Kabar duka masih menyelimuti lingkungan sekitar Jake, ketika ia memasuki perkarangan sekolah banyak yang menatapnya prihatin. Membuat Jake merasa kasihan pada dirinya sendiri, kenapa harus kejadian ini yang menimpa pada dirinya?
Sunoo menghampirinya dengan tergesa, bola basket yang ia bawa dibiarkan terjatuh. Menarik tubuh Jake ke dalam pelukannya, geraman kecil Jake keluarkan dan memukul kencang bahu Sunoo hingga sang empu berteriak.
"Bisa tidak jangan terlalu lebay?." Ujar Jake sembari mengelus dengan perasaan tidak ikhlas bahu Sunoo yang ia pukul, ia sempatkan melirik pada anak-anak lain yang sudah fokus pada kegiatannya masing-masing.
"Tapi kan kau sedang berduka karena Justin-"
Jake menatapnya sinis, hatinya masih hancur mendengar kabar kekasihnya meninggal. Oh tidak bukan kekasih, lebih tepatnya tunangannya. Tunangan hasil perjodohan sih, tapi untuk respect oke lah Jake akui ada. Lagipula hanya Justin yang lebih dulu menyukainya, tetapi di mata orang-orang Jake begitu terpukul saat ini.
"Sunoo, please..urus kekasihmu saja jangan urus aku." Jawab Jake sembari melangkahkan kakinya menuju kelas, diikuti Sunoo yang ngintil dibelakang Jake sesekali dia menyapa para siswi yang lewat dilorong.
"Ck, aku khawatir. Kau 4 hari tidak masuk, dan guru bilang kau masih berkabung soal Justin. Walau ya siswi disini juga pada berkabung sih idola mereka mati."
Jake hanya menganggukkan kepalanya, ia masuk ke dalam kelasnya dan sempat melihat Jay yang berbicara dengan Sunghoon. Bagaimana Jake akan jelaskan ya? Sejak awal Sunghoon masuk ke kelas ini jujur saja ia sempatkan gep Sunghoon sedang memperhatikan dirinya. Sunghoon tidak mendekatinya kok, hanya saja yang Jake pikirkan tatapan Sunghoon begitu intens padanya. Seperti saat ini, seolah dunia berhenti. Jake menatap lurus pada Sunghoon yang tersenyum tipis padanya lalu lanjut berbicara pada Jay yang memangil Jake untuk mendekat.
"Jake, istirahat coach ingin berbicara denganmu. Aku tinggal bye." Sunoo menepuk bahu Jake lalu berlalu dari sana. Jake berjalan menuju kursinya dan menaruh tasnya di atas meja, dia menghampiri Jay dan menerima pelukan yang Jay berikan.
"Feeling better um?" Tanya Jay seraya memberikan space pada Jake untuk duduk disampingnya, Jake tersenyum pada Jay lalu mencoba menatap Jay dan menghiraukan tatapan Sunghoon padanya.
"Jake, kemarin Sunghoon mencarimu. Kataku ada perlu apa? Tapi tidak di jawab. Kebetulan kau disini lebih baik tanyakan pada bocahnya." Unjuk Jay pada Sunghoon seraya menolehkan wajah Jake ke arah Sunghoon.
Jake terkesiap, terlebih suhu area disekitarnya seperti berubah dratis. Mata cokelat terang milik Sunghoon membuat Jake terpaku, jantungnya berdebar 2 kali lipat dari biasanya dan taring yang dimiliki Sunghoon terbit saat Sunghoon terkekeh kecil.
"Aku ingin mengajakmu berkelompok saat ada tugas penelitian nanti."
Suara unik nan bass milik Sunghoon membuat Jake tersadar bahkan Jay sempat melirik kesal pada Sunghoon lantaran ia pikir Sunghoon akan berbicara serius pada Jake. "Kupikir kau akan berbicara serius dengan saudaraku, Hoon." Ujar Jay yang dihadiahkan anggukan oleh Sunghoon.
"Oh, kenapa tidak sama yang lain saja?" Tanya Jake dengan wajah seakan tidak bersalah, apalagi bisa ia lihat wajah Sunghoon langsung berubah tanpa ekspresi. Tatapan matanya begitu tajam.
Mungkin Jake salah lihat saat ini, mata Sunghoon warnanya berubah dalam sekejap. Bukan lagi cokelat tetapi warna abu-abu kebiruan, begitu mempesona dengan rahangnya yang mengeras. Jake berdecak sembari menepuk kedua pipinya sendiri, berusaha menyadarkan diri sendiri. Jake beranjak dari kursinya dan ingin kembali ke tempatnya. Namun perkataan Sunghoon membuat Jake terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sungjake.
Randomcerita milik Sunghoon dan Jake saja. Oneshoot!twoshoot- or something like that.