?"

Tatapannya tertuju pada buku yang kubawakan untuk Lee Taeseong. Aku terkejut bahwa dia benar-benar tahu apa isi buku itu, tapi aku tidak menangis karena buku itu.

"Bukan yang itu, tapi buku ini yang tadi kubaca."

Aku menyodorkan buku puisi seukuran telapak tangan kepada Kwon Yido. Buku itu tampak kusut karena aku sempat menangis saat memegangnya dan menjatuhkannya. Jika melihat bagian dalamnya, kata-katanya mungkin sedikit terhapus karena bekas tetesan air mata.

"Sepertinya ini buku favoritmu, maafkan aku."

"......."

Aku meminta maaf karena merasa malu atas apa yang telah kulakukan, tapi Kwon Yido tidak mengatakan apapun. Dia bahkan tidak menjawab dengan kalimat 'jangan meminta maaf' seperti yang biasanya dia lakukan. Dia hanya menatap buku itu dengan raut wajah keheranan.

Beyond The Memories (TRANS INDO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang