Annyeong!!Author kembali, nih! ☝️🌻
Ayo, sebelum baca dibiasakan untuk VOTE dan FOLLOW AUTHOR!!🧚✨🌟📌
Masih tidak mau juga? Hadeuh!!
Ayo, prend. Biar saling menguntungkan 😇😌
Maaf kalau ada typo----:))
======{💚💚💚}======
"Tuh, kan! Apa kata Nono. Sekalang Nana halus panggilan Abang Nono. Ndak boleh Nono saja tahu!" protes Jeno ke Jaemin setelah melaporkan pada sang Bunda melalui teriakan.
Wajah menekuk Jaemin tampil sebagai balasan atas kesalahannya.
Iya, sejak mereka memiliki panggilan Abang Nono dan Kakak Nana, mereka harus saling memanggil dengan embel-embel tersebut. Kata Ayah sebagai bentuk simulasi sebelum adik kecil lahir, agar nanti terbiasa.
Jung Jeno sangat sensitif dengan panggilan 'Abang Nono'. Bisa dibilang ingin selalu dipanggil seperti itu oleh Jaemin. Apabila Jaemin menolak, maka akan melaporkan pada Bunda atau Ayah.
"Kan akunya lupa, Abang Nono!" Jaemin sangat geregetan.
Senyum bak anak anjing dari Jeno menghiasi wajah tampannya. "Besok-besok Adik Kecil Nana ndak boleh lupa lagi, yah," canda Jeno yang cukup membuat Jaemin menukikkan alis dan menahan marah.
"BUNDAAA!! Masak Nono panggil Nana menjadi Adik Kecil, sih?" adu Jaemin sambil berlari masuk ke kamar sang Bunda yang sedang istirahat.
Jeno tersenyum puas mengerjai kembarannya. Memang, sih. Jeno lebih tua dari Jaemin, tapi hanya selang tiga menit saja. Namun, tetap saja Jeno yang tertua. Begitu pikir Jeno.
Langkah kecik Jeno mengikuti langkah Jaemin yang naik ke lantai atas, kamar Bunda. Sedangkan Jaemin sudah membuka dengan keras pintu kamar utama di rumah.
Renjun cukup terkejut karena bantingan pintu. Dia melihat Jaemin mengerucutkan bibir, alisnya tersambung, dan matanya menahan air mata. Aduh, baru juga ditinggal beberapa menit. Sudah bertengkar lagi.
Menghela napas, pasrah. Pasti anaknya sedang meributkan sesuatu. Tak lama, Jeno juga datang sambil berlari masuk. Menampilkan wajah yang berseri dan ceria. Berbanding terbalik dengan Jung Jaemin.
"Ugh! Bunda Injun, Nono jahat sekali! Kakak Nana disamakan dengan adik bayi," kata Jaemin sambil merengek. Tangannya berpegangan pada ujung baju Renjun, mengadu.
Renjun mengalihkan pandangan ke arah Jeno yang terlihat tenang dan tidak terlalu peduli. Justru anak sulungnya sedang asyik menata bantal sofa.
"Memang Abang Nono berkata apa ke Kakak Nana?" Dan Renjun akhir-akhir ini memang lebih banyak mengganti panggilan si kembar menjadi seperti itu.
Jaemin bersedekap dada. "Panggilan Nana adik kecil. Nana ndak sukak!" pekiknya marah.
Renjun tersenyum, maklum. Dari tingkahnya saja dapat Renjun ketahui bahwa anak tengahnya itu berstatus sub, sama sepertinya.
Jaemin itu mudah marah, tersinggung, baperan, tidak mau kalah, suka barang yang lucu serta menggemaskan. Yah, sebagaimana pihak bawah pada umumnya. Meskipun masih kecil, tapi Renjun sangat yakin bahwa Jung Jaemin sama sepertinya.
Berbeda dengan Jeno, yang hanya dilihat dari wajahnya saja terlihat seberapa dominan wajah Jaehyun di sana. Dan, yah .... Mereka juga pihak dominan.
Jeno lebih irit bicara, menurut, mudah dibujuk, suka dengan warna gelap, suka permainan penuh tantangan, dan usil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Cemara||•Jαёгεη [Finish✓]
Fiksi PenggemarCerita ini tentang βυηdα Язпjцп dan Αγαh Jәёнγυη. Jika kalian tidak suka, silakan pergi dari lapak ini! Pintu masuk dan keluar terbuka lebar. Jika suka, mohon tinggalkan jejak berupa vote dan komen guna keberlangsungan cerita. bxb! nct! (15+) _Jαεг...