Annyeong, yorobun!!
Selamat datang di cerita pertama author. Semoga suka, yah!
📌 Peringatan!!! 🗣️
- cerita ini mengisahkan tentang keluarga Jaehyun dan Renjun. yang ga suka, mohon banget keluar dari sini!
- cerita ini juga berisi layaknya kehidupan suami-istri.
- fanfic saja. jangan dibawa ke RL!!
- mohon dukung author dengan vote, komen, dan follow.
- typo, mohon dimaklumi:))
- bahasanya campur aduk, karena memang tidak author tulis dan konsep sesuai KBBI, EYD, dan PEUBI. Artinya akan ada bahasa tidak baku!
- yang suka, silakan ditunggu. yang ga suka, silakan keluar. Karena hate comment dilarang keras menyampah di sini!
- update sesuka hati author, mohon ditunggu saja!
- ini semua untuk hiburan!====================
Jam terus bergerak berputar menunjukkan angka yang menjadi patokan orang-orang beraktifitas. Anak-anak berangkat sekolah, orang dewasa bekerja, atau bayi yang masih nyaman di atas kasur.
Sebagaimana semestinya seorang Ayah, Jaehyun dipusingkan dengan dua balita yang tengah merengek minta gendong ala koala.
Pemandangan wajar di rumah mewah ini. Setiap pagi akan ada dua suara tangis. Entah karena dipaksa bangun oleh sang Ayah atau berebut digendong koala, seperti sekarang.
Jaehyun yang sudah terbiasa pun masih kualahan. Apalagi sang istri yang tak menampakkan batang hidungnya. Sejujurnya, dia tak begitu bisa menenangkan tangis dua anak sekaligus di pagi hari karena masih mengantuk.
"Bayi, dengarkan Ayah! Abang di depan, Kakak di belakang. Oke?" bujuknya dengan wajah memohon. Berharap kedua bayinya bisa memahami kekhawatiran sang Ayah.
Gelengan menjadi jawaban.
"Hiks ... atu mau di depan!"
"No, no! Atuna yang cepelti koala!"
Yah, begitulah pertengkaran dua bayi Ayah Jaehyun yang berbicara dengan belepotan.
Panggil saja Nono dan Nana. Dua bayi kembar dari pasangan Jung Jaehyun dan Huang Renjun. Kini, usia mereka menginjak empat tahun beberapa bulan lagi.
"Nda!! Hiks .... Ndak mau!! Nyanya cepelti koala!" teriak si bungsu Jung.
Jung Jaehyun memijit kening. Anak bungsunya itu memiliki suara yang melengking, berbeda dengan Nono yang terkesan besar.
Tak habis ide. Jaehyun selalu memikirkan banyak cara agar anaknya mampu diatasi. Semenjak punya anak, dia harus berpikir kreatif dan pandai mengarang cerita. Sesekali membohongi anak kecil tidak masalah, bukan?
"Baik. Kalau tidak ada yang mau di gendong, Ayah tidak akan membelikan mainan baru lagi."
Tanpa menunggu perintah dua kali, si kembar buru-buru menghapus air mata dan memposisikan diri. Nono di depan dan Nana di belakang.
Jangan khawatirkan Jaehyun akan encok. Dia sangat kuat, loh. Menggagahi sang istri selama 6 jam saja kuat. Apalagi mengangkat dua daging kembar itu. Hal gampang.
"Loh, eh ...? Sayang, ini kenapa si kembar?" Suara lembut menyapa rungu Jaehyun.
Dua kepala kecil pun ikut menoleh ke sumber suara. "NDA!!!" Keduanya turun dari gendongan sang Ayah dan merentangkan tangan pada sang Bunda.
"Selamat pagi, jagoan!" sapanya pada dua buntalan lucu itu.
"Huks .... Nyanya ndak cuka!"
Renjun mengerutkan kening, menoleh pada sang suami yang masih berdiri.
Jaehyun mengangkat bahu acuh, tidak mengerti juga maksud sang anak.
"Nono dan Nyanya akan jadi anak baik, tapi ... belikan mainan balu. Cepelti punya Lele," adu sulung Jung dengan memainkan jari.
Ah, Renjun jadi gemas melihat dua buntalan menggemaskan itu. Dengan sisa air mata yang belum mengering di pipi.
"Syaratnya, Nono dan Nana tidak boleh menangis saat pagi hari. Setuju?" tawar Renjun.
Baik Nana dan Nono sama-sama membuat gestur berpikir. Seolah memutuskan suatu pilihan berat dalam hidupnya.
"Otee!!" jawab serentak si kembar.
Jaehyun menghela napas lega. Ya, meksipun nanti janji kedua anaknya tetap dilanggar. Setidaknya pagi ini tangis anaknya tak menggelegar. Eh, memang apa yang diharapkan dari bocah usia empat tahun. Janji?
Jaehyun yakin, besok pagi, dua anaknya akan menangis saat dibangunkan. Melupakan janji manisnya.
"Sekarang, Nana dan Nono mandi bersama Ayah. Bunda akan membuatkan telur mata sapi yang enak untuk kalian!"
Senyum lebar si kembar terbit. Mereka berlari ke arah kamar mandi. Meninggalkan sang Ayah dan Bunda yang tersenyum gemas akan mereka.
Renjun mendekat Jaehyun. Tangannya terulur membelai bahu kokohnya.
"Terima kasih," ucapnya tiba-tiba.
Jaehyun menghela napas, "Hah, sudah menjadi kewajibanku, sayang. Maaf karena belum bisa menjadi Ayah yang baik," balas Jaehyun sambil membawa tubuh kecil istrinya.
"Hm .... Kamu melupakan sesuatu, sayang." Tanpa menunggu jawaban Renjun, Jaehyun mengangkat sang istri seperti kola.
Cup!
"Morning kiss," lanjut Jaehyun yang memamerkan senyum manisnya.
Renjun tertawa geli dalam gendongan. Hidungnya dia gesek pada hidung Jaehyun. Ah, mereka melupakan dua malaikatnya yang kini sedang bermain air di bak.
Ya, begitulah kegiatan pagi keluarga Jung.
==================***================
Lanjut??
=>
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Cemara||•Jαёгεη [Finish✓]
FanficCerita ini tentang βυηdα Язпjцп dan Αγαh Jәёнγυη. Jika kalian tidak suka, silakan pergi dari lapak ini! Pintu masuk dan keluar terbuka lebar. Jika suka, mohon tinggalkan jejak berupa vote dan komen guna keberlangsungan cerita. bxb! nct! (15+) _Jαεг...