Paparazzi (3).

2.1K 104 29
                                    

Read at your own risk. Mature content! Ada darah-darah pokoknya, gantian Jake yang binal. 🤏









Kepergian Jake mengundang amarah dari sang Ayah, kecuali Ibunya yang begitu pengertian terhadap kondisinya yang ingin bebas dari tuntutan pekerjaan Ayahnya. Memang berlebihan, padahal baru satu hari saja. Dan Jake belum mengetahui hal ini, apalagi ponselnya kan sempat di nonaktifkan oleh Sunghoon. Saat terbangun Jake bisa rasakan seluruh tubuhnya sakit terlebih bagian lubangnya yang mungkin saja lecet parah akibat kegiatan panas nya dengan Sunghoon. Memikirkannya saja membuat Jake penasaran, kenapa Sunghoon tahu bahwa dirinya memata-matai pria itu?

Ia mencoba menurunkan kedua kakinya untuk berpijak di lantai, saat ia mencoba berdiri tetapi kedua tungkainya seakan lemah dan membuatnya terjatuh duduk di atas ranjang. Ia teringat sesuatu dan panik mengetahui pisau perak kesayangannya hilang entah dimana, saat ia mencoba menggapai nakas untuk mengecek disana disaat bersamaan pintu terbuka menampilkan Sunghoon yang memakai piyama tidur. Wajahnya begitu cerah menemukan Jake yang kesusahan bergerak di atas ranjang.

"Mencari pisaumu?"

Jake menoleh, ia menganggukkan kepalanya seraya menahan malu menemukan Sunghoon berdiri gagah di hadapannya. Aroma maskulin dari Sunghoon membuatnya sedikit pening, begitu nyaman ketika ia hirup dan membuatnya tenang.

Sunghoon memberikan sebuah kotak kayu panjang yang ia ambil dari laci nakas yang kedua, membuka kotak tersebut terdapat pisau perak dengan ukiran naga dan marga keluarga Jake digagangnya. Dalam hati Jake bersyukur, namun beberapa saat kemudian ia tersadar sesuatu lagi.

"Ponselku dimana?"

Cicitnya seraya menatap Sunghoon yang menjulang tinggi dihadapannya, tanpa menjawab Sunghoon menarik tengkuk Jake ketika ia membungkukkan tubuhnya dan melumat bibir Jake dengan lembut. Keduanya terbuai akan kenyaman yang mereka rasakan saat ini, saling melumat bibir satu sama lain dengan perasaan yang membuncah dirongga dada. Kotak kayu itu sengaja Sunghoon ambil lagi dan ia taruh di nakas, ia kembali meraup bibir si cantik dengan lumatan lembut yang menenangkan. Kedua matanya terbuka, memperhatikan wajah Jake yang ia sukai. Cantik dengan kedua pipinya yang chubby memerah.

Sunghoon memberi jeda untuk Jake mengambil nafas dalam-dalam, ibu jarinya bergerak mengelus pipi chubby Jake yang memerah alami. Ia tersenyum kecil seraya beranjak dari atas tubuh Jake dan berbaring disamping Jake. Lengannya terulur menjadi bantalan leher Jake, menarik tubuh si cantik mendekat padanya dan mengecup kening Jake dengan lembut.

"Sunghoon....sebenarnya siapa dirimu?"

Jake mendongakkan kepalanya seraya mengulurkan satu tangannya melingkar di atas dada bidang Sunghoon, wajahnya menyandar di bahu lebar Sunghoon sembari merasakan elusan lembut yang Sunghoon berikan.

"Jake, jika selama ini yang kau lihat dalam pemantauanmu salah. Apa kau akan marah saat mengetahui identitas asliku?"

Si cantik menggelengkan kepalanya, walau ia sungguh was-was dengan perkataan identitas asli. Jadi selama ini Sunghoon memakai identitas berbeda kah?

"Yakin?"

"Ya, aku yakin. Ceritakan saja." Anggukkan mantap Jake berikan, ia menatap Sunghoon yang menatapnya dengan dalam.

"Jake, Ayahmu pernah membayar jasaku. Untuk melindungimu lebih tepatnya, tetapi disana aku belum mengetahui rupa dirimu anak dari pasangan Shim yang begitu terkenal akan kemakmuran material kekayaannya." Sunghoon terkekeh mengingat hal itu, bahkan disana ia tidak penasaran sama sekali. Yang ia tangkap lewat indera penglihatannya seorang punggung lelaki mungil berbalut jas formal hitam sedang meringkuk takut dalam dekapan seorang pria dewasa yng diyakini Sunghoon sebagai penjaga.

Sungjake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang