Death or Die? (2) End.

1.2K 88 31
                                    

"Ibu! Kekuatanku sudah pulih~" Sosok Vampire kecil itu berlari menuju seorang Wanita berpakaian serba hitam, tudung warna merah pekat begitu menyala di antara banyak dedaunan mati nan layu sekitar rumahnya. Banyak perhiasan aneh yang terpasang di sekujur tubuh Wanita itu, apalagi Mahkota yang tertutupi dibalik tudung begitu beekilauan warna emasnya.

"Oh wow! Anak kesayanganku, kau begitu hebat Jake!" Jake kecil hanya mampu tercengir kecil menampilkan taring yang belum utuh di sederetan gigi putihnya. Pupil matanya berwarna merah pekat dengan tato bulan yang dihiasi sayap kelelawar begitu kentara di bagian lengan kirinya. Sosok sang Ibu memeluknya dengan erat, tangan lentik dalam sedetik mampu mengubah gelapnya malam menjadi terang dengan lampu alami kunang-kunang bertebatan.

"Tapi Ibu, jujur aku ingin bertanya." Tarikan lembut Wanita itu rasakan di pakaiannya, ia menunduk menatap wajah kecil Jake yang begitu rupawan. Benar-benat keturunan darah murni yang begitu mempesona.

"Untuk apa minuman berwarna merah itu diberikan padaku setiap hari?" Jari telunjuk kecilnya menyentuh gelas yang berada di meja samping tubuhnya, harumnya tidak tercium tetapi jujur Jake kecil tidak menyukainya saat di awal. Lalu sang Ibu berjongkok di hadapannya, dia menggenggam gelas tersebut sembari tersenyum manis pada Jake yang dibalas senyuman juga karena bagi Jake diumurnya yang sudah menginjak 100 tahun Ibunya tetap cantik tanpa ada garis kerut di wajahnya sedikitpun.

"Tentu saja ini makananmu, Nak. Lebih tepatnya salah satunya." Kedua pupil matanya berubah warna sekejap mata, ketika pupil mata Jake berwarna merah lalu mata Ibunya benar-benar berbeda darinya. Yaitu pupil mata hitam pekat layaknya Iblis yang menjadi musuh bagi para Vampire.

Tetapi Jake kecil tetaplah menjadi anak polos dan menurut pada sang Ibu, hingga suatu hari larangan sang Ibu ia lupakan. Ia berlari kencang mengasah kekuatan teleportnya, dengan jubah Vampire dan lambang sebuah kepala Kelelawar di bagian tudungnya. Kekuatannya seketika berubah drastis dan naik pesat karena kemahirannya sebagai darah murni. Ia bisa meregenerasi tubuhnya sendiri dengan cepat. Bahkan ia mencoba memusatkan energi miliknya pada sebuah batang pohon besar dan membuatnya runtuh dengan ledakkan bersama api yang membakar. Wajahnya berubah panik, ketika ia bisa melakukan semuanya belum tentu ia bisa menyelesaikan masalah yang ia buat. Seiring bertambahnya usia, Jake terus melatih diri dengan baik. Apalagi ia tahu bahwa ia hanya satu-satunya keturunan yang ada tanpa punya sanak saudara.

"Grrrrrr" Seekor Serigala berwarna putih dengan mata keabuan menatapnya, moncong hidungnya yang panjang bergerak mengendus udara. Seketika pandangan waspada diperlihatkan dan kedua langkah kakinya berjalan menuju arah Jake yang sedang berusaha menghapus air mata di wajahnya.

Semakin dekat membuat Jake memundurkan tubuhnya, Serigala putih itu terus mengendusnya hingga tubuh Jake terpojokkan di sebuah batu besar yang berada di belakang punggungnya.

"Rabb-" Suara khas seorang laki-laki dewasa mengalihkan tatapan Jake, bisa ia lihat Serigala putih itu langsung berlari menuju seorang laki-laki berjubah hitam. Gila, Jake rasanya seperti melihat sosok Ibunya. Mungkin karena pakaian mereka yang begitu familiar, apalagi jemari runcing hitamnya terlihat saat mengelus kepala Serigala putih itu.

"Siapa kau?" Kedua matanya memicing, layaknya manusia normal Jake juga mengubah pupil matanya menjadi warna cokelat. Keduanya bersitatap, lalu si laki-laki bertubuh pucat itu menatap sekeliling. Kekacauan yang dibuat Jake membuatnya terkesiap, topeng yang digunakan membuat Jake tergugu diam.

"Um- anu... Aku hanya ingin berjalan-jalan saja..."

Gugupnya Jake membuat Serigala putih itu mengusap kepalanya ditanah, sembari meluruskan kedua kaki depan dan menatap Jake dengan intens. 'Kak, berhenti membuatnya takut.'

Sungjake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang