13

49 11 0
                                    

⬛⬛⬛

Bis sudah berhenti di tempat tujuan, kakak ketua menyuruh semuanya agar cepat membenahi barang-barang mereka dan segera turun dari bis.

Ben sudah berdiri dan mengambil barangnya di atas bangku, dan sekalian ambil tas punya Nara pasti gadis itu juga ingin mengambilnya kan.

Baru saja Ben menatap ke arah Nara, ternyata gadis itu juga sudah berdiri di hadapannya, lagi-lagi wajah mereka berjarak sangat dekat tapi tak berlangsung lama Nara langsung membuang mukanya dan ingin segera keluar dari bangkunya tapi Ben menghalangi jalan Nara.

"Minggir" ujar Nara lirih sambil menunduk.

"Lo gak mau?" tanya Ben seraya menyodorkan tas kecil warna navy milik Nara itu, gadis itu langsung mengambilnya.

"Makasih" ujar Nara dan segera setelahnya dirinya mendorong kasar Ben agar lelaki itu tidak menghalangi jalannya.

Lelaki itu tersenyum miring melihat Nara yang bereaksi sangat lucu itu, dirinya ikut turun menyusul langkah Nara.

Omong-omong waktu mereka tatapan sebelumnya waktu Ben bangun tidur itu, tidak terjadi apa-apa kok. Ben hanya minta maaf karena tidur di pundak Nara, sedangkan Nara-nya gwencana-gwencana saja. Tapi jantungnya an-gwencana, udah mau copot.

"Dia udah punya cewe, udah punya cewe, udah punya cewe, udah punya cewe" Nara terus saja merapalkan kata-kata itu di dalam hatinya.

"Nara!"

"AAA!"

Panggilan + tepukan di kedua bahunya dari belakang itu cukup membuat Nara berteriak cukup kencang.

"Eh ra, maafff" ternyata yang memanggil Nara adalah Rena, gadis itu tadi memang berniat ngagetin tapi sejauh ini Nara tidak pernah kaget, baru kali ini dirinya melihat Nara sekaget itu sampai berteriak.

"Hah gapapa gapapa," ujar Nara kepada Rena, "Ada apa ren?" tanya Nara.

"Oh ini, katanya kotak P3K ada di lo kan?" tanya Rena dan Nara ngang-ngong.

"Hah? enggak, bukan aku ren.." jawab Nara jujur.

"Loh, yang bawa siapa dong?" ujar Rena mengingat-ingat.

"Mungkin si Ara?" tebak Nara dan Rena menjentikkan jarinya.

"BINGO! Ara! ih nama kalian hampir sama sih, lupa gue! gue ke Ara dulu ya! langsung kumpul di lapangan Ra!" ujar Rena sambil berlari terburu-buru meninggalkan Nara, sementara gadis itu hanya menggelengkan kepalanya melihat temannya itu.

Jantung Nara jadi deg-degan, banyak anak-anak dari sekolah lain yang terlihat begitu keren, apa Nara bisa ya? Hahh, Nara jadi sangat gugup sekarang.

"Lo pasti bisa" ujar seseorang yang entah sejak kapan sudah berada di sebelah Nara tepat, siapa lagi kalo bukan Ben.

Nara menatap Ben, begitu juga sebaliknya Ben juga menatap Nara.
"Gue yakin lo bisa—engga kita semua pasti bisa, latihan kita tidak akan sia-sia," Ben menjeda.

"Ayo kita bawa pulang piala untuk sekolah!" ujar Ben dengan senyum andalannya dan Nara jadi ikut tersenyum kemudian mengangguk semangat.

"Iya!" - Nara.

Tiba-tiba saja ponsel Ben berbunyi dan lelaki itu langsung pamit ke Nara ingin menjawab panggilan itu. Ya, Nara tau yang menelfon pasti Vina.

Nara memilih lanjut berjalan tanpa menunggu Ben, dirinya segera menuju tempat yang tadi di sebutkan oleh Rena.

Sementara itu Ben sedang berbincang-bincang dengan Vina di telefon namun wajah Ben sangat tertekan.

"Bisa gasih kamu gausah deket-deket sama dia! kursi kan ga di situ aja, Ben! kenapa harus di sebelah cewe?!"

Ben mengusak rambutnya,
"Vin, kamu tau sendiri aku selalu mabuk darat kalau naik bis kan? aku nggak bisa duduk di belakang bareng cowok-cowok, lalu yang tersisa hanya kursi di sebelah Nara!"

Ben bohong, sebenarnya masih ada banyak kursi tapi Ben bukan tipe anak yang bisa duduk sendirian. Lalu, dirinya juga tidak terlalu nyaman dengan anggota lain, Ben hanya... nyaman berada di sisi Nara.

"Ada obat anti mabuk kan? aku kemarin udah beliin kamu , apa masih kurang?! pokoknya aku gamau kamu duduk sama dia!" Vina terdengar sangat-sangat marah.

Ben kembali mengusak rambutnya secara kasar dia benar-benar muak dengan semua ini,
"Oh kamu nyuruh aku minum semua obat anti mabuk itu? oke, aku mati aja sekalian."

Ben mematikan panggilan itu secara sepihak, dirinya mengatur nafas perlahan dan segera mematikan ponselnya.

Dirinya melihat ke tempat dimana dirinya meninggalkan Nara tadi, gadis itu sudah tidak ada disana, sedikit menghela nafasnya Ben kembali berjalan menuju lapangan yang memang untuk berkumpul.

Sudah cukup dekat dengan lapangan Ben bisa melihat Nara yang sudah berdiri di antara Rena serta Chandra.

Ben berhenti di tempatnya menatap Nara dari jarak yang lumayan jauh itu, dirinya mengingat bagaimana Nara memperhatikan dirinya dengan hal-hal yang sederhana, rasanya jantung Ben berdebar.

"Gak.. gak mungkin kan?..."























⬜⬜⬜

“Perasaan macam apa ini?”-Ben

⬜⬜⬜

⬛⬛⬛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬛⬛⬛

THANKS FOR READING ❤️

D i a m - D i a m   ⚫  Choi Beomgyu [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang