Jaehyun mengulum senyuman, netranya tak bosan menatap pemandangan menggemaskan di depannya. Siapa pun akan terpesona dengan ketampanan yang dimiliki Jaehyun. Sayangnya, Jaehyun hanya terpesona dengan Renjun.
Namun, siang ini akan bertambah satu, yaitu anak kembarnya. Pesona Jeno dan Jaemin memang tak kaleng-kaleng. Meskipun masih berusia lima tahun, tetapi visual mereka tak tertandingi.
Eh, masih tampan Jaehyun, pikirnya.
Dia percaya, gen ketampanan dan kecantikan Jung tidak pernah gagal. Pabrik percetakan anak mereka selalu berhasil memikat orang-orang.
"Apa kau tidak mau kedip, Jung?"
"Astaga!" pekik Jaehyun, kaget.
Tangannya memegang dada, mengusap. Dokter Kun datang di waktu yang tidak tepat. Menghancurkan imajinasi Jaehyun tentang masa depan si kembar yang menjadi rebutan.
"Aku tahu, Jung. Anakmu memang tampan dan menawan. Bagaimana kalau jodohkan saja dengan Chenle?"
Jaehyun menaikkan satu alisnya. "Maksudmu kita besanan?"
Dokter Kun tertawa, mengangguk cepat. "Jeno dan Chenle, bukankah itu hal bagus?"
Bibir tebal Jaehyun tertarik ke atas. "Dalam mimpimu, Hyung. Aku tak mau berbesan dengan Yangyang."
"Cih, awas saja!"
"Aku sudah sehat, Hyung. Tidak perlu mengecek tensiku!"
Dokter Kun berdecak dan membiarkan Jaehyun mengomel. "Kau saja suka marah-marah tidak jelas. Kemarin, memarahi istriku. Sekarang, aku? Darah tinggi kau, Jung? Minum obatmu!"
Jaehyun tak mengindahkan perkataan Dokter Kun dan memilih mengawasi si kembar yang asyik bermain.
Oh, bagaimana kondisi Jaehyun? Tenang saja, kalian tidak perlu menjenguknya di rumah sakit.
"Yayah, kapan kita pulang? Nana ingin belmain telbang-telbang lagi belsama Uncle Lucas!"
Dokter Kun yang mengontrol kondisi Jaehyun pun berdehem, lalu berkata, "Tuan Muda, paksa ayahmu meminum semua obatnya. Jika ayah kalian sudah sembuh, kalian bisa pulang bersama."
"Yayah tidak meminum obatnya, Doktel?" Dengan polos Jeno bertanya.
Jaemin mendekat ke kasur sang ayah. "Memang kenapa tidak meminum? Yayah takut kelacunan sepelti Nana?" Semakin polos saja pertanyaan si kembar itu.
Dokter Kun tertawa. "Bukan, ayah kalian takut meminum karena rasanya pahit. Cemen sakali, kan?" ejeknya.
"Kun!" peringat Jaehyun, tapi Dokter Kun semakin tertawa.
"Baiklah, Tuan Muda. Tugas kalian adalah memaksa Jaehyun meminum obat ini. Oke, tampan?"
"Siap, Doktel!" Si kembar memberikan hormat kepada Dokter seolah mendapat tugas mulia.
"Sialan kau, Kun!"
Sepeninggalan Dokter Kun dari ruang inap itu, si kembar masih menatap dengan seksama pada Jaehyun. Melihat gerak-gerik sang ayah yang meminggirkan obat.
Mata Jaemin menyipit. "Yayah, diminum obatnya!"
"Kalau tidak minum, Nono panggilkan Doktel Kun lagi. Biak disuntik."
Aduh, Jaehyun lupa jika kedua anaknya ini adalah musuh terbesarnya.
"Nanti ayah minum, kalian bermain lagi aja, oke?" Jaehyun membuat alasan.
Jaemin menggeleng dan Jeno menggerakkan jari telunjuk, seolah memberi isyarat.
"No, halus diminum. Abang dan Kakak sedang menjalankan tugas menjaga yayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Cemara||•Jαёгεη [Finish✓]
أدب الهواةCerita ini tentang βυηdα Язпjцп dan Αγαh Jәёнγυη. Jika kalian tidak suka, silakan pergi dari lapak ini! Pintu masuk dan keluar terbuka lebar. Jika suka, mohon tinggalkan jejak berupa vote dan komen guna keberlangsungan cerita. bxb! nct! (15+) _Jαεг...