Kakak (1).

1.3K 127 55
                                    


Requestan dari wsssup semoga suka ya. Btw, ada hal tabu/fiksi yang aku tambahin dalam cerita ini. Intinya ini karanganku sendiri, kalau gak suka boleh skip. cw/incest, mention malepregnant (pria mens), fluff.



"Kak, Jake dimana? udah bangun belum."

Anak laki-laki tinggi berumur 16 tahun itu menggelengkan kepalanya, kedua matanya melirik ke arah atas. Dimana pintu kamar adiknya masih tertutup rapat, lampu kamar tersebut belum menyala sejak ia bangun.

"Sebentar, biar Kakak bangunin adek."

Kedua kaki jenjangnya melangkah naik dengan cepat, berjalan di lorong kamar dan berhenti tepat pada pintu kayu berwarna cokelat tua milik Jake. Tangannya terangkat membentuk kepalan, dan mengetuk beberapa kali pintu kamar tersebut tapi tidak ada jawaban apapun.

"Dek? ayo bangun. Sarapan pagi."

Ucapan Sunghoon bagaikan angin lalu, tidak ada jawaban apapun dari dalam sana. Kedua matanya mengerjap bingung, lalu dengan keberanian dirinya. Ia mencoba memutar knop pintu Jake yang ternyata tidak terkunci. Kedua matanya memicing didalam kegelapan, ia mencari tombol menyalakan lampu.

tashh!

Kedua matanya memandang gulungan selimut yang membungkus tubuh kecil Jake, diliriknya AC kamar Jake yang masih menyala.

"Dek, dicariin Mama. ayo bangun."

Ada rasa khawatir menyergap hatinya, tidak biasanya Jake bangun kesiangan. Sebagai Kakak pertama, walau sikapnya acuh tak dapat dipungkiri ia diam-diam peduli dan memperhatikan Jake. Dia selalu jadi siap siaga jikalau adik kesayangannya itu kenapa-napa.

Ia bergerak mendekati gundukkan selimut itu, dibukanya perlahan terlihat wajah Jake yang tertutupi lengan kecil itu. Tubuh mungilnya meringkuk dan menggigil, seketika itu juga Sunghoon bergegas mengecek suhu tubuh Jake.

Panas!

Raut khawatir tidak bisa Sunghoon tampik, ia bergegas lari keluar kamar dan berteriak memanggil kedua orang tuanya. Sang Mama bergegas naik, ia melihat anak sulungnya memasang raut panik.

"Ada apa, kak? jangan bikin Mama panik."

Dilihatnya tubuh kecil Jake yang meringkuk di atas kasur, salah satu lengan Jake memeluk erat perutnya sendiri dengan desisan pelan yang buat sang Mama menghampiri.

"Jake sayang, hey. Anak cantik."

Ringkukkan tubuh mungil itu semakin erat dengan berbalut selimut, Sunghoon perlahan menghampirinya. Mematikan AC kamar Jake, dan menarik perlahan selimut bermotif pororo itu. Sayang disayang, Jake kembali menariknya erat. Kedua matanya mengintip dan berkaca-kaca.

"Ma....sakit...ikeu...sakit..berdarah.."

Sebagai kepala keluarga, Papanya langsung turun tangan. Membujuk anak bungsunya dengan elusan lembut di rambut lepek milik si cantik. "Apanya nak? bilang sama Papa sini. Mau ke dokter aja hm?"

Perlahan lagi bisa ditariknya selimut itu hingga sebatas dada Jake, Sunghoon bergegas menata bantal kepala untuk Jake sandari. Tapi kedua mata Jake memandang Sunghoon dengan was-was sedangkan Sunghoon sendiri menatapnya bingung.

"Kakak....bisa..keluar dulu? Ikeu..Ik-Ikeu..malu.."

Sunghoon mengangguk paham, ia bergerak ingin menyentuh rambut adiknya tetapi Jake menghindar dengan kedua pipinya yang memerah. Kedua tangannya meremat selimut yang masih di dalam dekapannya, sedangkan kedua orang tuanya menatap Sunghoon untuk mengerti dan segera keluar. Jujur saja Sunghoon terkejut, biasanya Jake akan membiarkan Sunghoon menyentuhnya seperti itu. Dalam konteks mengusap kepala adalah hal yang biasa dilakukannya.

Sungjake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang