Jaehyun segera menaiki mobil mewahnya yang berjalan menuju lapangan dekat tempat tinggalnya, di Jeju.
Di sana, helikopter telah siap untuk membawanya pulang. Ah, tidak perlu kaget tentang itu. Kekayaan Jung Jaehyun memang berserakan, belum lagi Renjun yang juga berasal dari level atas. Memiliki helikopter adalah hal biasa bagi kalangan mereka.
Mingyu memasukkan koper serta menilik ulang semua dokumen yang diperlukan Jaehyun. Setelah memastikan semua aman, Mingyu segera naik ke dalam helikopter.
"Ini, Presdir Jung." Mingyu menyerahkan ponsel kepada Jaehyun.
Jaehyun menerima dengan wajah mengeras. "Kenapa bisa tidak ada jaringan di sana?"
"Anda harus berganti provider, Presdir," jawab Mingyu.
Jaehyun menggeram, lalu segera membuka ponselnya yang telah dia anggurkan hampir dua hari karena mendadak tidak ada sinyal saat masuk ke wilayah pabriknya.
Tangannya dengan cepat menggulir isi pesan dari Renjun yang hampir penuh dengan voice note si kembar dan puluhan panggilan tak terjawab. Kepala Jaehyun rasanya ingin meletus. Merasa bersalah karena meninggalkan keluarga di rumah.
"Yayah, Nanan lindu sekali. Cepat pulang dan bawakan Nana mainan balu!"
"Nono ingin belmain panah di lumah uncle, Yayah!"
Kira-kira begitu sepenggal isi voice note dari di kembar.
Namun, pesan terakhir Renjun hanya menanyakan kabar Jaehyun. Tidak ada pesan yang memberitahukan tentang rumah sakit.
"Apa kata manajer senior, Mingyu?" tanya Jaehyun.
"Belum ada informasi terbaru, Presdir."
"Berapa selisih waktu antara transaksi pembayaran dengan informasi sampai ke sini?"
Mingyu menajamkan mata, melihat informasi. "Dua jam, Presdir."
Jaehyun berdecak, "Besok-besok, pasang jaringan untukku!" Bagaimana bisa Jaehyun kecolongan?
"Tidak semudah itu perizinannya, Presdir!"
Jaehyun menggeram lagi. Wajahnya semakin kecut dan menakutkan.
Mingyu semakin berkecil hati, nyalinya menciut. Terbiasa mendapat amukan Jaehyun dan sindiran, tetapi kali ini lebih menakutkan.
Helikopter berjalan di langit dengan suara yang memekakkan telinga. Perjalanan membutuhkan waktu beberapa jam untuk bisa sampai di rooftop perusahaan Jaehyun.
"Apa perlu beli jet atau pesawat pribadi, Mingyu? Kenapa lambat sekali jalannya." Jaehyun menggeram lagi. Lama karena tak sampai-sampai.
Baru kali ini pula Jaehyun banyak mengeluh soal perjalanan dinas karena helikopter yang berjalan lambat.
🧚🐰🐶✨✨
"Nono, jaga Nana dulu, ya?"
Jeno yang sedang duduk di sebelah Jaemin pun mengangguk. Dua bocah itu sedang mengobrol kecil.
Renjun tersenyum, menatap dua anaknya dengan rasa syukur. Jaemin yang tak banyak rewel, meski mengeluh pada Jeno karena tangannya terasa kebas. Jeno yang penuh perhatian mengelus tangan Jaemin, di mana terdapat infus.
Jaemin memang anak yang mengerti keadaan sekitar. Tak banyak menuntut pada Renjun, sedangkan Jeno benar-benar bisa diandalkan sebagai putra sulung.
"Ndanya ingin ke mana?" tanya Jaemin penasaran.
Dengan langkahnya lebar, Renjun mendekati branka Jaemin. "Sayang, bunda hendak mengurus beberapa hal, sebentar lagi Grandma dan Grandpa akan datang menemani Nana dan Nono."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Cemara||•Jαёгεη [Finish✓]
Fiksi PenggemarCerita ini tentang βυηdα Язпjцп dan Αγαh Jәёнγυη. Jika kalian tidak suka, silakan pergi dari lapak ini! Pintu masuk dan keluar terbuka lebar. Jika suka, mohon tinggalkan jejak berupa vote dan komen guna keberlangsungan cerita. bxb! nct! (15+) _Jαεг...