Tidak Sayang Nono dan Nana Lagi🐰🐶

896 94 3
                                    

Siapa yang baca, tapi tidak pencet vote? Sedih, deh ....😕

Heem .... Padahal gampang banget. Tinggal klik bintang di pojok.
Susah banget, yah??

Vote dulu, yak! Baru baca lagi :)))



Selamat membaca. Maaf kalau ada yang typo. 😇🙏

=========🐶🐰

"Huh! Sepeltinya Yayah dan Nda sudah tidak sayang kita, Nono," ucap lemah Jung Jaemin di depan pintu sambil menatap kepergian mobil sang Ayah.

Jeno menoleh pada kembaran. Wajah murung Jaemin membuat Jeno ikut bersedih.

"Nana, Yayah mengantal Bunda untuk memeliksa adik kecil. Kenapa Nana sepelti itu?" Jeno juga sedih, tapi dia percaya kalau kedua orang tuanya masih menyayangi mereka.

Jaemin menutup wajahnya dengan kedua tangan mungilnya, menangis. "Nda Njun melupakan kita, Nono!"

Kepala Jeno menggeleng lucu. "Nono juga dilupakan Nda?" tanya Jeno bersedih.

"Iya, Abang Nono. Kakak Nana jadi sedih. Hu-hu-hu ...."

Jeno memeluk tubuh Jaemin. "Kan ada Glanma, Glanpa, dan Uncle Lucas. Nanti kita tinggal belsama meleka bial main telus sama Echan dan Kakak Malk." Jeno berusaha menghibur Jaemin.

"Nana sedih sekali, Nono. Ndak mau ada adik."

Uh, bagaimana cara untuk menjelaskan situasi yang Jung kecil rasakan?

Saat tahu sang Bunda tengah hamil, mereka sangat semang sekali. Dalam bayangan merekaーJeno dan Jaeminーakan menyenangkan mempunya adik. Mereka akan punya teman baru untuk bermain, mengotori rumah dengan semua mainan. Dan melakukan banyak hal.

Selama satu minggu ini, Renjun sering mengalami kram perut. Sehingga untuk menjaga si kembar pun tidak bisa dia lakukan dengan optimal. Terkadang, Renjun sampai lupa membuatkan makan siang.

Jeno dan Jaemin selalu dibawa Ayah Jaehyun ke kantor. Mereka senang awalnya karena bisa bekerja, tapi selang tiga hari mulai bosan. Mereka meminta di rumah bersama sang Bunda, tapi yang mereka dapatkan hanyalah Renjun yang banyak tidur sambil mengelus perutnya.

Setiap hari, Ayah Jaehyun mencium perut Bunda, mengelus sambil bercerita, juga sering membawakan makanan enak. Katanya keinginan si adik karena Bunda ngidam.

Hal itu membuat Jaemin merasa diduakan. Jaemin cemburu, Jeno pun juga merasa tidak suka melihat itu. Seolah mereka terlupakan.

Hari ini, mereka dititipkan di rumah Grandma Winwin. Si kembar senang, apalagi mereka merindukan dua sahabatnya yang rumahnya ada di seberang jalan. Namun, merasa dibuang, Jaemin ingin menangis. Dalam hati kecilnya, dia membenci adik kecil di dalam perut Bunda Renjun.

"Nana tidak suka adik! Nana ndak mau adik, Nono," tangis pecah Jaemin mengudara. Suaranya sangat keras sekali.

Jeno memeluk adiknya, mengelus kepala Jaemin. "Nana ndak boleh sepelti itu. Nono jadi sedih."

"Ya ampun! Jeno dan Jaemin kenapa menangis?" Grandpa Yuta datang sambil berlari terbirit-birit.

Yuta menggendong Jeno dan Jaemin, lalu mendudukkan di pangkuan. "Kenapa, ganteng?"

Jaemin mengusap air mata, lalu menatap Yuta. "Nana ndak cuka adik. Nana ndak mau adik!" ucapnya terbata.

"Eh ...?" Yuta kebingungan.

Keluarga Cemara||•Jαёгεη [Finish✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang