Bolehkah Jake meneriakkan nama Sunghoon dengan lantang saat ini? Ia terpaku didepan pintu kamar asrama miliknya yang ternyata dihuni oleh orang yang ia hindari selama ini. Entah bagaimana tiba-tiba mereka di pertemukan kembali dalam keadaan yang justru membuat Jake terdiam menatap lurus pada Sunghoon dalam versi berbeda. Tidak tahu harus berkomentar apa, kacamata yang biasa Sunghoon pakai dulu tidak trendy seperti sekarang. Bahkan rambut klimis super lepek yang biasa Sunghoon tata waktu itu sudah berubah drastis. Tatapan mata Jake menjelajah sembari memindai bagaimana fitur wajah Sunghoon yang lebih dewasa, tidak culun lagi. Sampai Jake susah berkata-kata sekarang.
"....Jake?"
"......"
"Halo Jake...?"
Suara husky agak serak itu menyapa indera pendengarannya, membuat Jake yang terdiam gelagapan dengan kedua pipinya yang memerah. Dia merutuk dalam hati sembari mengeratkan pegangannya pada handle koper yang ia bawa. "Mau aku bantu bawain koper punya kamu ke dalam?" Tawaran Sunghoon membuat Jake langsung memggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia tanpa sadar memasang raut wajah panik.
"Eh engga! Gak usah.....a-aku bisa bawa sendiri...Sunghoon.." Jake tersenyum kikuk sembari menarik kopernya masuk dengan tas travel besar yang berada di bahunya. Baru saja ia hampir memasuki ruang kamarnya, aromatherapy yang begitu familiar di hidungnya tercium. Jantungnya yang sedari tadi ribut benar-benar memecah konsentrasi Jake saat ini. Tubuhnya seolah menerima bagaimana aroma ini menyeruak masuk ke indera penciumannya, sampai-sampai tangannya bergetar kecil dan hampir limbung ke depan.
"...Jake, kamu sakit?" Gila. Tolong Jake saat ini, ketika ia hampir terjatuh tangan Sunghoon reflek memeluk pinggangnya erat hingga hidung mancungnya menghirup aroma parfum yang benar-benar Jake rindukan. Kedua matanya memanas, mengabaikan detak jantungnya yang ribut Jake lebih memilik menyandarkan dahinya di bahu Sunghoon.
"Jake, wajah kamu pucat-"
"..Hoonie.." Liquid bening yang memaksa keluar daritadi turun deras dikedua matanya, Jake melepaskan genggaman di gagang besi kopernya. Lalu tanpa sadar meringsek masuk kedalam pelukan hangat yang Sunghoon berikan. Rasanya benar-benar terpenuhi apa yang hati Jake inginkan saat ini, kekosongan yang selama 2 tahun Jake rasakan seakan terisi.
Tidak tahu ekspresi apa yang Sunghoon keluarkan saat ini, masa bodo dengan baju Sunghoon yang basah karena air matanya. Tapi yang Jake mau saat ini ialah pelukan hangat Sunghoon yang ia dambakan.
Menghindari Sunghoon bukanlah hal mudah bagi, terutama tentang keluarga Sunghoon yang sama sekali Jake tidak mau dengar bagaimana kabarnya. Kehidupan sekolah menengah pertama Jake begitu menyenangkan, dia mempunyai banyak teman dan populer dikalangan kakak kelas dan juga seangkatannya. Menjadi seseorang yang begitu ramah membuat Jake disukai banyak wanita dan juga pria yang ingin mengencaninya. Tetapi tidak ada satupun dari mereka yang bisa membuat Jake luluh dan jatuh hati, kecuali pada Sunghoon.
Si anak culun berkacamata dengan seragam yang begitu rapi. Duduk dibangku paling depan berhadapan dengan guru, dan mempunyai nilai terbaik di sekolahnya yang dulu. Entah bagaimana Jake bisa sadar bahwa Sunghoon terus mencuri pandang padanya ketika mereka di ruang Lab dan melakukan praktek. Bahkan saat pelajaran olahraga, Jake baru sadar bahwa Sunghoon selalu jauh dari radar jangkaunnya dan hanya diam memperhatikan dirinya. Namun saat Jake menatapnya balik, Sunghoon akan gelagapan dengan kedua pipinya yang memerah. Kontras dengan pucatnya kulit pria jangkung itu.
Tidak ada kasus pembulian fisik yang Sunghoon alami, mungkin ada beberapa teman yang begitu jahat ketika melihat Sunghoon dan mengatainya kurang bisa bergaul. Bahkan kata 'culun' dan 'cupu' menjadi bulan-bulanan untuk Sunghoon. Lalu selanjutnya seperti panah asmara yang di tembakkan seorang cupid pada Jake, dia memberanikan diri menghampiri Sunghoon di meja terdepan dan duduk disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sungjake.
Randomcerita milik Sunghoon dan Jake saja. Oneshoot!twoshoot- or something like that.