Jadi cerita ini dimulai dari mini cooper putih yang terparkir di parking area fakultas ekonomi.
Dari dalam mobil itu, terdapat dua pria manis yang tengah sibuk sendiri - sendiri.
"Kita ngapain sih di sini?" tanya pria dengan pipi gembul dan kulit sedikit tan usai memasukkan keripik singkong kedalam mulutnya.
Sedang yang ditanya, pria manis lainnya yang duduk tepat dibalik kemudi hanya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sembari menatap lurus kedepan.
"Memantau situasi." jawab si rambut biru muda dengan tenang.
Si kulit tan, akrab disapa Hago hanya berkedip pelan sebelum kembali memasukkan keripik kedalam mulutnya.
Selama keripiknya belum habis, dia akan duduk dengan tenang dengan sesekali bertanya. Tapi akan beda cerita kalau keripiknya habis. Dia akan,.
"aneh sekali." Hago meraih botol minum dan membukanya sebelum meneguk isinya.
"Apanya?"
"kitanya." ucap Hago setelah selesai dengan tegukannya.
Dan Sean, si rambut biru tidak tertarik bertanya lebih banyak.
"kamu tiba - tiba bilang butuh bantuan, tapi kita di sini sudah hampir 30 menit, tidak melakukan apa - apa, cuma duduk." Protes Hago. Sudah Sean duga, Hago akan bawel kalau cemilannya sudah habis.
"'tidak melakukan apa - apa' apanya? Kamu makan."
Hago menghela nafas pelan, tidak salah sih, tapi tetap saja "Oke, jadi sampai kapan kita disini?" tanya Hago lagi. Masalahnya adalah, itu bukan area mereka.
Yap, tepat sekali. Jadi mereka berdua itu bukan anak FE, tepat di mana mobil mereka terparkir. Keduanya sama - sama mengambil jurusan seni. Lalu kenapa mereka disana? Jangan tanya pada Hago karena dia juga sama bingungnya.
Sean ini memang aneh. Tapi hari ini, anak itu jauh lebih aneh. Sejak kelas pertama mereka hari ini, Sean sudah menolak diusik oleh pertanyaan Hago yang memang sedikit bawel dengan kalimat 'tunggu Go, diam dulu. Aku sedang berfikir.'
Lalu setelah kelas untuk hari itu selesai, si aneh berambut biru itu kemudian menyeret Hago keparkiran fakultas lain dan duduk disana untuk waktu yang cukup lama menurut Hago.
30 menit itu lama.
Biasanya, Sean adalah yang paling pertama meninggalkan kelas setelah kelas selesai. Tidak kemanapun, dia akan lansung pulang tanpa niat untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk bersenang - senang. Tidak dengan Hago, pun dengan siapapun. Hago tau dengan baik, soalnya dia adalah satu - satunya teman yang Sean punya.
Tidak mengherankan sebenarnya. Sejak awal mereka kenal, Sean memang sudah seperti itu. Beberapa menyebutnya 'mahasiswa kupu - kupu'. Taunya cuma kuliah lalu pulang. Tidak lebih, tidak kurang. Tapi Hago paham. Sean memang sesuka itu pada 'tidur'. Setiap jeda kelas, selain makan, aktifitas lain Sean adalah tidur. Pulang kampus juga Sean ngototnya segera pulang, yang Hago tebak pasti untuk tidur juga.
Yah tidak apa - apa sebenarnya. Toh alasan seorang extrovert seperti Hago mendekati Sean untuk dijadikan teman, sejak awal juga karena Sean tidak banyak bicara, rasanya cocok dengan dia yang berisik. Entah dari sisi mana, tapi Hago pikir begitu.
"Ayo." ucap Sean memecah lamunan Hago. Si rambut biru tiba - tiba keluar dari mobil, diikuti si kulit tan setelahnya.
"kamu berdiri disana." Sean menunjuk satu titik dan Hago menurut dengan mudah. "Tugas kamu adalah memantau situasi."
Hago mengeryitkan alis.
"Kalau ada yang mendekat, bilang."
Hago masih agak bingung tapi ia mengangkat jempolnya sebagai tanda paham.
![](https://img.wattpad.com/cover/363741818-288-k895253.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA ATLAN || NOMIN
FanfictionSean, si mahasiswa kupu - kupu tiba - tiba mencari masalah dengan presma kampus. Jm as Seanda Alwis Jn as Atlanta Samudra