2

1.1K 148 5
                                    

Tapi, TIDAK!

Ini sudah memasuki hari ke 8, alias seminggu sudah berlalu setelah aksi -mari mengempeskan ban mobil presma- yang Sean lakukan. Tapi sampai detik kesekian, sosok yang Sean tunggu datangnya tidak juga menampilkan batang hidungnya.

-Seminggu yang lalu-

Kalau kata Hago, Sean dan cara berfikirnya itu, aneh diluar nalar.

Hago tau, setelah kejadian kemarin, Sean jelas akan kena masalah.

Tapi tau apa yang menakjubkan?

Sean tampak menunggu masalah itu datang dengan senyum lebar.

Garis bawahi, senyum lebar.

Entah bagaimana bisa begitu.

Dia bahkan ramah pada teman - teman kelas mereka. Tidak sekedar ramah, tapi Sean yang biasanya hidup seperti manusia minim energi sekarang bertingkah seolah - olah energinya penuh.

Dia bahkan tidak tidur sama sekali dijam istirahat. Luar biasa, pikir Hago.

Tidak hanya itu, Sean juga menawarkan pulpen pada seorang teman kelas mereka yang butuh dan beberapa kali menyapa anak lain yang baru masuk kedalam kelas. Bukan hanya Hago, anak - anak yang disapa juga tampak sama herannya dengan Hago.

Itu sederhana tapi gila.

Karena demi apapun Sean bukan orang seperti itu.

Sean itu selalu tampak lemas di kelas apapun dan benar - benar tidur di kelas sejarah. Spot duduknya juga tidak jauh - jauh dari jejeran bangku paling belakang, yang jika di ajak berkomunikasi akan menjawab sekenanya. Seolah jika menjawab lebih banyak dia akan kehabisan tenaga dan berakhir mati saat itu.

"Mataku pasti bermasalah. Kau ini, kerasukan setan, atau kenapa?" tanya Hago setelah lelah memperhatikan tingkah menjijikkan Sean. Sean yang ramah itu sangat 'tidak sekali' kalau kata Hago.

":)"

"Kalau aku jadi kau, aku akan sibuk memikirkan nasipku kalau sampai kak Atlan tau pelaku pengempesan ban mobilnya." ucap Hago sedikit berbisik, enggan jika harus ketahuan karena di dengar oleh orang - orang.

"Alay." Balas Sean memutar bola mata malas.

Suasana kelas yang tadinya sedikit berisik tiba - tiba menjadi tenang kala seorang dosen pria memasuki kelas.

"bukan alay, gila!" sanggah Hago, masih setengah berbisik "Kau mungkin tidak tau, tapi kak Atlan itu jauh lebih buruk dari pada sampulnya. Aslinya dia tidak ada ramah - ramahnya sama sekali. Tempramennya buruk dan dia tidak mudah lepaskan orang yang bikin masalah sama dia."

"Oh yah?" Tanya Sean "kau tau banyak."

"Itu lebih ke 'aku tidak sengaja tau'. Dia sepopuler itu sampai bahkan ketika aku tidak ingin tau, aku jadi harus tau karena desas desusnya memang seribut itu."

Dan Senyum Sean berubah miring "Keren." matanya mungkin menatap lurus kearah proyektor didepan sana, tapi Hago tau Sean fokus pada ucapannya.

"Bagian mananya?" Tanya Hago tidak habis pikir "Bagian tempramen si ketua BEM itu atau fakta kalau orang yang mungkin terima konsekuansi dari aksi cari perhatian kemarin itu kau,." ada jeda, muka Hago ikut berubah muram "dan aku."

Sean memutar tubuhnya kearah Hago yang tampak khawatir ditempatnya duduk. Sudah Sean duga. Mahasiswa memang selalu menempatkan pengurus organisasi dilevel yang berbeda. Terlebih jika pengurus itu adalah kating. Terlalu takut, tanpa dasar yang jelas (sudah jelas alasannya, Sean yang tidak paham). Seolah akan segitu berpengaruhnya untuk kehidupan kampus saja. Terdengar tau banyak, tapi Sean merasa demikian setelah membaca beberapa novel romance kisah anak kuliahan dan dia sedikit muak dengan hirarki seperti itu.

SAMUDRA ATLAN || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang