Perihal rasa suka (2).

1.5K 131 29
                                    

Bunyi dribble bola menyentuh lapangan membuat Jake tak goyah, bahkan bisa dibilang Jake akan berubah drastis jika sudah terjun di lapangan. Walau tubuhnya mungil, tingginya masih bisa dibilang di atas rata-rata untuk sekumpulan anak basket. Ketangkasan dari cara menangkap dan mengoper bola pada lawan/partner bermainnya patut di acungi jempol dalam sekali shoot. Dan hari ini, sosok lain dalam diri Jake begitu membara seakan ingin menyombongkan diri bahwa dirinya patut dijadikan Kapten dan tidak berakhir sia-sia. Dengan degup jantungnya yang membahana, ia bahkan terus menghindari kontak mata dengan Sunghoon yang terang-terangan menatap dirinya.

Si ACE basket sekolah kebanggannya sesekali bersiul jahil, menatap Jake yang telinganya memerah pekat bukan perkara keringat membasahi pelipisnya tetapi Heeseung tahu bahwa Sunghoon—crush si manis— menjadi guru sementara pelatihan mereka. Ucapkan terimakasih pada Heeseung, karena dialah yang merekomendasikan sepupunya untuk menggantikan posisi coach.

Awalnya di tolak karena ragu, tetapi mengingat Sunghoon jago di pelajaran olahraga membuat coach mereka mengiyakan sarannya. Apalagi Heeseung tahu bahwa ambisnya Jake bahkan hampir setara dengan Sunghoon yang selalu hadir dalam olimpiade sekolahnya.

Basket itu kecintaan Jake, kalau bukan dengan di isi kegiatan basket. Mungkin sekarang Jake cuma jadi anak sekolah yang kerjaannya foya-foya diluaran sana.

"Jake, atur strategi baru."

Perkataan Sunghoon membuat Jake menoleh, bahkan anak basket yang berbaring di lapangan langaung terduduk dan mendekat pada Sunghoon yang bersidekap dada sembari melihat semuanya.

"Ku pikir jika kau masih menggunakan strategi lama, mereka mudah membacanya. Kau harus ingat, lawan kita kali ini pernah satu turnamen dengan klub basket kita."

Jake mengiyakan dalam hati, tentu saja dengan strategi yang Jake tuahkan membawa kemenangan bagi sekolah mereka. Namun Jake tidak pernah terpikirkan kesana, seolah mendapat jackpot kedua matanya berbinar.

"Lakukan pergerakkan zigzag saja."

Lagi, Sunghoon menatapnya seakan tak ada hari esok. Begitu lekat, membuat Jake yang ingin berbicara lantas terdiam membeku beberapa saat. Dan juga, baru Jake sadari bahwa Sunghoon berbicara panjang lebar saat ini. Seperti tidak biasanya.

"Jika salah seorang lawan kalian memblokade pergerakkan kalian, ingat langsung mengoper bola itu tapi tidak dari udara. Gerakan tangan kalian seakan ingin bermain bowling, oper bola kalian menggunakan celah dibawah tangannya. Tapi kecoh lebih dahulu mata mereka."

Semuanya terdiam, mencoba menvisualisasikan perkataan Sunghoon yang sudah seperti coach mereka beneran. Lalu beberapa saat dari mereka berkata jika sudah tahu dan paham apa yang dimaksudkan Sunghoon, dan di angguki Jake dengan mantap. Mulai dari perkataan Sunghoon di awal, otak pintarnya langsung bekerja 2 kali membayangkan perkataan yang Sunghoon berikan.

"Mari kita mulai."

.

.

.


.

Hampir seluruh anak basket memekik girang ketika mendapati ibu jari Sunghoon terangkat tanda permainan mereka sungguh bagus, toh anak-anak yang menonton basket sudah dibubarkan oleh bel masuk pelajaran. Lebih bagus seperti itu, jika salah satu dari mereka merekam kegiatan mereka dan viral dalam ungga hannya. Kacau sudah strategi yang dibuat dan beberapa petuah yang Sunghoon berikan.

"Ketua, kau baik-baik saja kan?"

Meregangkan ototnya seraya Jake menoleh pada Jungwon yang merangkul pundaknya. Keduanya berkeringat dengan nafas terengah, baju mereka bahkan hampir basah secara keseluruhan namun membuat mereka tak pantng menyerah mendapatkan pelatihan terbaik untuk turnamen nanti.

Sungjake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang